Jumat, 26 September 2014

MAKALAH KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN



KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Pengelolaan Pendidikan dengan bahasan Kepemimpinan Pendidikan.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas demi menyelesaikan mata kuliah Pengelolaan Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam kesempata ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Rochanie selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Pendidikan yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan berlangsung.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Tetapi besar harapan saya, agar makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.



Serang, 01 Mei 2014
Penulis            




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang Masalah...............................................................................................3
1.2.     Identifikasi Masalah.....................................................................................................3
1.3.     Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.4.     Tujuan Penulisan..........................................................................................................4
1.5.     Manfaat Penulisan........................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Arti Kepemimpinan Pendidikan...................................................................................5
BAB III
APLIKASI MANAGEMEN
3.1.Fungsi Kepemimpinan Pendidikan................................................................................6
3.2.Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan.............................................................................8
3.3.Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan......................................................................8
3.4.Pendekatan dalam Kepemimpinan Pendidikan..........................................................9
3.5.Peran Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan....................................................11
BAB IV
PENUTUP
4.1.         Kesimpulan..............................................................................................................12
4.2.         Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BIODATA PENULIS.............................................................................................................15




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan  faktor  utama  dalam  pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan  sangat  berperan dalam membentuk baik  atau buruknya  pribadi manusia menurut  ukuran normatif. 
Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud,  tidak  lain  adalah  sumber daya manusia  yang  terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta  didik  atau  siswa, dan orang  tua  siswa. 
Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, kepala sekolah bertanggung  jawab  atas  tercapainya  tujuan  sekolah.  Kepala  sekolah diharapkan menjadi  pemimpin dan  inovator  di  sekolah. Oleh  sebab  itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah.
Kemampuan profesional  kepala  sekolah  sebagai  pemimpin pendidikan  yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu  situasi belajar mengajar yang kondusif,  sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat  belajar  dengan  tenang.  Disamping  itu kepala  sekolah dituntut  untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
Kepala  sekolah  adalah pengelola pendidikan di  sekolah  secara keseluruhan, dan kepala sekolah adalah pemimpin  formal pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di  sekolah, kepala  sekolah bertanggung  jawab penuh untuk mengelola  dan  memberdayakan  guru-guru  agar  terus  meningkatkan kemampuan  kerjanya.
Keberhasilan  suatu  sekolah pada  hakikatnya  terletak pada efisiensi  dan  efektivitas penampilan seorang kepala sekolah

1.2.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik beberapa pembahasan yang akan saya bahas dalam makalah ini, yaitu:
a.       Arti kepemimpinan
b.      Fungsi seorang pemimpin
c.       Tipe-tipe kepemimpinan sekolah
d.      Peran kepemimpinan pendidikan
e.       Pendekatan yang digunakan oleh pemimpin pendidikan

1.3.       Rumusan Masalah
a.       Apakah arti dan fungsi dari kepemimpinan pendidikan?
b.      Apa sajakah tipe-tipe kepentingan kependidikan itu?
c.       Bagaimanakah keterampilan kepemimpinan pendidikan itu?
d.      Pendekatan apa sajakah yang ada dalam kepempinan pendidikan?
e.       Bagaimanakah peranan evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan?

1.4.       Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui arti dan fungsi dari kepemimpinan pendidikan.
b.      Untuk mengetahui tipe-tipe kepentingan kependidikan.
c.       Untuk mengetahui keterampilan kepemimpinan pendidikan.
d.      Untuk mengetahui berbagai pendekatan yang ada dalam kepemimpinan pendidikan.
e.       Untuk mengetahui peranan evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan.

1.5.       Manfaat Penulisan
Manfaat yang saya harapkan dari penulisan makalah ini adalah:
a.       Bisa memberikan pembelajaran bagi teman-teman siswa maupun mahasiswa mengenai kepemimpinan pendidikan
b.      Bisa memberikan pemahaman kepada para pemimpin kependidikan tentang arti dan fungsi pemimpin pendidikan yang baik.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       Arti Kepemimpinan Pendidikan
Jika berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, hendaklah kita berusaha memahami bahwa dalam pelaksanaan tugas itu ada seseorang yang berfungsi sebagai pemimpin. Ia adalah orang yang dapat bekerja sama dengan orang lain dan yang dapat bekerja untuk orang lain. Hal itu dianjurkan juga oleh Elwood L. Prestwood dalam bukunya “The High School Principal and Staff Work Together”.
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut sebagai pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di sekolah, kepala kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maupun pengawas pendidikan di Kantor Pembinaan Pendidikan dan Kebudayaan dan di daerah pelayanannya, juga pendidik lain. Kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan. Bisa dikatakan, kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuan tersebut merupakan tujuan bersama.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama itu, pemimpin kelompok yang satu bergantung pada pemimpin dan kelompok yang lain. Seseorang tidak dapat menjadi pemimpin jika terlepas dari kelompok. Kepempinan merupakan suatu sifat dari aktivitas kelompok. Setiap orang sebagai anggota suatu kelompok dapat memberikan sumbangannya untuk kesuksesan kelompoknya.
Di dalam suatu kelompok harus ada persatuan. Persatuan harus dibentuk dan dibina oleh pemimpin kelompok itu. Di bawah kepemimpinannya, baik pemimpin maupun ayng dipimpin, harus berusaha bersama untuk mencapai tujuan kelompok itu. Persatuan harus diciptakan dan dipelihara dalam kelompok. Jika tidak, kelompok itu hanya merupakan kumpulan dari individu-individu, yang seorang terpisah dari yang lain.
Bertalian dengan hal di atas, harus ada seseorang yang dapat mengembangkan perasaan kelompok dan koordinasi. Ia muncul sebagai pemimpin, ia memperlihatkan kelebihan dan kesanggupan dalam membina kegiatan kelompok menuju ke hal tercapainya tujuan kelompok itu. Kesanggupannya sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh kelompoknya. Dalam membicarakan kepemimpinan, sebaiknya kita berpegang pada teori tertentu, misalnya sebagai berikut:
a.      Teori Sifat
Jika seseorang dijadikan pemimpin, ia harus memenuhi syarat tertentu. Apabila dalam dirinya terdapat sifat serta sikap tertentu, barulah ia dijadikan pemimpin. Kepemimpinan yang didasarkan pada sifat-sifat tertentu itulah yang disebut sebagai teori sifat.
b.      Teori Situasi
Jika seseorang dijadikan pemimpin dalam situasi-situasi tertentu karena kelebihan keterampilan dan sifat tertentu yang tampak pada dirinya, sehingga dapat memecahkan masalah kelompok, maka kepemimpinan ini didasarkan oleh situasi yang ada.
Dalam situasi lain, bilamana kelompok tidak memerlukan kelebihan keterampilan, dan sifat-sifat orang tersebut, maka ia tidak dapat dijadikan pemimpin, ia adalah anggota biasa saja. Berdasarkan kebenaran teori itu, kedua macam teori di atas dapat diterima.
Selanjutnya, perlu kita ketahui bahwa apabila seseorang diangkat secara resmi oleh pihak atasan, ia disebut official leader atau pemimpin resmi. Sebaliknya, jika seseorang diangkat menjadi pemimpin dalam keadaan darurat karena sumbangannya yang berharga terhadap kelompok, misalnya karena adanya suatu masalah yang tidak dapat diatasi oleh seorang official leader pemimpin seperti itu disebut emerging leader atau pemimpin dalam keadaan darurat atau keadaan terpaksa. Perhatian kita seterusnya hanya ditujukan kepada official leader.

BAB III
APLIKASI MANAGEMEN
3.1.       Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Telah kita ketahui bahwa memimpin ialah membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tujuan kelompok dapat dicapai. Sehubungan dengan arti kepemimpinan itu, sebaiknya kita mengetahui juga fungsi kepemimpinan, yang pada dasarnya dapat dibagi atas dua macam, yaitu:
1.      Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai dan
2.      Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya.
Berikut antara lain fungsi pemimpin yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai, di antaranya:
1)      Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskannya supaya anggota dapat bekerja sama mencapai tujuan itu.
2)      Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik. Kepemimpinan harus cocok dengan situasi yang nyata, sebab kepemimpinan yang seefektif-efektifnya dalam suatu demokrasi bergantung pada interaksi antaranggota dalam situasi itu. Saran-saran positif yang akan diberikan oleh anggota akan membantu pemimpin membawa anggota dalam mencapai tujuan bersama.
3)      Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat.
4)      Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok.
5)      Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok.
6)      Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama.
Berikut antara lain fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan, di antaranya:
1)      Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok. Jika ada kegotongroyongan anatara anggota kelompok, pekerjaan akan berjalan lancar dan akan mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Seseorang anggota dapat mempengaruhi anggota yang lain, hal itu disebabkan oleh perhatiannya yang besar terhadap tujuan kelompok, selain itu hasrat dan kesanggupannya untuk bekerja sama dengan orang lain cukup besar. Pengaruh positif itu sangat menguntungkan usaha kelompoknya.
2)      Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerj dalam pelaksanaan tugas. Kepuasan rohaniah akan terpenuhi jika ada ruang yang menarik dan dalam ruang itu terdapat perabotan yang dapat memberi kenyamanan beristirahat dan cukup memadai. Jalan lain untuk menciptakan situasi pekerjaan yang menyenangkan ialah berusaha supaya anggota kelmpok merasa bahwa pemimpin berdiri di belakang mereka dan mendukungnya. Pemimpin harus dapat menanamkan perasaan aman kepada mereka. Anggota kelompok harus mengetahui bahwa pemimpin menaruh kepercayaan kepada mereka masing-masing.
3)      Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok.

2.2.     Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
1.       Tipe Otoriter / Tipe authoritarian
Dalam kepemimpunan yang otoriter, pemmpin bertindak sebagai dictator terhadap anggota kelompok
2.      Tipe Laissez-faire
Pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, melainkan membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Keberhasilan lembaga ditenukan atas kesadaran dan dedikasi anggota kelompok. Struktur organisasinya kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan
3.       Tipe Demokratis
Kepemimpinannya bukan sebagai dictator, tapi di tengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin berusaha menstimulus anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan anggotanya.
4.       Tipe Pseudo-demokratis / demokratis semu / manipulasi demokratik
Pemimpin hanya tampaknya saja demokratis, namun sebenarnya dia bersikap otokratis.

2.3.       Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan
1.      Keterampilan dalam memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Untuk itu harus memiliki kemampuan bagaimana caranya : menyusun rencana bersama, mengajak annotanya berpartisipasi, member bantuan kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat keputusan. Pemimpin tidak hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan.
2.      Keterampilan dalam hubungan insani
Hubungan insane merupakan hubungan antar manusia. Ada dua jenis hubungan yaitu :
a.        Hubungan karna tugas resmi
b.      Hubungan kekeluargaan
3.      Keterampilan dalam proses kelompok
Maksud utama adalah meningkatkan partisipasi anggota kelompompok sehingga dapat mengefektifkan potensi. Pemimpin sebagai penengah , pendamai, dan bukan menjadi hakim.
4.      Keterampilan dalam proses administrasi personil
Kegiatan ini mencangkup segala usaha yang menggunakan keahlian yang dimiliki petugas secara efektif. Kegiatannya meliputi seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan, dan pengembangan, serta kesejahteraan.
5.      Keterampilan dalam menilai
Merupaka usaha untuk mengetahui sejauh mana tujuan sudah tercapai. Teknik dan prosedur evaluasi : menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma / ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data, pengolahan data, menyimpulkan hasil penilaian.

2.4.       Pendekatan dalam Kepemimpinan Pendidikan
Pendekatan-pendekatan itu adalah untuk memecahkan masalah-masalah kepemimpinan yang telah lama dilakukan dan diselidiki oleh para ahli. Pada dasarnya, ada dua macam pendekatan dalam kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:
A.    Pendekatan Sifat-sifat (Traits Approach)
Pendekatan ini dimulai dengan mengadakan perumusan teori kepemimpinan melalui identifikasi sifat-sifat seorang pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan kepemimpinan pendidikan. Pada masa itu orang mengadakan penelitian terhadap sifat-sifat pemimpin, dengan ciri-ciri seperti kecerdasan, keadaan emosional, kesabaran, gairah, fisik, yang kuat dan sehat, serta tinggi yang memenuhi syarat, dan sebagainya. Teori ini menyatakan bahwa leader was born, pemimpin adalah dilahirkan. Ia membawa sifat-sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Berdasarkan penelitian para ahli, maka teori dan pendekatan sifat-sifat dalam kepemimpinan ini dianggap telah kuno.
B.     Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)
Untuk memahami pendekatan behavioral ini, ada baiknya kita bahas lebih dahulu pendapat James MacGreger Burns tentang kepemimpinan yang berorientasi pada perilaku. Pendapat Burns mengandung unsur-unsur pengertian sebagai berikut:
a)      Pada dasarnya kepemimpinan itu mempengaruhi terpimpin atau anak buahnya.
b)      Melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya.
c)      Tujuan itu mewakili nilai-nilai dan motivasi, keperluan dan kebutuhan, cita-cita dan harapan.
d)     Tujuan itu milik pemimpin dan terpimpin.
e)      Kepemimpinan itu mesti mempergunakan kekuasaan atau kemampuan (power).
f)       Power itu bersumber dari kebutuhan dan tujuan terpimpin.
g)      Hakikat dari hubungan pemimpin dan terpimpn adalah interaksi pribadi.
h)      Dalam interaksi itu mengandung tingkat yang berbeda-beda dalam motivasi , potensi, kemampuan, termasuk keterampilan.
i)        Interaksi itu dalam rangka mencapai tujuan umum atau tujuan khusus yang telah disetujui bersama.
Jadi, kesimpulan dari pendapat di atas adalah sebagai berikut:
a)      Sumber power untuk memimpin itu pada hakikatnya dari kelompok/terpimpin, walaupun pemimpin itu mempengaruhi kelompok tersebut.
b)      Pengaruh itu terlihat pada penampilan kelompok dalam mencapai tujuan.

2.5.       Peran Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan
Arti Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan
Kimball Wiles (1961:292) memberikan gambaran singkat tentang arti evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan dalam suatu halaman khusus. Gambaran terbesut diuraikan sebagai berikut:
a.       Penilaian adalah sebuah proses membuat bahan pertimbangan yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk perencanaan. Setiap pemimpin pendidikan harus terlibat dalam menyusun suatu perencanaan, baik perencanaan yang baru maupun perencanaan untuk memperbaiki pelaksanaan yang sudah pernah dijalankan. Untuk menyusun perencanaan itu dibutuhkan bahan pikiran konkret sebagai masukan baginya. Bahan-bahan pikiran yang konkret itu hanya diperoleh melalui penilaian, yaitu hasil penilaian segala bidang dan aspek kegiatan dalam sekolah tersebut.
b.      Hal itu terdiri dari penetapan tujuan, pengumpulan bukti mengenai pertumbuhan, atau kelemahan yang diukur dari tujuan yang telah ditentukan itu. Untuk mengadakan penilaian terhadap sesuatu, kita harus menentukan tujuan terlebih dahulu, untuk apakah penilaian itu diadakan? Tujuan tersebut merupakan batas yang harus dicapai. Kemudian diadakan pengumpulan data tentang hal yang sudah dilaksanakan, baik yang berhasil maupun yang gagal. Bukti-bukti ini dapat dianalisis dan disimpulkan. Dari bukti/data itu kita dapat mengadakan penilaian, sampai seberapa jauh hasil itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
c.       Membuat bahan pertimbangan tentang bukti tersebut dan perbaikan prosedur serta pertimbangan tujuan yang jelas. Dalam penilaian itu akan terjadi pemilihan masalah yang akan dinilai serta kriteria yang diperlukan oleh mereka. Hasilnya adalah untuk perbaikan prosedur yang sudah pernah dilaksanakan kalau prosedur itu ternyata keliru atau kurang baik.
d.      Hal itu merupakan prosedur untuk memajukan hasil yang akan dicapai dan proses yang akan dilaksanakan serta tujuan-tujuan itu sendiri. Melalui penilaian itu, pemimpin pendidikan akan memperoleh prosedur yang jelas dan tepat sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih memuaskan segala pihak yang terlibat dalam kegiatan sekolah itu. Demikian pula proses pelaksanaan akan dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab mereka, karena mereka merasa bahwa proses tersebut merupakan kenyataan yang telah diterima dan dipahami mereka, sehingga mereka melaksanakan dengan senang dan tenang. Akhirnya, melalui prosedur penilaian, mereka akan lebih menghayati dan menyadari tujuan yang akan dicapainya; mereka tidak akan segan mengajukan usul tentang perbaikan tujuan itu apabila tujuan itu ternyata kurang memadai dilihat dari sudut perkembangannya.
e.       Penilaian adalah prosedur, melalui prosedur itu, pemimpin pendidikan akan dapat memajukan stafnya (kelompok). Melalui penilaian, terutama dengan evaluasi sendiri, pemimpin pendidikan akan memberi keyakinan dan kesadaran tentang keadaan mereka masing-masing, baik dilihat dari status mereka dalam jabatan, maupun dari keadaan kepribadian mereka. Mereka akan lebih mengenal diri mereka masing-masing dan akan berusaha mengeliminasi yang kurang baik dan mengembangkan kemampuan dirinya yang positif. Dengan demikian, pemimpin pendidikan akan berhasil membina, mengoordinasi, dan mengarahkan mereka untuk memajukan kelompoknya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna penilaian dalam kepemimpinan adalah mengubah perilaku pemimpin dan yang dipimpin melalui pendekatan ilmiah, sehingga mereka sadar dan lebih bertanggung jawab terhadap tujuan pendidikan dan pengajaran, berusaha mencari prosedur kerja yang dipahami dan disetujui mereka, berusaha melaksanakan proses pekerjaan dan tanggung jawab dengan penuh kesadaran, berusaha mencapai hasil yang lebih memuaskan, dan berusaha selalu mempertumbuhkan diri, baik secara perseorangan maupun secara berkelompok. 

BAB IV
PENUTUP
4.1.    Kesimpulan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat.Disamping tipe-tipekepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga tipe antara lain : Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya. 
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

4.2.    Saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1.      Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2.      Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
3.      Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4.      Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instnasi.

DAFTAR PUSTAKA
Indrafachrudi, Soekarto dan J.F. Tahalele.2006.Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif. Malang: Ghalia Indonesia
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

















BIODATA PENULIS
Nama                           : Nur Kholilah
NIM                            : 2222120758
Tempat, tgl lahir          : Tangerang, 16 Februari 1995
Alamat                          : Ds. Mekar Bakti Rt. 003/001 No. 27 Kec. Panongan Kab. Tangerang-Banten
Moto Hidup                  : Senyum adalah semangat

Orang-orang Berdasi dan Berjas Tebal Itu, Mereka Harus Sekolah Kembali



Jenis Karangan : Karangan Argumentasi
Bencana banjir yang selalu melanda wilayah Jakarta seolah sudah menjadi rutinitas tahunan yang akan selalu dilewati oleh warga Jakarta. Seperti tidak pernah ada jeranya. Mereka orang-orang berdasi tidak sangat pandai memikirkan kontruksi bangunan berlantai banyak dengan tempat strategis di tengah pusat kota, baik itu dekat pusat perdagangan, pusat bisnis, pusat pendidikan, dan sebagainya. Hal tersebut, akan membuat banyak orang tinggal di gedung yang segalanya serba terjangkau. Tentunya akan ada banyak masyarakat lebih memilih tinggal di tempat yang segalanya serba mudah terjangkau. Populasi akan semakin meningkat, kepadatan pun tentunya akan terjadi jika Jakarta sudah padat, apakah orang berdasi itu memikirkan dampak yang terjadi jika kepadatan populasi terjadi di Jakarta?
Mereka hanya berpikr, cara untuk memberikan fasilitas yang baik untuk para penghuni gedung, sampai membuat basement bertingkat dan itu semua yang membuat daerah resapan air berkurang dan semakin berkurang, sampai-sampai pasokan air bersih pun semakin berkurang. Bukan hal yang tidak mungkin, jika suatu saat air bersih akan sulit ditemukan di Jakarta atau yang lebih mirisnya Jakarta tenggelam menjadi lautan.
Hanya demi keuntungan pribadi mereka mengorbankan jutaan warga Jakarta, mengorbankan ibu kota negeri kita, bahkan mereka mengorbankan bumi kita. Memang seharusnya mereka kembali bersekolah agar mereka bisa berhitung dengan baik, bisa memperhitungkan segala hal yang menguntungkan semua pihak dan bahkan mengamankan ibu kota dari ancaman banjir tiap tahunnya. Mereka seharusnya tidak hanya membangun gedung tetapi juga memikirkan, jalan pembuangan air. Banyak memang orang yang mudah tergiur dengan keuntungan pembangunan gedung, tetapi tidak seharusnya keuntungan yang mereka dapati merugikan banyak pihak yang sama sekali tidak tahu menahu terkait hal tersebut.

GEMPAR LOMBA SEMARAK BULAN BAHASA 2014

 SEMARAK BULAN BAHASA 2014
Sehubungan dengan akan datangnya Bulan Bahasa kami dari Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-Banten. Bermaksud untuk mengajak teman-teman, kakak, adik, ibu/bapak semua untuk bergabung menyalurkan bakat di ajang perlombaan Semarak Bulan Bahasa 2014. Terdapat beberapa lomba mengenai Kebahasaan dan Sastra di antaranya: Cipta puisi (Nasional), Cipta Cerpen (Nasional), Debat Bahasa (se-Banten), Musikalisasi Puisi (se-Banten, se-Jabodetabek), Monolog (se-Banten, se-Jabodetabek), Pidato (Nasional), Baca Puisi (Nasional), Baca Berita (se-Banten), dan beberapa lomba lainnya. Yang akan diikuti oleh pelajar SMP/SMA, Mahasiswa dan Umum. Informasi lomba hubungi (Lilah: 083876006708) atau bisa membuka link (himadiksatuntirta.blogspot.com)
 PENDAFTARAN DIPERPANJANG SAMPAI TANGGAL 2 OKTOBER LOOOOH!!!! AYOOO BURUAAN





Selasa, 05 November 2013

Inspirasi Film Sang Penari dari Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari


Sebuah film yang terinspirasi dari sebuah novel karya Ahmad Tohari ini harus diperhitungkan dalam industri per-filman di Indonesia. Sebab, film ini mampu mengangkat cerita cinta dalam balutan kisah mengenai carut marut dunia politik yang pernah terjadi di Indonesia dan kehidupan sebuah dusun yang selalu didera kemiskinan dan kekeringan. Ifa Isfansyah (Sutradara Film Sang Penari) mengaku filmnya terinspirasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk tapi bukan adaptasi dari novel tersebut. Karena, yang saya tahu penulis novel memang menyarankan agar novelnya hanya menjadi inspirasi saja dan untuk membebaskan sutradara dalam berimajinasi di filmnya tersebut.
Semula saya berfikir film yang terinspirasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk ini ceritanya tidak jauh berbeda dengan novelnya. Ternyata, apa yang saya pikirkan salah. Cerita dari film Sang Penari sangat jauh berbeda dengan novelnya. Sutradara memang lebih membuka imajinasinya tentang novel tersebut dengan lebih luas dan lebih bebas menceritakannya kembali. Tetapi dapat saya akui, secara isi unsur cerita dari film Sang Penari secara keseluruhan adalah unsur cerita dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karena dalam cerita Sang Penari, tokoh yang dipakai masih sama dengan tokoh yang ada di novel dan latar tempat ceritanya pun masih sama seperti misalnya nama dusun Dukuh Paruk dan Pasar Dauwan.
Namun, banyak juga cerita-cerita yang berubah dan sedikit ditambah-tambahkan di dalam filmnya. Seperti di awal film misalnya, usia Srintil pada saat Srintil dinobatkan menjadi seorang ronggeng yang berbeda dengan cerita di novelnya, hadirnya tokoh Surti dalam film yang menjadi ronggeng sebelum Srintil yang dalam novel sama sekali tidak ada cerita mengenai ronggeng Surti, dan masih ada beberapa cerita lain yang diubah dalam film ini. Sekalipun banyak terjadi perubahan cerita dalam filmnya, Sang Penari tidak bisa begitu saja dilepaskan dari Ronggeng Dukuh Paruk karena memang sejauh unsur cerita yang terlihat memang masih memiliki satu ikatan atau satu alur tersendiri.
Banyak unsur yang terdapat dalam novel ini seperti misalnya kemiskinan, kekeringan, sejarah sosial-politik Indonesia, relativitas nilai-nilai kultural dan moral, modernitas, tradisionalitas dan unsur-unsur lain yang lebih kecil yang ikut menyatu dan memadatkan isi cerita novel. Namun, dari sekian banyak unsur yang menurut saya lebih banyak terdapat dalam novel ini adalah unsur tentang cinta. Bagaimana kisah cinta Srintil dibahas secara mendalam di dalam novel ini, penulis mampu membuat cerita dengan latar percintaan ini dengan membuat pembaca masuk dan ikut bergejolak dalam kisah cinta tersebut. Banyak hal-hal yang dirasakan Srintil dan mampu mengajak saya untuk bisa merasakannya juga karena terbawa oleh arus permainan kata yang digunakan oleh penulis.
Sama halnya dengan film Sang Penari yang saya rasa, sutradara terlalu berlebihan dalam memasukan unsur percintaan ke dalam filmnya, sehingga unsur-unsur lain seperti kebudayaan, politik, sosial, moral, dan unsur lainnya yang sangat dalam dibahas dalam novel sedikit terabaikan. Padahal jika unsur-unsur tersebut tidak hanya dipakai sebagai hiasan saja, akan memperkuat unsur cerita dalam film tersebut terutama unsur kebudayaan dan politiknya.
Sebetulnya sempat terbayang oleh saya bagaimana kehidupan di Dukuh Paruk yang selalu dikelilingi kemiskinan dan didera kekeringan, rasa iba terhadap warga Dukuh Paruk dapat saya rasakan ketika membaca novel Ronggeng Dukuh Paruk. Tetapi, ketika saya menonton filmnya, sangat berbeda dengan profil Dukuh Paruk yang digadang-gadang serba kekeringan itu ketika saya melihat bagian yang menurut saya hampir sama dengan cerita di novel, namun maknanya terpatahkan begitu saja hanya karena satu hal. Misalnya dibagian yang satu ini, pada saat bocah Dukuh Paruk yang sedang mencuri singkong di ladang, dengan mudahnya bocah-bocah tersebut mencabut singkong yang tertanam pada tanah yang baru saja diguyur hujan. Padahal pada konteksnya Dukuh Paruk adalah desa yang serba kekeringan dan hal itu terpatahkan karena cerita film pada bagian tersebut.
Tetapi ada bagian di film yang menurut saya patut mendapat pujian, keberanian sutradara menampilkan drama politik yang ada dalam dusun itu patut diacungi jempol, padahal dalam novel yang dituliskan oleh Ahmad Tohari ini tidak begitu berani menceritakan mengenai pembunuhan orang-orang komunis PKI oleh tentara. Dan menceritakan bagaimana ada orang yang dibunuh dan mayatnya mengambang di sungai. Tentunya terdapat juga keberanian Ahmad Tohari dalam bercerita, sekalipun hanya menggunakan simbol, tetapi saya dapat menangkap makna dari simbol tersebut. Seperti misalnya, ketika Sakarya mendapati makam Ki Secamenggala diporak porandakan oleh orang yang mereka fikir adalah orang-orang dari PKI, tiba-tiba ada seseorang yang datang dengan membawa caping hijau. Di sanalah keberanian Ahmad Tohari yang dengan simbolnya “caping hijau”, yang saya tahu warna hijau itu identik dengan atribut kelompok NU, kelompok agama terbesar yang diperintahkan oleh militer untuk membasmi anggota PKI. Kelompok NU tidak sepenuhnya menjadi pelaku dalam cerita ini, mereka juga menjadi korban karena mereka diperdaya oleh militer agar mau membasmi anggota PKI. Dengan menggunakan simbol “caping hijau” secara berani Ahmad Tohari membentangkan pedoman lain selain kemiliteran dan komunis, yaitu kelompok keagamaan.
Berbanding terbalik dengan keberanian Ahmad Tohari, Isfansyah yang masih belum berani mengungkap simbol yang dituliskan oleh Ahmad Tohari terlihat ketika Bakar (Lukman Sardi) yang sedang berdiri di samping reruntuhan makam Ki Secamenggala pada malam hari, ketika itu Bakar menunjukkan caping namun warnanya disamarkan. Bisa jadi hal tersebut sengaja dibuat oleh sutradara karena memang sutradara yang masih takut menerima reaksi dari kelompok NU.
Pada akhir cerita dalam novel, Ahmad Tohari menunjukkan anti-klimaks pada ceritanya tersebut. Terlihat ketika bagaimana kehancuran Dukuh Paruk yang dianggap sebagai pedukuhan cabul dan komunis yang menyebabkan para pelaku ronggeng dipenjarakan selama dua tahun lamanya. Dengan bertahap Ahmad Tohari menceritakan kisah Srintil setelah keluar dari penjara yang akhirnya Srintil mengalami gangguan kejiwaan akibat kekecewaannya terhadap Bajus, lelaki yang berjanji akan menikahinya namun ia malah menjual Srintil kepada lelaki hidung belang demi mendapat penghasilan untuk Bajus. Sebelum Srintil mengalami gangguang kejiwaan diceritakan bahwa Srintil ingin membebaskan dirinya dari segala hal yang berhubungan dari ronggeng. Tetapi diakhir film, Srintil tiba-tiba muncul dengan Sakum dan kembali meronggeng dengan cerianya. Tanpa dijelaskan kemana perginya Sakarya dan Kertareja. Juga bagaimana bisa Srintil tiba-tiba kembali meronggeng dengan wajah cerianya. Terjadi perbedaan yang bertolak belakang di akhir cerita ini. Dalam novel, cerita berakhir dengan tragis dan menyedihkan tetapi di dalam film cerita berakhir dengan keceriaan dan keromantisan.