- 1970
Kwatrin tentang Sebuah Poci
Goenawan Mohamad
Pada keramik tanpa nama itu
Kulihat kembali wajahmu
Mataku belum tolol, ternyata
Untuk sesuatu yang tak ada
Apa yang berharga pada tanah liat ini
Selain separuh ilusi?
Sesuatu yang kelak retak
Dan kita membikinnya abadi
- 1980
Cipasung
Acep Zam
Zam Noor
Di lengkung matamu sawah-sawah menguning
Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
Dan surauku terbakar kesunyian yang menyalakan rindu
Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi
Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari
Segala tumbuhan dan pohonan membuahkan pahala segar
Bagi pagar-pagar bambu yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu
Hari esok adalah perjalanan sebagai petani
Membuka amal-amal dalam lading belantara yang pekat
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
Dunia telah lama kutimbang dan berulang ku hancurkan
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranmu yang lain
Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan berkubur
- 1990
Suatu Sabtu Udara Sepucat
Lampu
Moh Wan Anwar
Di
Rangkasbitung, suatu sabtu
Udara
sepucat lampu
Laron-laron
menggigil
Sebelum
gerimis turun dari dukamu
Dulu
di sana, di losmen pinggiran benua raya
Dalam
musim dingin dan anggur tandas
Sampai
nurani –pamong pengisah itu
Menungkan
gelisah-gelisahnya
Kata-kata
dikuliti, tulang iga yang kurus
Menyembul
di samping golok
Tapi
kini masih kau saksikan
Rangkasbitung
masih malam
Isyarat
gawat berkelebat di cakrawala
si
pengisah itu multatuli- adalah kau juga
Gerah
memandang gubug kirai menjuntai
Tempat
saijah-adinda dulu tercerai
Kau
tulis sajak tentang ternak
Emas
dan padi lenyap sebelum gelap
Mekar
kota-kota utara dan timur laut
Di
bentangkan jarak yang menggoyangkan
Tanggul
sunyi air mata mungkin
si gelisah itu termangu-mangu –seperti kau
Dan
aku, mengembarai hutan-hutan
Yang
disulap bagai mainan. Di rangkasbitung
Suatu
sabtu, udara sepucat suara kita
Rangkasbitung,
1999.
- 2000
Legenda
Omi Intan
Naomi
Joko tarub tidak menemukan gaun
para dewi
Dari balik kaca ray-ban ia bahkan
Tak bisa lihat pelangi
Sedang dari atas baby-benz sangkuriang
jatuh cinta
Pada meriam belina
Dan raja-raja mencari nyawa
suzzana
Zaman telah lalu
Tapi kini dan lampau hanya waktu
(angkatan 2000, 2001)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar