1.
Unit Visual
Di awal pertunjukkan pemeran berusaha mengenalkan tempat
berupa empang yang dipenuhi ikan-ikan
yang berenang ke sana kemari. Dan empang-empang dengan jalan-jalan berupa
bambu-bambu panjang. Dari unsur pencahayaan yang gelap, saya bisa tangkap bahwa
latar waktu pada pertunjukkan itu adalah malam hari. Tapi sebetulnya saya masih
bingung dengan apa yang ingin disampaikan oleh para pemeran teater ini dengan
pemeran yang hilir mudik ke sana kemari dan mengangkat-angkat bambu sambil
menari-nari tidak tentu aturan itu.
Setelah itu, muncul dua pemeran laki-laki yang satu
pakaiannya rapi memakai kemeja yang kemudian diketahui bahwa laki-laki itu
adalah seorang wartawan yang sedang ingin bernostalgia dengan masa lalunya di
empang tersebut. Dan yang satu laginya memakai sarung dan peci yang kemudian
laki-laki itu diketahui adalah seorang ustadz dan teman bermain wartawan itu
dipondok tempat mereka berdua pesantren dulu.
Ada hal yang menarik dalam penyambutan penonton, para
panitia mencoba memunculkan suasana empang di depan auditorium, dengan
menghadirkan ikan-ikan asin, bau ikan asin yang menyengat membuat para penonton
dibuat seolah berada di empang yang berbau ikan-ikan busuk.
2.
Unit Gerak
Gerakan-gerakan yang dimunculkan di awal pertunjukkan
cukup menarik perhatian penonton, terdengar tawa penonton ketika melihat para
pemeran menari-nari, tetapi dalam benak saya muncul pertanyaan. Saya tidak
mengerti apa maksud dan tujuan para pemeran memunculkan ikan yang menari-nari
di tempat yang mereka analogikan sebagai empang itu.
3.
Unit Audio
Alunan musik yang diiringi nyanyian seorang sinden membuat
hidup pementasan teater ini, penonton terbuai oleh alunan suara permainan
teater itu. Efek suara yang dimunculkan adalah suara-suara yang asli dibuat
oleh para pemerannya. Kreatifitas para pemain itu sangat bagus, mereka
memunculkan suara katak, burung, percikan air dengan sendiri. Efek suara itu
terdengar seperti nyata, penonton dibuat seolah-olah seperti berada di empang.
Suara yang dimunculkan para pemeran sangat terdengar
tegas, tetapi karena banyaknya dialog yang dilontarkan pemain membuat sulit penonton
mengartikan makna yang ingin disampaikan pemain dalam setiap dialognya. Tetapi
ada beberapa dialog yang membuat tertawa penonton, berupa sindiran-sindiran
yang ditujukan kepada petinggi kampus, dan selingan dialeg kota Serang dengan
kata geh dan tah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar