Sabtu, 19 November 2016

Contoh Puisi



  1. 1970
Kwatrin tentang Sebuah Poci
Goenawan Mohamad

Pada keramik tanpa nama itu
Kulihat kembali wajahmu
Mataku belum tolol, ternyata
Untuk sesuatu yang tak ada

Apa yang berharga pada tanah liat ini
Selain separuh ilusi?
Sesuatu yang kelak retak
Dan kita membikinnya abadi

  1. 1980
Cipasung
Acep Zam Zam Noor

Di lengkung matamu sawah-sawah menguning
Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri

Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
Dan surauku terbakar kesunyian yang menyalakan rindu

Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi
Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari
Segala tumbuhan dan pohonan membuahkan pahala segar
Bagi pagar-pagar bambu yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu

Hari esok adalah perjalanan sebagai petani
Membuka amal-amal dalam lading belantara yang pekat
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
Dunia telah lama kutimbang dan berulang ku hancurkan
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranmu yang lain
Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan berkubur

  1. 1990
Suatu Sabtu Udara Sepucat Lampu
Moh Wan Anwar

Di Rangkasbitung, suatu sabtu
Udara sepucat lampu
Laron-laron menggigil
Sebelum gerimis turun dari dukamu
Dulu di sana, di losmen pinggiran benua raya
Dalam musim dingin dan anggur tandas
           
Sampai nurani –pamong pengisah itu
Menungkan gelisah-gelisahnya
Kata-kata dikuliti, tulang iga yang kurus

Menyembul di samping golok
Tapi kini masih kau saksikan
Rangkasbitung masih malam
Isyarat gawat berkelebat di cakrawala
si pengisah itu multatuli- adalah kau juga
Gerah memandang gubug kirai menjuntai
Tempat saijah-adinda dulu tercerai
Kau tulis sajak tentang ternak
Emas dan padi lenyap sebelum gelap
Mekar kota-kota utara dan timur laut
Di bentangkan jarak yang menggoyangkan
Tanggul sunyi air mata mungkin si gelisah itu termangu-mangu –seperti kau
Dan aku, mengembarai hutan-hutan
Yang disulap bagai mainan. Di rangkasbitung
Suatu sabtu, udara sepucat suara kita

Rangkasbitung, 1999.

  1. 2000
Legenda
Omi Intan Naomi

Joko tarub tidak menemukan gaun para dewi
Dari balik kaca ray-ban ia bahkan
Tak bisa lihat pelangi
Sedang dari atas baby-benz sangkuriang jatuh cinta
Pada meriam belina
Dan raja-raja mencari nyawa suzzana
Zaman telah lalu
Tapi kini dan lampau hanya waktu
(angkatan 2000, 2001)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar