Oleh Nur Kholilah
Pertemuan saya
dengan karya-karya Umar Kayam bukanlah kal
Sri Sumarah yang Kayam tampilkan dalam ceritanya
menampikan nuansa Jawa yang terdapat pada makna dari nama tersebut. Dalam
ceritanya sendiri Kayam menjelaskan bahwa Sumarah
berarti pasrah dan menyerah. Sri dituntut
menjadi tokoh yang selalu berpasrah diri dan menyerah terhadap takdir yang
datag padanya. Sebuah peajaran hidup yang cukup berarti bagi saya. Karena
memang dalam hidup ini kita diharuskan untuk selalu berpasrah diri setelah kita
berusaha.
Cerpen ini cukup
panjang dan konflik yang dihadirkan dalam cerita ini pun cukup beragam sehingga
tak heran kalau banyak yang menyebut cerpen ini sebagai Novelet (Novel Pendek).
Kisah Sri Sumarah dalam Cerpen dengan Realita
Hidup bersama
sang nenek dan dituntut untuk selalu pasrah dan menyerah. Itulah Sri seorang
wanita Jawa yang selalu memahami takdir dengan apa adanya tanpa menuntut
sedikitpun. Sosok Sri memang tidak jauh berbeda dengan wanita Jawa pada
umumnya. Kisah yang menceritakan sebuah kehidupan manusia yang perjalanannya
berjalan hingga berbeda zaman. Sri kecil adalah gambaran seorang wanita Jawa
yang selalu menaati perintah orang tua dan menjadikannya untuk menikah muda.
Memang di zamannya ketika itu, wanita seumuran Sri sudah pantas untuk menikah. Hingga
saatnya Sri melahirkan dan mempunyai anak. Terlihat sudah bagaimana perubahan
karakter cerita di dalamnya namun tokoh utamanya masih ditujukan untuk Sri.
Ketika Sri memiliki anak, mulai timbul kutur baru di dalam cerita itu.
Bagaimana kayam mencoba bercerita sesuai dengan relaita zaman sekarang. Kayam
memunculkan Tun sebagai anak Sri, sekaligus gambaran dari seorang wanita Jawa
yang sudah tercampur kultur luar.
Tun yang semula
amat patuh pada kultur budayanya. Mulai tergoyahkan ketika Tun belajar di Kota
yang berbeda kultur dengannya. Gambaran seorang wanita muda yang masih bisa
terbawa arus zaman. Terombang-ambing oleh zaman yang pada akhirnya ia sendiri
yang menjadi korbannya. Karakter Sri sebagai seorang ibu yang teguh dengan
prinsipnya lagi-lagi menjadikan Sri sebagai idola dalam cerita ini. Sri tidak
marah pada hidupnya sekalipun takdir sudah membuat hancur kehidupannya. Sri
selalu memandang segala hal menjadi positif dengan prinsip yang telah Sri
miliki. Sri tetap menjalankan segala hal dengan sumarah. Pandangan Sri terhadap
masalah yang muncul dalam hidupnya bukanlah pandangan yang membuat ia menyesali
hidupnya saat itu, Sri justu malah memandang segala masalah yang hadir dalam
hidupnya sebagai keuntungannya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Sebuah pelajaran
berharga dari Sri, yang membuat saya menjadi bersyukur atas apa yang telah saya
miliki. Menuntut saya juga harus memandang segala takdir kehidupan dengan hal
positif. Karena dengan memandang semua hal dengan positif kita akan mampu
menjadikannya lebih indah dari sebelumnya.
Itulah
Umar Kayam
Pemilihan bahasa
yang Kayam tampilkan memperkuat ceritanya yang berunsur Jawa, tokohnya dalam
berdialog selalu menyisipkan bahasa-bahasa Jawa. Namun menurut saya, biasanya
dalam cerpen itu hanya memiliki satu konflik. Tetapi berbeda halnya dengan
cerpen yang satu ini, Kayam menampilkan beberapa masalah dan dalam penyelesaian
masalah satu ke masalah lain sangatlah cepat membuat cerita itu tidak begitu
menarik hanya saja mudah dimengerti. Munculnya beberapa masalah dalam cerpen
itulah yang menurut saya membuat cerpen ini disebut sebagai Novelet.
Tetapi cerita
yang Kayam sampaikan mampu membuat saya ikut merasakan pergolakan batin antara
perjalanan Sri dalam menjalani kehidupannya, ataupun cara Sri dalam memahami
kehidupannya. Sebagai wanita saya merasa iri terhadap sosok Sri yang cukup
matang untuk menjadi seorang istri dan ibu yang mampu memahami karakter anaknya.
Kayam betul-betul mampu membuat saya terbawa oleh arus cerita, membuat saya
mampu merasakan ketegangan rasa ketika membacanya.
Sebuah cerita
yang menampilkan realita kehidupan di zamannya dan zaman sekarang ini. sebuah
cerita yang memiliki makna kehidupan yang sangat berarti. Itulah Umar Kayam
yang mampu menulis dengan mengutamakan suasana dengan realitanya.