1.
Unit Visual
Di awal pertunjukan Teater Koma memperlihatkan tata
panggung yang sangat terkonsep. Tempat dengan berbagai latar seperti, rumah,
ruang kerja, jalanan, gudang, penjara, dan lainnya. Penonton dibuat terpesona
oleh dekorasinya yang benar-benar matang itu. Tata panggungnya benar-benar
tertata rapih dan sangat terlihat kesiapannya.
Pemerannya yang banyak dan beragam karakter diperkuat
dengan adanya make up yang
menunjukkan perilakunya masing-masing. Tidak tertinggal dengan pakaian
pendukung yang dipakai oleh para pemeran. Bahkan ada beberapa pemain yang
berganti-ganti pakaian dalam satu pertunjukkan itu. Itu menunjukkan ketotalan
para pemain dalam mengemas cerita dan konsepannya. Ekspresi pemain juga bisa
dikatakan sesuai dengan apa yang ingin disampaikan, karena dukungan make up juga membuat akting para pemain jadi lebih maksimal.
Tetapi ada yang terlihat kurang di sana, dari pencahayaan
terlihat sama saja, tidak ada yang membedakan cahaya pada setiap tempatnya,
saya sebagai penikmat tidak dapat menerka waktu yang sedang terjadi pada
pertunjukkan itu pada waktu apa.
2.
Unit Gerak
Banyak gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain, karena
memang teater ini adalah teater musikal saya bilang, jadi ketika pemain
bernyanyi ada gerakan-gerakan kecil namun berarti untuk memperindah jalannya
musik itu. Selain itu, pemain juga tidak berlebihan dalam memainkan perannya,
gerakannya sesuai dengan apa yang sedang dilakonkannya, panggung terkuasai oleh
mereka bahkan kami pun sebagai penikmat terbuai oleh mereka.
3.
Unit Audio
Ketegassan suara bisa kami dapatkan, biarpun kami hanya
menikmatinya di CD saja, tetapi kami
bisa mendengar dengan jelas setiap dialog yang disampaikan oleh pemain. Suara
yang ditimbulkan pun sesuai dengan masing-masing karakter pemain. Bagaimana
Pholi seorang anak dari pengusaha pengemis yang manja terdengar manja dan Mekhi
yang disebut-sebut sebagai laki-laki pembual itu terdengar sesuai dengan
karakter begitu juga pemain lain yang saya tidak bisa sebutkan satu per
satunya.
Terdapat suara-suara yang mengganggu di sela-sela
pertunjukkan seperti kode, bukan efek suara yang ditimbulkan untuk memperkuat
suasana. Saya sebagai penikmat merasa sedikit terganggu dengan suara-suara itu.
Tetapi selebihnya, efek suara yang lain sesuai dengan gerakan-gerakan pemainnya.
Benturan yang dilakukan pemain dan kemudian diikuti efek suaranya itu membawa
penonton ke dalam suasana yang ada dalam pertunjukkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar