KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Pengelolaan Pendidikan dengan bahasan Kepemimpinan Pendidikan.
Penulisan
makalah merupakan salah satu tugas demi menyelesaikan mata kuliah Pengelolaan
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam
kesempata ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Rochanie selaku
dosen mata kuliah Pengelolaan Pendidikan yang telah memberikan bimbingan selama
perkuliahan berlangsung.
Dalam
penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki.
Untuk itu kritik dan saran saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Tetapi besar harapan saya, agar makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Serang,
01 Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah...............................................................................................3
1.2. Identifikasi Masalah.....................................................................................................3
1.3. Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.4. Tujuan Penulisan..........................................................................................................4
1.5. Manfaat Penulisan........................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Arti Kepemimpinan
Pendidikan...................................................................................5
BAB III
APLIKASI MANAGEMEN
3.1.Fungsi Kepemimpinan Pendidikan................................................................................6
3.2.Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan.............................................................................8
3.3.Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan......................................................................8
3.4.Pendekatan dalam Kepemimpinan Pendidikan..........................................................9
3.5.Peran Evaluasi dalam Kepemimpinan
Pendidikan....................................................11
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan..............................................................................................................12
4.2.
Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BIODATA PENULIS.............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan faktor utama
dalam pembentukkan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
pribadi manusia menurut ukuran
normatif.
Sekolah
sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-unsur yang masing-masing baik
secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan keja sama untuk mencapai
tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud,
tidak lain adalah
sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf,
peserta didik atau
siswa, dan orang tua siswa.
Dalam hal
ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah,
kepala sekolah bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan sekolah.
Kepala sekolah diharapkan
menjadi pemimpin dan inovator
di sekolah. Oleh sebab
itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi
keberhasilan sekolah.
Kemampuan
profesional kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan
suatu situasi belajar mengajar yang
kondusif, sehingga guru-guru dapat
melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar
dengan tenang. Disamping
itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya,
dalam hal ini guru.
Kepala sekolah
adalah pengelola pendidikan di
sekolah secara keseluruhan, dan
kepala sekolah adalah pemimpin formal
pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru
agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya.
Keberhasilan suatu
sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan
efektivitas penampilan seorang kepala sekolah
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik beberapa pembahasan yang akan saya
bahas dalam makalah ini, yaitu:
a.
Arti
kepemimpinan
b.
Fungsi
seorang pemimpin
c.
Tipe-tipe
kepemimpinan sekolah
d.
Peran
kepemimpinan pendidikan
e.
Pendekatan
yang digunakan oleh pemimpin pendidikan
1.3.
Rumusan Masalah
a. Apakah arti dan fungsi dari kepemimpinan pendidikan?
b. Apa sajakah tipe-tipe kepentingan kependidikan itu?
c. Bagaimanakah keterampilan kepemimpinan pendidikan itu?
d. Pendekatan apa sajakah yang ada dalam kepempinan
pendidikan?
e. Bagaimanakah peranan evaluasi dalam kepemimpinan
pendidikan?
1.4.
Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui arti dan fungsi dari kepemimpinan
pendidikan.
b. Untuk mengetahui tipe-tipe kepentingan kependidikan.
c. Untuk mengetahui keterampilan kepemimpinan pendidikan.
d. Untuk mengetahui berbagai pendekatan yang ada dalam
kepemimpinan pendidikan.
e. Untuk mengetahui peranan evaluasi dalam kepemimpinan
pendidikan.
1.5.
Manfaat Penulisan
Manfaat
yang saya harapkan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Bisa memberikan pembelajaran bagi teman-teman siswa
maupun mahasiswa mengenai kepemimpinan pendidikan
b. Bisa memberikan pemahaman kepada para pemimpin
kependidikan tentang arti dan fungsi pemimpin pendidikan yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Arti Kepemimpinan Pendidikan
Jika
berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, hendaklah kita berusaha memahami
bahwa dalam pelaksanaan tugas itu ada seseorang yang berfungsi sebagai
pemimpin. Ia adalah orang yang dapat bekerja sama dengan orang lain dan yang
dapat bekerja untuk orang lain. Hal itu dianjurkan juga oleh Elwood L. Prestwood dalam bukunya “The
High School Principal and Staff Work Together”.
Tiap-tiap
orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam
lapangan pendidikan dapat disebut sebagai pemimpin
pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di
sekolah, kepala kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maupun pengawas
pendidikan di Kantor Pembinaan Pendidikan dan Kebudayaan dan di daerah
pelayanannya, juga pendidik lain. Kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam
pembinaan pendidikan. Bisa dikatakan, kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam
membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok
itu. Tujuan tersebut merupakan tujuan bersama.
Dalam
usaha untuk mencapai tujuan bersama itu, pemimpin kelompok yang satu bergantung
pada pemimpin dan kelompok yang lain. Seseorang tidak dapat menjadi pemimpin
jika terlepas dari kelompok. Kepempinan merupakan suatu sifat dari aktivitas
kelompok. Setiap orang sebagai anggota suatu kelompok dapat memberikan
sumbangannya untuk kesuksesan kelompoknya.
Di
dalam suatu kelompok harus ada persatuan. Persatuan harus dibentuk dan dibina
oleh pemimpin kelompok itu. Di bawah kepemimpinannya, baik pemimpin maupun ayng
dipimpin, harus berusaha bersama untuk mencapai tujuan kelompok itu. Persatuan
harus diciptakan dan dipelihara dalam kelompok. Jika tidak, kelompok itu hanya
merupakan kumpulan dari individu-individu, yang seorang terpisah dari yang
lain.
Bertalian
dengan hal di atas, harus ada seseorang yang dapat mengembangkan perasaan
kelompok dan koordinasi. Ia muncul sebagai pemimpin, ia memperlihatkan
kelebihan dan kesanggupan dalam membina kegiatan kelompok menuju ke hal
tercapainya tujuan kelompok itu. Kesanggupannya sangat dibutuhkan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh kelompoknya. Dalam membicarakan
kepemimpinan, sebaiknya kita berpegang pada teori tertentu, misalnya sebagai
berikut:
a.
Teori Sifat
Jika
seseorang dijadikan pemimpin, ia harus memenuhi syarat tertentu. Apabila dalam
dirinya terdapat sifat serta sikap tertentu, barulah ia dijadikan pemimpin.
Kepemimpinan yang didasarkan pada sifat-sifat tertentu itulah yang disebut
sebagai teori sifat.
b.
Teori Situasi
Jika
seseorang dijadikan pemimpin dalam situasi-situasi tertentu karena kelebihan
keterampilan dan sifat tertentu yang tampak pada dirinya, sehingga dapat
memecahkan masalah kelompok, maka kepemimpinan ini didasarkan oleh situasi yang
ada.
Dalam
situasi lain, bilamana kelompok tidak memerlukan kelebihan keterampilan, dan
sifat-sifat orang tersebut, maka ia tidak dapat dijadikan pemimpin, ia adalah
anggota biasa saja. Berdasarkan kebenaran teori itu, kedua macam teori di atas
dapat diterima.
Selanjutnya,
perlu kita ketahui bahwa apabila seseorang diangkat secara resmi oleh pihak
atasan, ia disebut official leader atau
pemimpin resmi. Sebaliknya, jika seseorang diangkat menjadi pemimpin dalam
keadaan darurat karena sumbangannya yang berharga terhadap kelompok, misalnya
karena adanya suatu masalah yang tidak dapat diatasi oleh seorang official leader pemimpin seperti itu
disebut emerging leader atau pemimpin
dalam keadaan darurat atau keadaan terpaksa. Perhatian kita seterusnya hanya
ditujukan kepada official leader.
BAB III
APLIKASI
MANAGEMEN
3.1.
Fungsi
Kepemimpinan Pendidikan
Telah kita ketahui bahwa memimpin
ialah membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tujuan kelompok dapat
dicapai. Sehubungan dengan arti kepemimpinan itu, sebaiknya kita mengetahui
juga fungsi kepemimpinan, yang pada
dasarnya dapat dibagi atas dua macam, yaitu:
1. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai
dan
2. Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan
yang sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya.
Berikut
antara lain fungsi pemimpin yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai,
di antaranya:
1) Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan
teliti tujuan kelompok serta menjelaskannya supaya anggota dapat bekerja sama
mencapai tujuan itu.
2) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada
anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan
rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik. Kepemimpinan
harus cocok dengan situasi yang nyata, sebab kepemimpinan yang
seefektif-efektifnya dalam suatu demokrasi bergantung pada interaksi antaranggota
dalam situasi itu. Saran-saran positif yang akan diberikan oleh anggota akan
membantu pemimpin membawa anggota dalam mencapai tujuan bersama.
3) Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam
mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang
sehat.
4) Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat
khusus anggota kelompok.
5) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota
kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang
baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok.
6) Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan menyerahkan
tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan
masing-masing demi kepentingan bersama.
Berikut
antara lain fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan
yang sehat dan menyenangkan, di antaranya:
1) Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di
dalam kelompok. Jika ada kegotongroyongan anatara anggota kelompok, pekerjaan
akan berjalan lancar dan akan mempermudah pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Seseorang anggota dapat mempengaruhi anggota yang lain, hal itu
disebabkan oleh perhatiannya yang besar terhadap tujuan kelompok, selain itu
hasrat dan kesanggupannya untuk bekerja sama dengan orang lain cukup besar.
Pengaruh positif itu sangat menguntungkan usaha kelompoknya.
2) Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang
menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerj dalam
pelaksanaan tugas. Kepuasan rohaniah akan terpenuhi jika ada ruang yang menarik
dan dalam ruang itu terdapat perabotan yang dapat memberi kenyamanan
beristirahat dan cukup memadai. Jalan lain untuk menciptakan situasi pekerjaan
yang menyenangkan ialah berusaha supaya anggota kelmpok merasa bahwa pemimpin
berdiri di belakang mereka dan mendukungnya. Pemimpin harus dapat menanamkan
perasaan aman kepada mereka. Anggota kelompok harus mengetahui bahwa pemimpin
menaruh kepercayaan kepada mereka masing-masing.
3) Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para
anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari
kelompok.
2.2.
Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
1. Tipe Otoriter / Tipe authoritarian
Dalam kepemimpunan yang otoriter,
pemmpin bertindak sebagai dictator terhadap anggota kelompok
2. Tipe Laissez-faire
Pemimpin tidak memberikan
kepemimpinannya, melainkan membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.
Keberhasilan lembaga ditenukan atas kesadaran dan dedikasi anggota kelompok.
Struktur organisasinya kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa
pengawasan dari pimpinan
3. Tipe Demokratis
Kepemimpinannya bukan sebagai
dictator, tapi di tengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin berusaha
menstimulus anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
bersama. Pemimpin selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan anggotanya.
4. Tipe Pseudo-demokratis / demokratis
semu / manipulasi demokratik
Pemimpin hanya tampaknya saja demokratis,
namun sebenarnya dia bersikap otokratis.
2.3.
Keterampilan
Kepemimpinan Pendidikan
1.
Keterampilan
dalam memimpin
Pemimpin
harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya
dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Untuk itu harus memiliki
kemampuan bagaimana caranya : menyusun rencana bersama, mengajak annotanya
berpartisipasi, member bantuan kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok,
bersama-sama membuat keputusan. Pemimpin tidak hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan.
2.
Keterampilan
dalam hubungan insani
Hubungan
insane merupakan hubungan antar manusia. Ada dua jenis hubungan yaitu :
a.
Hubungan
karna tugas resmi
b.
Hubungan kekeluargaan
3.
Keterampilan
dalam proses kelompok
Maksud utama
adalah meningkatkan partisipasi anggota kelompompok sehingga dapat
mengefektifkan potensi. Pemimpin sebagai penengah , pendamai, dan bukan menjadi
hakim.
4.
Keterampilan
dalam proses administrasi personil
Kegiatan ini
mencangkup segala usaha yang menggunakan keahlian yang dimiliki petugas secara
efektif. Kegiatannya meliputi seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan,
orientasi, pengawasan, bimbingan, dan pengembangan, serta kesejahteraan.
5.
Keterampilan
dalam menilai
Merupaka
usaha untuk mengetahui sejauh mana tujuan sudah tercapai. Teknik dan prosedur
evaluasi : menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma / ukuran yang akan
dinilai, mengumpulkan data-data, pengolahan data, menyimpulkan hasil penilaian.
2.4.
Pendekatan
dalam Kepemimpinan Pendidikan
Pendekatan-pendekatan
itu adalah untuk memecahkan masalah-masalah kepemimpinan yang telah lama
dilakukan dan diselidiki oleh para ahli. Pada dasarnya, ada dua macam
pendekatan dalam kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:
A. Pendekatan Sifat-sifat (Traits Approach)
Pendekatan ini dimulai dengan mengadakan
perumusan teori kepemimpinan melalui identifikasi sifat-sifat seorang pemimpin
yang berhasil dalam melaksanakan kepemimpinan pendidikan. Pada masa itu orang
mengadakan penelitian terhadap sifat-sifat pemimpin, dengan ciri-ciri seperti
kecerdasan, keadaan emosional, kesabaran, gairah, fisik, yang kuat dan sehat,
serta tinggi yang memenuhi syarat, dan sebagainya. Teori ini menyatakan bahwa leader was born, pemimpin adalah
dilahirkan. Ia membawa sifat-sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin.
Berdasarkan penelitian para ahli, maka teori dan pendekatan sifat-sifat dalam
kepemimpinan ini dianggap telah kuno.
B. Pendekatan Perilaku (Behavioral
Approach)
Untuk memahami pendekatan behavioral ini, ada baiknya kita bahas
lebih dahulu pendapat James MacGreger
Burns tentang kepemimpinan yang berorientasi pada perilaku. Pendapat Burns
mengandung unsur-unsur pengertian sebagai berikut:
a) Pada dasarnya kepemimpinan itu mempengaruhi terpimpin
atau anak buahnya.
b) Melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya.
c) Tujuan itu mewakili nilai-nilai dan motivasi, keperluan
dan kebutuhan, cita-cita dan harapan.
d) Tujuan itu milik pemimpin dan terpimpin.
e) Kepemimpinan itu mesti mempergunakan kekuasaan atau
kemampuan (power).
f) Power itu bersumber dari kebutuhan dan tujuan terpimpin.
g) Hakikat dari hubungan pemimpin dan terpimpn adalah
interaksi pribadi.
h) Dalam interaksi itu mengandung tingkat yang berbeda-beda
dalam motivasi , potensi, kemampuan, termasuk keterampilan.
i)
Interaksi
itu dalam rangka mencapai tujuan umum atau tujuan khusus yang telah disetujui
bersama.
Jadi, kesimpulan dari pendapat di atas
adalah sebagai berikut:
a) Sumber power untuk
memimpin itu pada hakikatnya dari kelompok/terpimpin, walaupun pemimpin itu
mempengaruhi kelompok tersebut.
b) Pengaruh itu terlihat pada penampilan kelompok dalam
mencapai tujuan.
2.5.
Peran Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan
Arti Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan
Kimball Wiles (1961:292)
memberikan gambaran singkat tentang arti evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan
dalam suatu halaman khusus. Gambaran terbesut diuraikan sebagai berikut:
a. Penilaian adalah sebuah proses membuat bahan pertimbangan
yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk perencanaan. Setiap pemimpin
pendidikan harus terlibat dalam menyusun suatu perencanaan, baik perencanaan
yang baru maupun perencanaan untuk memperbaiki pelaksanaan yang sudah pernah
dijalankan. Untuk menyusun perencanaan itu dibutuhkan bahan pikiran konkret
sebagai masukan baginya. Bahan-bahan pikiran yang konkret itu hanya diperoleh
melalui penilaian, yaitu hasil penilaian segala bidang dan aspek kegiatan dalam
sekolah tersebut.
b. Hal itu terdiri dari penetapan tujuan, pengumpulan bukti
mengenai pertumbuhan, atau kelemahan yang diukur dari tujuan yang telah
ditentukan itu. Untuk mengadakan penilaian terhadap sesuatu, kita harus
menentukan tujuan terlebih dahulu, untuk apakah penilaian itu diadakan? Tujuan
tersebut merupakan batas yang harus dicapai. Kemudian diadakan pengumpulan data
tentang hal yang sudah dilaksanakan, baik yang berhasil maupun yang gagal.
Bukti-bukti ini dapat dianalisis dan disimpulkan. Dari bukti/data itu kita
dapat mengadakan penilaian, sampai seberapa jauh hasil itu sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
c. Membuat bahan pertimbangan tentang bukti tersebut dan
perbaikan prosedur serta pertimbangan tujuan yang jelas. Dalam penilaian itu
akan terjadi pemilihan masalah yang akan dinilai serta kriteria yang diperlukan
oleh mereka. Hasilnya adalah untuk perbaikan prosedur yang sudah pernah
dilaksanakan kalau prosedur itu ternyata keliru atau kurang baik.
d. Hal itu merupakan prosedur untuk memajukan hasil yang
akan dicapai dan proses yang akan dilaksanakan serta tujuan-tujuan itu sendiri.
Melalui penilaian itu, pemimpin pendidikan akan memperoleh prosedur yang jelas
dan tepat sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih memuaskan segala pihak yang
terlibat dalam kegiatan sekolah itu. Demikian pula proses pelaksanaan akan
dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab mereka, karena mereka
merasa bahwa proses tersebut merupakan kenyataan yang telah diterima dan
dipahami mereka, sehingga mereka melaksanakan dengan senang dan tenang.
Akhirnya, melalui prosedur penilaian, mereka akan lebih menghayati dan
menyadari tujuan yang akan dicapainya; mereka tidak akan segan mengajukan usul
tentang perbaikan tujuan itu apabila tujuan itu ternyata kurang memadai dilihat
dari sudut perkembangannya.
e. Penilaian adalah prosedur, melalui prosedur itu, pemimpin
pendidikan akan dapat memajukan stafnya (kelompok). Melalui penilaian, terutama
dengan evaluasi sendiri, pemimpin pendidikan akan memberi keyakinan dan
kesadaran tentang keadaan mereka masing-masing, baik dilihat dari status mereka
dalam jabatan, maupun dari keadaan kepribadian mereka. Mereka akan lebih
mengenal diri mereka masing-masing dan akan berusaha mengeliminasi yang kurang
baik dan mengembangkan kemampuan dirinya yang positif. Dengan demikian,
pemimpin pendidikan akan berhasil membina, mengoordinasi, dan mengarahkan
mereka untuk memajukan kelompoknya.
Dari
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna penilaian dalam
kepemimpinan adalah mengubah perilaku pemimpin dan yang dipimpin melalui
pendekatan ilmiah, sehingga mereka sadar dan lebih bertanggung jawab terhadap
tujuan pendidikan dan pengajaran, berusaha mencari prosedur kerja yang dipahami
dan disetujui mereka, berusaha melaksanakan proses pekerjaan dan tanggung jawab
dengan penuh kesadaran, berusaha mencapai hasil yang lebih memuaskan, dan
berusaha selalu mempertumbuhkan diri, baik secara perseorangan maupun secara
berkelompok.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Pemimpin
pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam
kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Tipe-tipe
kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan
non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe
kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat.Disamping
tipe-tipekepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga
tipe antara lain : Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan
dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan
organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa
factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam
melaksanakan aktivitasnya.
Tugas
pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan
kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis
dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa
yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya
merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami
akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa
aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam
rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
4.2.
Saran
Berdasarkan
pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Hendaknya
para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan
aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan
pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam
membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin
memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam
pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
3. Pemimpin
hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4. Dalam
melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu
hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi
atau instnasi.
DAFTAR PUSTAKA
Indrafachrudi, Soekarto dan J.F. Tahalele.2006.Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif. Malang:
Ghalia Indonesia
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
BIODATA PENULIS
Nama : Nur Kholilah
NIM : 2222120758
Tempat, tgl
lahir : Tangerang, 16 Februari
1995
Alamat : Ds. Mekar Bakti Rt.
003/001 No. 27 Kec. Panongan Kab. Tangerang-Banten
Moto
Hidup : Senyum adalah
semangat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar