Selasa, 29 Maret 2016

KRITIK SASTRA TERAPAN NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DENGAN TEORI SOSIOLOGI SASTRA




Jurnal ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kritik Sastra 
Disusun oleh:
Nur Kholilah
2222120758
VI B


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
Abstrak
Masalah sosial yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy yaitu kemiskinan yang melanda pak Qalyubi, dengan kejahatan yang terjadi mengakibatkan pak Qalyubi ditinggal menikah oleh yasmin dengan cara memfitnah. Selain itu, disorganisasi keluarga yang dialami oleh pak Qalyubi yang bercerai dengan Yasmin, juga pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat dilakukan oleh Yasmin yang berselingkuh dengan teman lamanya. Hal yang melatar belakangi Habiburrahman El Shirazy menciptakan novel Pudarnya Pesona Cleopatra adalah cara pandang anak remaja sekarang memilih jodoh yaitu dengan melihat fisik. Penilaian terhadap jasmani sangat diutamakan bagi remaja. Tanggapan pembaca mengenai novel ini adalah novel ini mempunyai ajaran-ajaran agama yang mampu menggugah hati para pembaca. Penuh dengan pesan moral sehingga pantas dibaca oleh siapa saja.


KRITIK SASTRA TERAPAN NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DENGAN TEORI SOSIOLOGI SASTRA
I.       Latar Belakang
Karya sastra sebagai potret kehidupan bermasyarakat merupakan suatu karya sastra yang dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra tercipta karena adanya pengalaman batin pengarang berupa peristiwa atau problem dunia yang menarik sehingga muncul gagasan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan karya sastra akan menyumbangkan tata nilai figur dan tatanan tuntutan masyarakat, hal ini merupakan ikatan timbal balik antara karya sastra dengan masyarakat, walaupun karya sastra tersebut berupa fiksi, namun pada kenyataannya, sastra juga mampu memberikan manfaat yang berupa nilai-nilai moral bagi pembacanya. Sastra selalu menampilkan gambaran hidup dan kehidupan itu sendiri, yang merupakan kenyataan sosial. Dalam hal ini, kehidupan tersebut akan mencakup hubungan antar masyarakat dengan orang seorang, antarmanusia, manusia dengan Tuhan-Nya, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang
Sastra berperan sebagai penuntun hidup, hanya saja penuntun hidup itu tersublimasi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin bersifat mendikte tentang apa yang sebaiknya tidak dilakukan di lapangan. Sastra mampu membentuk watak-watak pribadi secara personal, dan akhirnya dapat pula secara sosial. Sastra mampu berfungsi sebagai penyadar manusia akan kehadirannya yang bermakna bagi kehidupan bagi sang pencipta maupun dihadapan sesama manusia.
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis melihat novel yang sesuai dengan kajian ini, yaitu novel yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy. Lewat novel Pudarnya Pesona Cleopatra, Habiburrahman El Shirazy mengajak kepada pembaca untuk masuk ke dalam ruang imajinasi yang bisa takterbatas. Kumpulan novel ini terasa sebagai fenomena sosial yang telah bersenggama dengan pengalaman spriritual, sehingga terbebaskan dan lentur membawa pembaca keberbagai nuansa personal, sesuai dengan konteks mereka. Ini bukan lagi sebuah cerita yang bertutur tetapi renungan. Pada novel tersebut, Habiburrahman El Shirazy menggambarkan dan mencoba memperbincangkan mengenai dilema kehidupan manusia yang sedang mencari jalan keluar yang bijak atas permasalahan hidup yang dialami.
Novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy merupakan sebuah karya sastra yang tidak cukup dinikmati saja, melainkan perlu mendapat tanggapan ilmiah. Penulis merasa tertarik untuk mengkajinya, khususnya dalam kajian kritik sastra terapan dalam hal ini terapan di bidang sosiologi sastra.
II.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka didapati rumusan masalah sebagai berikut:
-          Masalah sosial apakah yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy?

III. Tujuan Penelitian
-          Mengetahui masalah sosial apakah yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy.
IV. Kajian Teori
A.    Kritik Sastra Terapan dengan Teori dan Metode Sosiologi Sastra
Kritik sastra Indonesia merupakan kumpulan penelitian pendek Mursal Esten yang tinjauannya tergolong kritik sastra akademik taraf pertama sehingga tidak dibicarakan lagi karena sama dengan corak dan sifat kritik sastra yang telah dibicarakan. Sebagai tampak dalam teori dan metodenya, kritik sosiologi sastra ini tidak membuat penilaian karya sastra sebab secara relativisme ia telah menerima karyanya yang dikritiknya sebagai karya yang baik (bernilai). Oleh karena itu, tidak perlu lagi ia menilai novel-novel yang dikritik, dan memandang karya sastra sebagai dokumentasi sosial. Ini tentu segi lain dari kritik sastra. Akan tetapi, kritik sastra sebagai pembicaraan karya seni tanpa dihubungkan dengan penilaian itu kurang tepat. Hal ini seperti dikemukakan oleh Rene Wellek dan Waren (1986:156), analisis karya sastra sebagai karya seni itu harus dihubungkan dengan penilaian. 
B.     Hakikat Sosiologi Sastra
Sosiologi dapat diartikan sebagai telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama, politik dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial, kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied science). Tujuan dari sosiologi adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat, dan bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat.
Nyoman Kutha Ratna (2003: 1) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu mengenai asal-asul dan pertumbuhan masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris. Sosiologi meneliti hubungan individu dengan kelompok dan budayawan sebagai unsur yang bersama-sama membentuk kenyataan kehidupan masyarakat dan kenyataan sosial. Masyarakat selalu dalam perubahan, penyesuaian, dan pembentukan diri (dalam dunia sekitar). Sesuai dengan idealnya. Sebaliknya perubahan kebudayaan jarang terjadi secara mandadak, melainkan melalui hasil pendidikan dan kebudayaan. Setiap masyarakat sebagai subjek sosiologi merupakan kesatuan yang sedikit banyak telah mampunyai struktur yang stabil.
C.     Pendekatan Sosiologi Sastra
Pendekatan sosiologi sastra bertolak dari suatu anggapan bahwa sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat, yang juga berarti bahwa sastra mencerminkan dan mengekspresikan kehidupan (Wellek dan Werren, 1990: 110). Dengan demikian pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan sastra yang mempertimbangkan segi-segi sosial dan kemasyarakatan yang tercermin dalam karya sastra. Pendekatan sosiologi bermaksud menjelaskan bahwa karya sastra (novel) pada hakikatnya merupakan sebuah fakta sosial yang tidak hanya mencerminkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat tempat karya itu dilahirkan, melainkan juga merupakan tanggapan pengarang terhadap realitas sosial tersebut.
Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra dan landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan tersebut beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai segi struktur sosial hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam hal itu tugas sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayal dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asalusulnya. Tema dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi itu harus diubah menjadi hal-hal yang bersifat sosial.
Pendekatan sosiologi menurut Ian Watt (dalam Atar Semi, 1993: 2) pertama, konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial masyarakat pembaca termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca.
Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk mengkaji novel Pudarnya Pesono Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy. Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan mimetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dalam realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Pendekatan tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat lepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Swingewood (dalam Faruk, 1994: 3) mendefinisikan bahwa sosiologi sebagai studi ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga, dan proses-proses sosial. Selanjutnya dikatakan bahwa sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup.
Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sosiologi sastra adalah pendekatan dalam menganalisis karya sastra yang memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Demikian beberapa ulasan tentang hakikat sosiologi sastra serta hubungan antara karya sastra dengan masyarakat yang dipakai dalam analisis sosiologi sastra terhadap novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy.

V.    Hasil dan Pembahasan
A.    Masalah Sosial yang Terkandung dalam Novel Pudarnya Pesona
Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy
1.      Kemiskinan
Dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy, Pak Qalyubi mengalami kekurangan. Semua harta benda orang tuanya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup Pak Qalyubi. Pernyataan ini nampak pada:
“Mengetahui keadaan saya yang terjepit. Ayah ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah tempat mereka tinggal dan uang seluruhnya diberikan kepada saya. Untuk modal. Mereka berdua tinggal di ruko kecil dan sempit”. (PPC: 35)

Pada awalnya orang tua Pak Qalyubi kaya raya, namun setelah Pak Qalyubi menikah dengan Yasmin wanita asal Mesir ia jatuh miskin. Semua harta yang dimilikinya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup serta menuruti permintaan Yasmin yang serba mewah. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan melanda Pak Qalyubi, karena ia menikahi yasmin yang suka hura-hura sehingga harta benda orang tua pak Qalyubi ikut menjual harta benda demi kebutuhan Pak Qalyubi.
2.      Kejahatan
Yasmin melakukan kejahatan kepada suaminya. Yasmin melakukan perselingkuhan dengan mantan kekasihnya yang menjadi staf KBRI di Cairo, dan yang lebih kejam lagi iapun menceritakan bahwa ia telah berselingkuh di hotel milik selingkuhannya tersebut. Pernyataan ini nampak pada:
“Lalu dengan tanpa rasa dosa sedikitpun, Yasmin bercerita bahwa tadi siang saat saya sedang berkunjung ke tempat teman lama yang jadi staf KBRI dia ditelpon teman dan kekasih lamanya saat kuliah dulu. Teman lamanya itu telah menjadi bisnisman sukses di Cairo. Kebetulan istrinya baru saja meninggal. Yasmin diajak makan siang di hotelnya. Dan dilanjutkan dengan perselingkuhan.” (PPC: 36)
Kejahatan yang dilakukan oleh Yasmin membuat hati Pak Qalyubi benar-benar terpukul, karena pada saat itu statusnya masih menjadi istri beliau. Yasmin memang mempunyai sifat jahat karena ia menginginkan suami yang mempunyai banyak harta seperti mantan kekasihnya yang telah ditinggal meninggal istrinya, dan kini menjadi orang kaya. Disisi lain, Pak Qalyubi sangat mencintai Yasmin yang dicintai sejak menatap wajahnya. Hilangnya rasa kesabaran Pak Qalyubi, ia pun memukul Yasmin dengan penuh kesal. Hingga kemudian ia di tahan di penjara Mesir.
Kejahatan yang dilakukan oleh Yasmin di luar pikiran Pak Qalyubi. Ia tidak pernah mengira bahwa istrinya akan melaporkan ia ke polisi hingga ia mendekam di penjara Mesir. Ternyata, selama Yasmin berada di Indonesia selalu mengirim surat kepada keluarga yang berada di Mesir. Tak heran jika keluarga Yasmin tidak ada yang membela Pak Qalyubi untuk tetap tidak bercerai. Yasmin ternyata juga pandai memutar balikkan fakta dengan memfitnah Pak Qalyubi. Pernyataan ini nampak pada:
Ternyata selama di Indonesia diam-diam Yasmin sering menulis cerita bohong pada keluarganya. Dia bercerita tentang penderitaannya. Tentang perlakuan saya yang jahat padanya. Dan lain sebagainya. Penjelasan saya yang sesungguhnya tidak diterima oleh mereka. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya terus dipaksa untuk menceraikan Yasmin.” (PPC: 37)

Pak Qalyubi telah difitnah oleh Yasmin yang ingin bercerai dengannya, padahal Pak Qalyubi sangat mencintai istrinya. Demi kesenangan istrinya, harta benda yang dimilikinya dijual, namun balasannya tidak setimpal apa yang telah dilakukannya. Penyesalan Pak Qalyubi tiada berarti, karena semua sudah terjadi. Istri yang cantik dan menawan ternyata tidak bisa dihandalkan. Pernyataan ini nampak pada:
“Saya sangat menyesal, saya telah memilih jalan yang salah. Saya telah memilih istri yang salah. Saya menyesal telah menomorsatukan kecantikan. Istri yang cantik tapi berperangai buruk adalah siksaan paling menyakitkan bagi seorang suami. Dan itulah yang aku alami.” (PPC: 38)

Kejahatan dilakukan oleh istri Pak Qalyubi yang bernama Yasmin. Demi mantan kekasihnya yang sudah menjadi staf KBRI di Mesir, ia merelakan untuk berpisah atau bercerai dengan Pak Qalyubi serta anak-anaknya. Padahal, Pak Qalyubi telah merelakan harta bendanya untuk dijual untuk memenuhi kebahagiaan sang istri. Namun, semua itu dibalas dengan duka.
  1. Disorganisasi Keluarga
Disorganisasi keluarga terjadi pada keluarga Pak Qalyubi. Pak Qalyubi dituntut bercerai oleh istrinya, padahal Pak Qalyubi sangat mencintai istrinya. Perceraian tetap dilakukan oleh Yasmin demi memilih mantan kekasihnya yang menjadi staf KBRI yang sudah ditinggal istrinya meninggal. Pernyataan ini nampak pada:
Tapi Yasmin bersihkukuh tidak akan kembali ke Indonesia selamanya. Keinginannya cuma satu, bercerai dengan saya! Dan tatkala saya hendak membawa seluruh anak saya pulang, Yasmin dan keluarganya mati-matian tidak memperbolehkan. Akhirnya saya hanya bisa membawa si sulung. Karena dia memang sangat dekat dengan kakek neneknya di Indonesia.” (PPC: 37-38)

Pak Qalyubi merasa tidak tahan berada di Mesir, kemudian ia memutuskan untuk kembali di Indonesia. Pak Qalyubi hanya bisa membawa putra sulungnya, karena Yasmin tidak ingin putranya berpisah dan kembali ke Indonesia. Setelah beberapa saat di Indonesia, Pak Qalyubi mendapat surat cerai dari pengadilan Mesir. Hancur hati Pak Qalyubi, karena istri yang sangat dicintai mudah berpaling hati demi laki-laki lain. Pernyataan ini nampak pada:
Sejak itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu, saya mendapat surat cerai dari pengadilan Mesir. Sekaligus saya dapat salinan surat nikah Yasmin dengan teman lamanya itu. Kini saya merasa menjadi lelaki paling malang di dunia. Dan hati saya seperti ditusuk-tusuk dengan sembilu setiap kali mendengar si sulung mengigau meminta ibunya pulang tiap malam.” (PPC: 38)

Akhirnya, Pak Qalyubi benar-benar bercerai dengan Yasmin, meskipun ia tidak menginginkan perceraian, namun Yasmin tetap menginginkan perceraian. Surat keputusan cerai dan salinan surat nikah Yasmin bersama teman lamanya dikirimkan ke Indonesia. Jarak yang memisahkan membuat putra sulungnya merindukan sosok ibunda serta keluarga yang berada di Mesir.
Cerita dari Pak Qalyubi kemudian menyadarkan “Aku” yang beruntung mendapatkan istri yang berasal dari Jawa yang selalu mengabdi dan berkorban. “aku” yang selama 2 bulan berpisah dengan Raihana kemudian merasa bersalah dan ingin bertemu dengan Raihana untuk meminta maaf. Pernyataan ini nampak pada:
“Pak Qalyubi menyadarkan diriku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang di mata. Sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan padanya menyelinap dalam hati. Dia istri yang sangat salehah.” (PPC: 38-39)

“Aku” pada Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy ini tidak mencintai istrinya yang bernama Raihana. Pada hal ini, kepala keluarga tidak bisa memberikan nafkah batin dan tidak bisa melakukan apa yang harus dilakukan oleh kepala keluarga pada umumnya. “Aku” tidak mencintai Raihana. Pernikahannya dilakukan karena sejak “Aku” dalam kandungan sudah dijodohkan dengan anak sahabat karib ibu waktu nyantri di Mangkuyudan Solo. Raihana meninggal dunia karena jatuh di kamar mandi, padahal ia sedang hamil. Pernyataan ini nampak pada:
”Istrimu telah meninggal satu minggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal dia berpesan untuk memintakan maaf kepadamu atas segala kekurangan dan khilafnya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia.” (PPC: 44)

Aku sangat merasa kehilangan Raihana karena Raihana meninggal dunia. Raihana meninggal dunia dalam keadaan hamil, namun karena sulit untuk dihubungi kemudian keluarga pihak Raihana tidak mengabarkan kepada aku. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa disorganisasi keluarga dalam novel ini adalah adanya perceraian pada Pak Qalyubi dengan Yasmin.

VI. Kesimpulan
Masalah sosial yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy yaitu kemiskinan yang melanda pak Qalyubi. Kejahatan yang terjadi mengakibatkan Pak Qalyubi ditinggal menikah oleh Yasmin dengan cara memfitnah. Disorganisasi keluarga yang dialami oleh Pak Qalyubi yang bercerai dengan Yasmin. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat dilakukan oleh Yasmin yang melakukan perselingkuhan dengan mantan kekasihnya.

VII.    Daftar Pustaka
El Shirazy, Habiburrahman. 2005. Pudarnya Pesona Cleopatra (sebuah novel pembangun jiwa). Jakarta: Republika.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogykarta: Gama Media.
Rene, Wellek dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.


Lampiran Sinopsis
Sinopsis Novel Pudarnya Pesona Cleopatra
Kisah ini berawal dari tokoh “AKU” harus menikah dengan gadis Jawa bernama Raihana pilihan ibunya yang sama sekali tidak dikenal. Gadis itu adalah putri teman ibunya dan merupakan janji tersirat untuk “besanan” antara dua orang sahabat yang sama-sama lulusan pesantren Mangkuyudan Solo. Terjadi pergulatan jiwa dalam diri. Antara “AKU” kecewa dan tidak mau mengecewakan sang ibu yang dicintainya. Pergulatan jiwa tersebut adalah “AKU” selama ini memimpikan untuk memiliki istri seorang gadis Mesir yang cantik (karena tokoh “AKU” adalah lulusan Perguruan Tinggi Mesir) dan tidak mau dijodohkan dengan gadis pilihan sang ibu yang sama sekali bukan hasratnya selama ini.
Tetapi pernikahan itu berlangsung juga. Hari-hari diisi dengan kebencian yang mendalam dari si “AKU” terhadap Raihana yang dengan tulus mencintainya. Diam, acuh dan sinis selalu dilakukan “AKU” terhadap istrinya, sedangkan manis, setia dan penuh cinta selalu dipersembahkan Raihana terhadap suaminya tercinta. Pergolakan batin selalu tercipta dengan kebencian yang luar biasa. Hingga suatu saat “AKU” harus mengikuti acara pelatihan di tempat yang jauh dan Raihana sementara tinggal bersama ibunya sampai proses kelahiran buah cintanya berakhir.
“AKU” bertemu dengan rekan sesama pelatihan yang sedang mengalami kehancuran akibat beristrikan seorang gadis Mesir yang juga cantik. Diceritakan bagaimana sulitnya menyatukan dua budaya yang berbeda, menjinakkan karakter istri yang keras tak bernorma sampai akhirnya harus menanggung kehancuran moril dan materil.
“AKU” menyadari bahwa dia melakukan kesalahan besar dalam kehidupan rumah tangganya. Dia sudah menyia-nyiakan istri cantik khas Indonesia yang selama ini setia, memberikan kelikhlasan dengan kasih sayang, dan sangat menyanjung suami seperti yang biasa dilakukan istri-istri suku Jawa bahkan kuat menghadapi sikap suami menyebalkan seperti “AKU” yang berlangsung selama setahun perkawinan mereka.
“AKU” segera pulang dan berniat berlutut minta maaf dipangkuan sang istri yang mulia mencintai suami karena Allah serta berjanji akan menjadi suami yang mencintai karena Allah dengan segenap jiwanya. Tetapi Raihana memang bukan Cleopatra. Raihana hanya gadis cantik dari lokal. Tetapi memiliki kesalehan hati yang luar biasa. Dan hal itu telah disia-siakan oleh “AKU” yang harus menelan penyesalan besar karena belum sempat menyatakan maaf serta janji akan menjadi suami yang setia, menghormati istri dengan segenap hati dan menyanjungnya lebih dari kepada Cleopatra yang telah pudar terkalahkan oleh bersinarnya pesona Raihana karena Raihana meninggal saat “AKU” tidak disisinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar