1.
Unit
Visual
Di awal pertunjukkan, setting tempat memperlihatkan
keadaan rumah yang kondisinya kurang baik, baju-baju lusuh berantakan di atas
meja pojokan ruangan itu dan juga bergelantungan tak beraturan, dan di ruang
tamunya hanya terdapat kursi dan meja yang kurang layak. Di bawah panggung
dibuat seolah jalanan tempat para pemerean teter hilir mudik seolah sedang
melakukan aktifitasnya masing-masing.
Pencahayaannya tidak begitu jelas, di dalam rumah
terlihat sangat terang dan setting cahaya di luar terlihat temaram. Padahal di
naskah sudah dijelaskan bahwa setting waktu pada hari itu adalah hari Minggu
pagi, seharusnya setting cahaya di luar rumah yang lebih terlihat cerah
dibandingkan di dalam. Menurut pemikiran dan penglihatan saya, terdapat ketidak
sesuaian di naskah dan pada pementasannya.
Pemeran utamanya (Suminta) terlihat memakai pakaian
yang sederhana tapi tidak begitu lusuh seperti yang dituliskan pada naskah. Di
naskah Hamid berkata pada Suminta seolah Suminta benar-benar lusuh dan tak
bergairah di Minggu pagi itu. Tetapi pada pertunjukkan Suminta tidak begitu terlihat
lusuh dan tak bergairah seperti yang digambarkan oleh Hamid.
Selain itu, ada seorang pemeran yang di alihkan.
Jika pada naskah terdapat peran H.Salim, lain halnya pada saat pertunjukkan.
Terdapat alih peran di sini. Tokoh H.Salim diperankan oleh seorang wanita yang
kemudian namanya berubah menjadi Hj.Salimah. namun, dengan bergantinya peran
ini tidak merubah tujuan penyampaian cerita. Bahkan menurut pemikiran saya,
dengan diubahnya peran H.Salim menjadi Hj.Salimah ceria pada pertunjukkan itu
menjadi lebih hidup. Karena memang karakter yang ada pada diri H.Salim itu
lebih cocok untuk karakter seorang perempuan yang seolah sok tahu dan tidak mau
kalah.
Selain itu, terdapat tokoh figuran yang ditambahkan.
Orang gila yang dinaskah sama sekali tidak dituliskan. Orang gila itu ditampilkan
berkali-kali dan membuat ceritanya menjadi tidak jelas apa alasan tiba-tiba
ditambahkan orang gila pada pertunjukkan itu. Jika menurut pemikiran saya,
dihadirkannya orang gila pada pertunjukkan itu, hanya untuk selingan hiburan
bagi penonton itu saja, sedangkan pengaruh terhadap ceritanya itu sama sekali
tidak ada.
2.
Unit
Gerak
Tokoh Mini sering kali terlihat membelakangi
penonton, rambut Mini jang menjuntai ke depan juga menghalangi penglihatan
penonton untuk melihat wajah dan ekspresi dari pemeran Mini tersebut. Untuk
pemeran lainnya saya kira, cukup baik dan tidak ada yang membelakangi panggung
selain pemeran Mini.
Pada saat pementasan, terlihat ada beberapa bagian
yang dilebih-lebihkan dari naskah. Seperti saat, pertengkaran Suminta dan
Hamid. Padahal di naskah tidak dijelaskan jika Suminta bertengkar dengan Hamid
sampai memukul-mukul Hamid. Juga ketika Hj. Salimah menginjak Mie yang
dilemparkan oleh Suminta kelantai. Cara berjalan Hj.Salimah yang terpincang-pincang.
Menurut pemikiran saya, Hj.Salimah terlalu melebih-lebihkan perannya dengan
cara berbicaranya yang berteriak-teriak dan jalannya yang terpincang-pincang.
Akting Suminta dan Mini saya rasa sangat mendalami
perannya dan menikmati setiap alur cerita yang berjalan. Membuat penonton
benar-benar terbawa oleh akting mereka terutama ketika mereka bertengkar dan
Mini menangis tersedu. Terdapat suasana tegang dan sedih yang mengalir kepada
penonton. Selain Suminta dan Mini, terdapat pula Hamid yang menurut penglihatan
saya, peran Hamid dalam naskah tidak jauh berbeda dengan Peran Hamid pada saat
pertunjukan. Terlihat ada kesesuaian antara naskah dengan pertunjukkannya.
3.
Unit
Audio
Peran Suminta yang dituntut untuk tegas, terdengar
sesuai. Setiap seruan yang diucapkan Suminta menampakan kejantanan seorang
laki-laki, hanya saja sayang sekali ketika Suminta mengeluarkan suaranya dengan
nada tinggi, kalimat yang diucapkan Suminta tidak terdengar jelas begitu samar.
Sehingga membuat penonton tidak mengerti apa yang diucapkan Suminta.
Selain itu, ada beberapa bagian dialog yang tidak
sesuai dengan naskah dramanya. Tetapi itu semua tidak membuat jalan cerita
menjadi berbeda atau pun berubah maknanya. Jalan cerita yang disampaikan sangat
tepat tersampaikan kepada para penikmat pertunjukkan. Tetapi, tidak terdengar
efek suara yang berarti dalam pertunjukkan itu, hanya terdengar alunan lagu
tetapi itu hanya di bagian tertentu saja.
Ketika Suminta melemparkan piring yang berisi mie
goring ke lantai membuat semua penonton terkaget akan kerasnya benturan piring
tersebut, akhirnya timbulah ketegangan di antara penonton. Tetapi, tidak
satupun penikmat pertunjukkan yang ingin meninggalkan cerita demi cerita yang
disampaikan para aktor teater tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar