1.
Sinopsis
Sangkuriang
adalah sebuah drama buah tangan seorang lelaki kelahiran cianjur pada tahun
1960-an yaitu Utuy Tatang Sontani, Utuy
digolongkan kepada para pengarang hitam karena bergabung pada lekra.
Sangkuriang
merupakan drama yang terdiri atas dua babak, drama ini mengisahkan bagaiamana
seorang anak sangat mencintai ibu kandungnya sendiri sampai ingin menikahinya.
Utuy
menceritakan bahwa seorang anak bernama sangkuriang yang hobinya bermain
dihutan dan tidak pernah bersosialisasi dengan teman sebayanya, ia juga sangat
senang berburu. Suatu ketika sangkuriang marah dan menghilang kehutan karena
sangkuriang merasa ingin tahu siapa bapaknya. Setelah menghilang kemudian
kembali lagi dan dayang sumbi menceritakan yang sebenarnya tentang bapaknya
yaitu situmang. Situmang merupakan seekor anjing, setelah diceritakan seperti
itu sangkuriang merasa sakit hati. Sangkuriang pergi kehutan dan bercerita
kepada para siluman bahwa ia mencintai dayang sumbi dan ingin memperistrinya,
diungkapkanlah niatan itu kepada dayang sumbi. Dayang sumbi bingung dan
akhirnya memberi syarat kepada sangkuriang untuk membuat danau dan perahu yang
harus diselesaikan sebelum fajar terbit. Hal ini dilakukan dayang sumbi agar
sangkuriang tidak dapat menyelesaikan persyaratan itu karena pada dasarnya
dayang sumbi tidak mau untuk menikah dengan anak kandungnya sendiri. Tetapi di
luar dugaan ternyata sangkuriang merasa hal itu mudah karena mendapatkan
bnatuan para siluman yang ada di hutan, ketika semuanya sudah hampir beres maka
dayang sumbi membakar hutan agar suasana malam itu seperti akan tebitnya fajar
sehingga menggagalkan suatu hal yang tidak diinginkan terjadi. melihat suasana
yang seperti itu sangkuriang mabuk hingga menendang perahu yang hampir beres
itu hingga terbalik.
2.
Latar
Drama Sangkuriang ini mempunyai latar yaitu di halaman rumah, di hutan, di tempat rata
dan lega (ketika sedang membuat perahu) yang terdiri dari lima adegan peristiwa
yang melibatkan para pelaku lainnya.
3.
Tema
Dalam drama ‘Sangkuriang’ ini adalah cerita seorang
anak laki-laki yang durhaka terhadap ibu kandungnya sendiri karena Sangkuriang yang mencintai ibunya dan ingin
memperistri ibunya.
4.
Struktrur Dramatik
a.
Eksposisi
Di dalam drama ini
diceritakan seorang anak yang senang bermain dengan dunianya sendiri tanpa
mengenal orang lain yang bernama Sangkuriang yang tinggal bersama ibunya yang
cantik bernama Dayang Sumbi.
b.
Komplikasi
Pada tahap ini,
yang saya dapatkan adalah ketika Sangkuriang mulai mencari tahu siapa ayahnya
dan bertanya-tanya pada Dayang Sumbi.
c. Klimaks
Klimaks pada naskah
drama ini adalah ketika Sangkuriang ingin menikahi Dayang Sumbi. Ketika itu
Dayang Sumbi memberikan tantangan yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh
Sangkuriang namun Sangkuriang berkata menyanggupinya.
d. Resolusi
Akhir cerita ini adalah Sangkuriang yang kecewa karena ia
tidak bisa menyanggupi tantangan dari Dayang Sumbi, lalu menendang perahu yang
dibuatnya hingga tertelungkup.
5.
Penokohan/Karakteristik Tokoh
a. Dayang
Sumbi
Utuy
menggambarkan tokoh dengan beberapa karakter yang berbeda. Melalui tokoh dayang
sumbi utuy mencoba untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kesenangan
menenun yang merupakan ciri khas budaya indonesia.
Seorang ibu yang cantik dan baik pula
hatinya, ia telah sabar dalam membesarkan anaknya dan berusaha tetap cinta dan
sayang meski anaknya yang durhaka terhadapnya bahkan telah mencintai ibunya
sendiri sampai ingin menikahinya.
b. Sangkuriang
Seorang anak laki-laki yang keras kepala
dan susah diatur bahkan keras pula hatinya, dan jika mempunyai keinginan harus
selalu tercapai meskipun sulit di raihnya.
Di satu sisi tokoh sangkuriang digambarkan
sebagai sosok yang pemalu karena tidak mengetahui bapaknya, di sisi lain
sangkuriang digambarkan orang yang pemberani karena dapat bergaul dengan jin
bahkan sampai menyatakan ingin melamar kepada ibunya sendiri. Selain itu
sangkuriang merupakan orang yang bersikeras ketika menginginkan sesuatu, apapun
persyaratannya akan ia terima agar ia berhasil dan memiliki keinginannya itu.
c.
Si tumang
Yang bisu, bungkuk, dan pincang bersifat penurut.
d.
Bujang
selalu berusaha untuk menasehati
(tempat mencurahkan isi hati dayang sumbi).
6.
Alur
Dalam drama ini yaitu menggunakan alur
maju, karena menceritakan kejadian yang terus berlangsung dan berjalan ke
depan/selanjutnya.
7.
Dorongan/Motivasi
Dari
drama saya dapat menarik kesimpulan bahwa kita harus berani mengambil keputasan
secara tegas dalam menyelesaikan suatu hal, jangan melawan takdir yang sudah
diterima serta jangan menjadi seorang yang memudahkan sesuatun (pemalas).
Kita juga harus selalu berbakti kepada kedua
orangtua terlebih pada ibu kandung kita sendiri, karena sebagai anak kita wajib
menjaga, mencintai dan menyayangi ibu kandung kita tanpa melukai hati dan
perasaannya. Namun cinta dan kasih sayang kita itu haruslah tulus bukan cinta
dan kasih sayang yang di selimuti oleh hawa nafsu birahi.
saya masih bingung perbedaan cerita dari utuy tatang sontani dan pengarang lainnya. mohon berikan perbedaan dari cerita versi utuy dan pengarang lain. terims
BalasHapussetahu saya, bedanya dari karya Utuy, si tumang tidak diwujudkan sebagai anjing tetapi manusia tanpa daksa, seorang budak yang bisu, tuli, serta bentuk tubuhnya yang buruk rupa. Selain itu, dalam cerita ini Sangkuriang membunuh si Tumang saat dia sudah tahu bahwa si Tumang adalah bapaknya. Di akhir cerita, setelah Sangkuriang menendang perahu, Sangkuriang masih bersikeras meminang Dayang Sumbi dan akhirnya Dayang Sumbi memutuskan untuk bunuh diri dengan menggunakan kujang sebagai senjatanya. Sangkuriang yang sangat mencintai Dayang Sumbi pun ikut bunuh diri dengan harapan akan dapat hidup bersama Dayang Sumbi setelah mati.
BalasHapus