Jumat, 26 September 2014

Apresiasi Sangkuriang Karya Utuy Tatang Sotani




1.             Sinopsis
Sangkuriang adalah sebuah drama buah tangan seorang lelaki kelahiran cianjur pada tahun 1960-an yaitu Utuy Tatang Sontani, Utuy digolongkan kepada para pengarang hitam karena bergabung pada lekra.
Sangkuriang merupakan drama yang terdiri atas dua babak, drama ini mengisahkan bagaiamana seorang anak sangat mencintai ibu kandungnya sendiri sampai ingin menikahinya.
Utuy menceritakan bahwa seorang anak bernama sangkuriang yang hobinya bermain dihutan dan tidak pernah bersosialisasi dengan teman sebayanya, ia juga sangat senang berburu. Suatu ketika sangkuriang marah dan menghilang kehutan karena sangkuriang merasa ingin tahu siapa bapaknya. Setelah menghilang kemudian kembali lagi dan dayang sumbi menceritakan yang sebenarnya tentang bapaknya yaitu situmang. Situmang merupakan seekor anjing, setelah diceritakan seperti itu sangkuriang merasa sakit hati. Sangkuriang pergi kehutan dan bercerita kepada para siluman bahwa ia mencintai dayang sumbi dan ingin memperistrinya, diungkapkanlah niatan itu kepada dayang sumbi. Dayang sumbi bingung dan akhirnya memberi syarat kepada sangkuriang untuk membuat danau dan perahu yang harus diselesaikan sebelum fajar terbit. Hal ini dilakukan dayang sumbi agar sangkuriang tidak dapat menyelesaikan persyaratan itu karena pada dasarnya dayang sumbi tidak mau untuk menikah dengan anak kandungnya sendiri. Tetapi di luar dugaan ternyata sangkuriang merasa hal itu mudah karena mendapatkan bnatuan para siluman yang ada di hutan, ketika semuanya sudah hampir beres maka dayang sumbi membakar hutan agar suasana malam itu seperti akan tebitnya fajar sehingga menggagalkan suatu hal yang tidak diinginkan terjadi. melihat suasana yang seperti itu sangkuriang mabuk hingga menendang perahu yang hampir beres itu hingga terbalik.
2.             Latar
Drama Sangkuriang ini mempunyai latar yaitu di halaman rumah, di hutan, di tempat rata dan lega (ketika sedang membuat perahu) yang terdiri dari lima adegan peristiwa yang melibatkan para pelaku lainnya.
3.             Tema
Dalam drama ‘Sangkuriang’ ini adalah cerita seorang anak laki-laki yang durhaka terhadap ibu kandungnya sendiri karena Sangkuriang yang mencintai ibunya dan ingin memperistri ibunya.
4.             Struktrur Dramatik
a.      Eksposisi
Di dalam drama ini diceritakan seorang anak yang senang bermain dengan dunianya sendiri tanpa mengenal orang lain yang bernama Sangkuriang yang tinggal bersama ibunya yang cantik bernama Dayang Sumbi.
b.      Komplikasi
Pada tahap ini, yang saya dapatkan adalah ketika Sangkuriang mulai mencari tahu siapa ayahnya dan bertanya-tanya pada Dayang Sumbi.

c.       Klimaks
Klimaks pada naskah drama ini adalah ketika Sangkuriang ingin menikahi Dayang Sumbi. Ketika itu Dayang Sumbi memberikan tantangan yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh Sangkuriang namun Sangkuriang berkata menyanggupinya.

d.      Resolusi
Akhir cerita ini adalah Sangkuriang yang kecewa karena ia tidak bisa menyanggupi tantangan dari Dayang Sumbi, lalu menendang perahu yang dibuatnya hingga tertelungkup.

5.             Penokohan/Karakteristik Tokoh
a.      Dayang Sumbi
Utuy menggambarkan tokoh dengan beberapa karakter yang berbeda. Melalui tokoh dayang sumbi utuy mencoba untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kesenangan menenun yang merupakan ciri khas budaya indonesia.
Seorang ibu yang cantik dan baik pula hatinya, ia telah sabar dalam membesarkan anaknya dan berusaha tetap cinta dan sayang meski anaknya yang durhaka terhadapnya bahkan telah mencintai ibunya sendiri sampai ingin menikahinya.
b.      Sangkuriang
Seorang anak laki-laki yang keras kepala dan susah diatur bahkan keras pula hatinya, dan jika mempunyai keinginan harus selalu tercapai meskipun sulit di raihnya.
Di satu sisi tokoh sangkuriang digambarkan sebagai sosok yang pemalu karena tidak mengetahui bapaknya, di sisi lain sangkuriang digambarkan orang yang pemberani karena dapat bergaul dengan jin bahkan sampai menyatakan ingin melamar kepada ibunya sendiri. Selain itu sangkuriang merupakan orang yang bersikeras ketika menginginkan sesuatu, apapun persyaratannya akan ia terima agar ia berhasil dan memiliki keinginannya itu.
c.       Si tumang
Yang bisu, bungkuk, dan pincang bersifat penurut.
d.      Bujang
selalu berusaha untuk menasehati (tempat mencurahkan isi hati dayang sumbi).

6.             Alur
Dalam drama ini yaitu menggunakan alur maju, karena menceritakan kejadian yang terus berlangsung dan berjalan ke depan/selanjutnya.

7.             Dorongan/Motivasi
Dari drama saya dapat menarik kesimpulan bahwa kita harus berani mengambil keputasan secara tegas dalam menyelesaikan suatu hal, jangan melawan takdir yang sudah diterima serta jangan menjadi seorang yang memudahkan sesuatun (pemalas).
Kita juga harus selalu berbakti kepada kedua orangtua terlebih pada ibu kandung kita sendiri, karena sebagai anak kita wajib menjaga, mencintai dan menyayangi ibu kandung kita tanpa melukai hati dan perasaannya. Namun cinta dan kasih sayang kita itu haruslah tulus bukan cinta dan kasih sayang yang di selimuti oleh hawa nafsu birahi.

2 komentar:

  1. saya masih bingung perbedaan cerita dari utuy tatang sontani dan pengarang lainnya. mohon berikan perbedaan dari cerita versi utuy dan pengarang lain. terims

    BalasHapus
  2. setahu saya, bedanya dari karya Utuy, si tumang tidak diwujudkan sebagai anjing tetapi manusia tanpa daksa, seorang budak yang bisu, tuli, serta bentuk tubuhnya yang buruk rupa. Selain itu, dalam cerita ini Sangkuriang membunuh si Tumang saat dia sudah tahu bahwa si Tumang adalah bapaknya. Di akhir cerita, setelah Sangkuriang menendang perahu, Sangkuriang masih bersikeras meminang Dayang Sumbi dan akhirnya Dayang Sumbi memutuskan untuk bunuh diri dengan menggunakan kujang sebagai senjatanya. Sangkuriang yang sangat mencintai Dayang Sumbi pun ikut bunuh diri dengan harapan akan dapat hidup bersama Dayang Sumbi setelah mati.

    BalasHapus