Minggu, 14 Juli 2013

UJARAN DENGAN BAHASA, BUDAYA, DAN KEBIASAANNYA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Banyak orang yang menganggap pembelajaran suatu ujaran bahasa itu tidak penting dan hanya dipelajari sewaktu TK saja, yaitu ketika kita belajar mengucapkan bunyi bahasa. Bahkan karena asumsi tersebut, membuat sebagian pengguna bahasa tidak menganggapnya sebagai ilmu.  Padahal, setiap bunyi ujaran dalam suatu bahasa mempunyai fungsi tersendiri untuk membedakan arti. Sehingga orang disekitar kita seringkali menggunakan ujaran yang tidak begitu jelas dalam kehidupan sehari-harinya dan membuat makna ujaran tersebut menjadi ambigu.
Bahasa adalah kebiasaan. Itulah yang banyak orang awam ketahui mengenai bahasa. Kebiasaan yang membentuk suatu ujaran bahasa yang sering mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar itulah, saya ingin membahas lebih lanjut mengenai bahasa ujaran dengan kebiasaan di masyarkat luas. Namun, pada kesempatan ini saya hanya ingin membahas satu bahasa saja. Yaitu bahasa sunda. Bahasa yang dipakai dalam lingkup sehari-hari saya. Karena menurut saya, terkadang bahasa daerah tersebut menjadi suatu penghambat ujaran dalam memelajari kelanjutan bahasa kedua. Misalnya, orang dengan logat sunda ketika ia berbicara dengan menggunakan bahasa Nasional (Bahasa Indonesia), cara ia berujar akan terbawa logat sundanya. Bahasa daerah tentu memiliki persamaan yang sinkronik dengan bahasa pokok. Dari hal itulah yang akan saya bahas lebih dalam.

1.2. RUMUSAN MASALAH
Ujaran seseorang tentu berkaitan dengan fonem-fonem bahasa. Yaitu, bagaimana suara vokoid dan kontoid yang akan keluar dari mulut seseorang yang kental dengan bahasa kedaerahannya dan apa pengaruhnya.   Namun, dalam bahasa daerah terdapat juga persamaan sinkronik antara bahasa daerah dengan bahasa pokok. Maka, dalam kesempatan ini saya akan membahas lebih lanjut mengenai:
a.       Bagaimana pengaruh  berbahasa kedua (bahasa Indonesia) seseorang yang kental dengan bahasa kedaerahannya (bahasa kedua)?
b.      Bagaimana mengatasi kesulitan atau hambatan itu?
1.3. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
a.       Mengetahui hambatan berujar bahasa pokok seseorang yang masih kental dengan logat kedaerahannya
b.      Mengetahui beberapa kata dalam bahasa Sunda yang bertransformasi ke dalam bahasa Indonesia






BAB II
PEMBAHASAN
2.1. LANDASAN TEORI
A.    Fonem
Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi untuk membedakan makna. Yang menjadi masalah adalah bagaimana cara mengetahui bahwa kesatuan bunyi terkecil tersebut berfungsi sebagai pembeda makna? Satu-satunya cara yang bisa ditempuh adalah melakukan pembuktian secara empiris, yaitu dengan membandingkan bentuk-bentuk linguistik bahasa yang diteliti. Dengan demikian, kalau kita ingin mengetahui fungsi bunyi bahasa Indonesia, misalnya, kita harus membandingkan bentuk-bentuk linguistik bahasa Indonesia.
B.     Bahasa dengan Budaya
Berbahasa, dalam arti berkomunikasi, dimulai dengan membuat enkode semantik dan enkode gramatikal di dalam otak pembicara, dilanjutkan dengan membuat enkode fonologi. Kemudian dilanjutkan denggan penyusunan dekode fonologi, dekode gramatikal, dan dekode semantik pada pihak pendengar yang terjadi di dalam otaknya. Dengan kata lain, berbahasa adalah penyampaian pikiran atau perasaan dari orang yang berbicara mengenai masalah yang dihadapi dalam kehidupan berbudayanya. Jadi, bisa kita  lihat berbahasa, berpikir, dan berbudaya adalah tiga hal atau tiga kegiatan yang saling berkaitan dalam kehidupan manusia.


a)      Wilhelm Von Humboldt
Wilhelm Von Humboldt, sarjana Jerman abad ke-19, menekankan adanya ketergantungan pemikiran manusia kepada bahasa. Maksudnya, pandangan hidup dan budaya suatu masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri. Anggota-anggota masyarakat itu tidak dapat menyimpang lagi dari garis-garis yang telah ditentukan oleh bahasanya itu. Kalau salah seorang dari anggota masyarakat ini ingin mengubah pandangan hidupnya, maka dia harus mempelajari dulu satu bahasa lain. Maka dengan demikian dia akan menganut cara berpikir (dan juga budaya) masyarakat bahasa lain itu.
b)      Sapir-Whorf
Sapir mengatakan bahwa manusia hidup di dunia ini di bawah “belas kasih” bahasanya yang telah menjadi alat pengantar dalam kehidupannya bermasyarakat. Menurut Sapir, telah menjadi fakta bahwa kehidupan suatu masyarakat sebagian “didirikan” di atas tabiat-tabiat dan sifat-sifat bahasa itu. Karena itulah, tidak ada dua buah bahasa yang sama sehingga dapat dianggap mewakili suatu masyarakat yang sama.
Setiap bahasa dari satu masyarakat yang telah “mendirikan” satu dunia tersendiri untuk penutur bahasa itu. Jadi, berapa banyaknya masyarakat manusia di dunia ini adalah sama banyaknya dengan jumlah bahasa yang ada di dunia ini. Dengan tegas Sapir juga mengatakan apa yang kita lihat, kita dengar, kita alami, dan kita perbuat sekarang ini adalah karena sifat-sifat (tabiat-tabiat) bahasa kita telah menggariskannya terlebih dahulu.
Sama halnya dengan Von Humboldt dan Sapir, Whorf juga menyatakan bahwa bahasa menentukan pikiran seseorang sampai kadang-kadang bisa membahayakan dirinya sendiri. Menurut Whorf selanjutnya sistem tata bahasa suatu bahasa bukan hanya merupakan alat untuk menyuarakan ide-ide, tetapi juga merupakan pembentuk ide-ide itu, merupakan program kegiatan mental seseorang. Dengan kata lain, tata bahasalah yang menentukan jalan pikiran seseorang (Simanjuntak, 1987).
C.    Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memeroleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang kanak-kanak memelajari bahasa kedua, setelah dia memeroleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua. Namun, banyak juga yang menggunakan istilah pemerolehan bahasa untuk bahasa kedua.
2.2. PEMBAHASAN
A.    Keterkaitan antara Bahasa, Budaya, dan Kebiasaan
Seperti yang telah saya paparkan di atas, bahwa berbahasa, berpikir, dan berbudaya adalah tiga hal atau tiga kegiatan yang saling berkaitan dalam kehidupan manusia. Pemerolehan bahasa berlangsung dalam otak ketika masih kanak-kanak. Otak adalah sarana/tempat seseorang untuk berfikir. Maka dari itu, ketiganya saling berkaitan.
Kebanyakan masyarakat yang daerahnya menggunakan bahasa Sunda memberikan bahasa pertama kepada anaknya bahasa sunda. Dan hal itulah yang menyebabkan sebagian orang yang terbiasa berbahasa Sunda sedikit kesulitan untuk berbahasa Indonesia dengan baik. Bahkan tidak jarang menjadikan bahasa Indonesia itu sedikit aneh dengan logat kesundaannya saya di sini ingin sedikit memaparkan penyebab-penyebab terjadinya hal tersebut.
Karena bahasa Sunda adalah bahasa daerah maka bahasa tersebut bisa saya masukkan ke dalam kategori budaya, dan bahasa ujar (logat) bisa saya masukkan ke dalam kebiasaan. Di sinilah letak penyebabnya, dengan adanya budaya itu, orang tua mengajarkan kepada anaknya bahasa Sunda. Dengan kebiasaan dari kecilnya dan terbiasa juga mendengar bahasa sekitar, anak menjadi terbiasa pula berbahasa menggunakan logat yang sering ia dengar.
Pemerolehan bahasa kedua berkenaan dengan bahasa pertama. Biasanya anak yang sudah berbahasa daerah itu (bahasa Sunda) akan mendapatkan bahasa kedua dengan bahasa pokok (bahasa Indonesia). Bahasa pertamalah yang biasanya menjadi penghambat dalam seseorang belajar berbahasa kedua.
B.     Pengaruh Bahasa Pertama terhadap Proses Belajar Bahasa Kedua
Telah lama para ahli pengajaran bahasa kedua percaya bahwa bahasa pertama atau bahasa yang diperoleh sebelumnya, berpengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua seseorang. Bahkan, bahasa pertama telah lama dianggap sebagai pengganggu seseorang dalam menguasai bahasa kedua. Pendapat ini sangat kuat diikuti ketika masih ramainya para ahli mendukung teori stimulus respons yang melahirkan metode audiolingual.
Pandangan ini lahir karena secara disadari atau tidak, seseorang yang sedang belajar berbahasa melakukan transfer atau memindahkan unsur-unsur bahasa pertama ke dalam struktur bahasa kedua. Akibatnya, terjadilah apa yang disebut pergantian struktur dan kode-kode bahasa dari bahasa pertama terhadap bahasa kedua yang digunakannya. Bentuk pemindahan ini dapat berupa kesalahan atau errors, kesilapan, atau bisa dipandang sebagai adanya bentuk bahasa baru yang diciptakan sendiri oleh seseorang itu, yaitu bahasa antara. Bahasa antara ini dikenal dalam literatur pemerolehan bahasa sebagai interlanguage.
Jika struktur bahasa pertama sama atau mirip dengan bahasa kedua, seseorang akan lebih mudah mentransfernya. Jika kemungkinan terjadi transfer negatif yang pada akhirnya memungkinkan peristiwa interferensi, kesilapan, dan kesalahan.
Itulah sebabnya, semakin besar perbedaan struktur antara yang ada dalam bahasa pertama dengan yang ada dalam bahasa kedua, usaha yang harus dilakukan oleh seseorang dalam memeroleh dan menguasai bahasa kedua cenderung lebih berat dan sukar bila dibandingkan dengan apabila kedua bahasa itu memiliki banyak kesamaan. Demikian ide analisis kontrastif terhadap pengaruh bahasa pertama pada bahasa kedua.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa bahasa kedua berpengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua. Keadaan linguistik bahasa pertama penting artinya bagi usaha menentukan strategi pembelajaran yang diperkirakan efektif oleh peserta didik dalam rangka transferisasi. Belajar bahasa kedua adalah belajar mentransfer bahasa baru di atas bahasa yang sudah ada.
C.    Perbedaan Bahasa Pertama (Bahasa Indonesia) dengan Bahasa Kedua (Bahasa Sunda) dan Solusi untuk Mengatasinya
Dalam masyarakat multilingual tentu akan ada pengajaran bahasa kedua. Bahasa kedua itu bisa bahasa nasional, bahasa resmi kenegaraan, bahasa resmi kedaerahan, atau juga bahasa asing. Di Indonesia pada umumnya bahasa Indonesia adalah bahasa kedua yang secara politis juga berstatus sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan.
Pengajaran bahasa kedua dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan sosiolinguistik. Masalah ini mungkin tidak terlalu berat kalau kebetulan bahasa kedua yang dipelajari itu masih tergolong bahasa serumpun; tetapi akan merupakan masalah besar kalau bahasa kedua itu tidak serumpun dengan bahasa pertama. Lebih berat lagi kalau bahasa kedua itu memiliki struktur fonetis, morfologis, dan sintaksis yang sangat berbeda dengan bahasa pertama. Oleh karena itu masalah yang muncul dalam pengajaran bahasa kedua akan meliputi semua tataran bahasa.
Ada penutur yang menguasai bahasa pertama dan bahasa kedua sama baiknya, tetapi ada juga yang tidak; bahkan ada yang hanya memiliki kemampuan bahasa kedua sanngat minim. Penutur bilingual yang mempunyai kemampuan terhadap bahasa pertama dan bahasa kedua sama baiknya, tentu tidak mempunyai kesulitan untuk menggunakan kedua bahasa itu kapan saja diperlukan karena tindak laku kedua bahasa itu terpisah dan bekerja sendiri-sendiri. Penutur bilingual yang mempunyai kemampuan seperti ini disebut berkemampuan bahasa yang sejajar. Sedangkan yang kemampuan terhadap bahasa kedua jauh lebih rendah atau tidak sama dari kemampuan terhadap bahasa pertamanya disebut berkemampuan bahasa yang majemuk.
Sebagaimana anak-anak Indonesia lainnya, anak-anak yang berasal dari daerah Sunda memasuki pendidikan formal di sekolah dasar ketika mereka memasuki usia 6 atau 7 tahun, manakala mereka telah menguasai dengan baik pola-pola bahasa pertama mereka bahasa Sunda. Ada perbedaan yang cukup besar antara pola-pola bahasa Sunda dan pola-pola bahasa Indonesia. Perbedaan ini kadang-kadang menjadi penghambat proses belajar bahasa Indonesia, baik dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, maupun leksikon.
Dalam bidang fonologi, suku kata terbuka bahasa Indonesia sering diucapkan dengan penambahan bunyi glotal /?/ atau bunyi geseran faringal /h/. contoh:
Ini Dani dilafalkan [ini? Dani?]
Ini ibu Teti dilafalkan [ini? ibu? Teti?]
Itu sepeda dilafalkan [itu sapeda]
Hatinya riang dilafalkan [hatinyah riang]
Dalam bidang morfologi, menurut Rusyana (1999) anak-anak Sunda sering membuat kesalahan karena pengaruh sistem morfologi bahasa Sunda. Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut:
(1)   Kayu itu dibelahan.
(2)   Setelah bersih pakaiannya lalu dijemurkan.
(3)   Saya masuk lagi terus menuliskan pekerjaan rumah.
(4)   Adik saya leloncatan.
(5)   Anak itu ketiduran.
Kata dibelahan pada kalimat (1) adalah pengaruh bentuk kata Sunda dibeulahan dalam arti ‘dibelah-belah’ atau ‘dibelah beberapa kali’. Maka kalimat (1) itu harusnya berbunyi sebagai “kayu itu dibelah-belah” atau “kayu-kayu itu dibelah”.
Kata dijemurkan pada kalimat (2) terjadi karena dalam bahasa Sunda ada bentuk dipoekeun dalam arti ‘dijemur’. Maka, dalam kalimat (2) seharusnya berbunyi sebagai “setelah besih pakainnya itu dijemur”.
Kata menuliskan yang terdapat pada kalimat (3) tentunya terjadi karena dalam bahasa Sunda ada bentuk nuliskeun dalam arti ‘menuiskan sesuatu’. Jadi, dalam kalimat (3) itu seharusnya berbunyi sebagai “saya masuk lagi, lalu menulis perkerjaan rumah”.
Kata loloncatan pada kalimat (4) tentunya terjadi karena dalam bahasa Sunda ada bentuk luluncatan dalam arti ‘berloncat-loncatan’. Oleh karena itu, kalimat (4) itu seharusnya berbunyi sebagai “adik saya berloncat-loncatan”.
Lalu kata ketiduran yang terdapat pada kalimat (5) terjadi karena dalam bahasa Sunda ada bentuk kasarean dalan arti ‘tertidur’. Maka kalimat (5) itu seharusnya berbunyi sebagai kalimat “anak itu tertidur”.
Dalam bidang sintaksis banyak anak daerah Sunda membuat kalimat bahasa Indonesia dengan pola kalimat bahasa Sunda. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh-contoh berikut, dengan membandingkan kalimat bahasa Indonesia (a) yang dibuat anak-anak berasal dari daerah Sunda, kalimat (b) adalah kalimat berbahasa Sunda, dan kalimat (c) adalah kalimat bahasa Indonesia yang seharusnya.
Ø  (a) Surat itu telah dibaca oleh saya.
(b) Surat eta geus dibaca ku kuring.
(c) Surat itu telah saya baca.
Ø  (a) Ia itu anak pedagang.
(b) Manehna teh anak padagang.
(c) Ia anak pedagang.
Ø  (a) Bapak mencari Dani ke sana ke mari.
(b) Bapa neangan Dani ka ditu ka dieu.
(c) Bapak mencari Dani ke mana-mana.
Ø  (a) Aku menunggu Tedi, tetapi tak datang juga.
(b) Kuring ngadagoan Tedi, tapi teu datang bae.
(c) Saya menanti kedatangan Tedi, tetapi dia tak kunjung datang.
Ø  (a) Baju saya ada yang dicuri.
(b) Baju kuring aya nu maling.
(c) Baju saya dicuri orang.
Tampaknya kesulitan anak-anak di daerah Sunda dalam belajar bahasa Indonesia, juga dialami oleh anak-anak dari daerah lain, yang berbahasa pertamanya juga daerah. Persoalannya adalah bagaimana mengatasi kesulitan atau hambatan itu. Kesulitan-kesulitan itu dapat diatasi dengan melakukan berbagai pembelajaran, misalnya dengan menggunakan pendekatan linguistik kontrastif. Artinya, dengan melakukan perbandingan pola antara bahasa yang diajarkan dengan bahasa pertama seseorang. Pola-pola berbeda diberi porsi-porsi perhatian dan latihan yang lebih banyak; sedangkan pola-pola yang mirip atau sama cukup diberi latihan sekadarnya.
Para penganjur pendekatan linguistik kontrastif berpendirian bahwa pnguasaan suatu bahasa tidak lain dari pembentukan kebiasaan-kebiasaan. Kebiasaan yang berasal dari proses peniruan dalam masyarakat bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, untuk dapat menguasai bahasa kedua jalan yang paling tepat adalah dengan latihan terus menerus, tanpa henti sehingga pada suatu saat akan terbentuk kebiasaan  seperti yang telah terjadi ketika memelajari bahasa pertama. Namun, karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa resmi Negara, maka penguasaan yang optimal perlu diusahakan.
Apabila melihat contoh perkembangan bahasa Indonesia, seperti telah diulas sebelumnya, banyak masyarakat yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Namun, pada sisi lain, tidak kalah juga jumlah masyarakat yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, sekalipun bahasa pertama dari masyarakat tersebut adalah bahasa daerah yang ada di Indonesia.








BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemerolehan bahasa kedua berkenaan dengan bahasa pertama. Biasanya anak yang sudah berbahasa daerah itu (bahasa Sunda) akan mendapatkan bahasa kedua dengan bahasa pokok (bahasa Indonesia). Bahasa pertamalah yang biasanya menjadi penghambat dalam seseorang belajar berbahasa kedua.
Dapat diketahui bahwa bahasa kedua berpengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua. Keadaan linguistik bahasa pertama penting artinya bagi usaha menentukan strategi pembelajaran yang diperkirakan efektif oleh peserta didik dalam rangka transferisasi. Belajar bahasa kedua adalah belajar mentransfer bahasa baru di atas bahasa yang sudah ada.
Penutur bilingual yang mempunyai kemampuan terhadap bahasa pertama dan bahasa kedua sama baiknya, tentu tidak mempunyai kesulitan untuk menggunakan kedua bahasa itu kapan saja diperlukan karena tindak laku kedua bahasa itu terpisah dan bekerja sendiri-sendiri. Sedangkan yang kemampuan terhadap bahasa kedua jauh lebih rendah atau tidak sama dari kemampuan terhadap bahasa pertamanya itu akan sangat kesulitan berkomunikasi dengan bahasa kedua secara baik.
Sebenarnya, meskipun bahasa Indonesia tidak ditempatkan sebagai bahasa pertama, namun bahasa kedua, hal paling utama adalah bahwa kemampuan penutur bahasa tersebut baik, dalam bahasa maupun tulisan.

3.2. Penutup
Demikianlah makalah yang saya buat semoga bermanfaat bagi orang yang membaca. Dan saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas, dan lugas sehingga sulit dimengerti. Kemampuan yang saya miliki masih terbatas dan hanya sebatas ini saya mampu membuatnya. Terimakasih atas kebijaksanaan dan perhatiannya.



DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul.2002.Psikolinguistik: Kajian Teoritik.Jakarta: Rineka Cipta.
Muslich, Masnur.2011.Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi         Bahasa Indonesia.Jakarta: Bumi Aksara.
Sunendar, Dadang dan Iskandarwassid.2008.Strategi Pembelajaran Bahasa.         Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Makna Luka Hati

Kala malam datang menerjang
Rasa itu mulai menerpa
Merenung meratapi kepedihan hati yang telah tergores
Kesedihan yang selalu aku rasakan
Selalu membawa aku kedalam rasa sakit yang amat begitu dalam
Rasa ini tak menghianati
Rasa ini tak menyurangi
Namun,
Mengapa hati ini merasa tersakiti dan terhianati
Ingin aku buang jauh rasa sakit ini
Namun apalah daya
Aku hanya sesosok wanita lemah
Yang hanya bisa menagis dan menyesali
Kau memang tak pernah tau
Dan tak pernah ingin tau rasa yang tersakiti ini
Dalamnya kepedihan ini membuat sang Neptunus
bahkan dewa-dewa laut pun tak mampu untuk menjangkaunya
Aku memang lemah
Namun aku bukan wanita bodoh
Aku tak ingin menanti
Aku tak ingin menunggu
Aku hanya ingin mencari dan terus mencari
Hingga aku dapat apa yang ingin aku dapat
Aku hanya ingin melepaskan jauh rasa pedih yang hinggap di hati ini
Menerbangkannya jauh hingga ke langit  ke 7
Agar ia tak bisa kembali dan datang untuk kembali menggores hati ini

2011

Cinta Purnama

Gemerlap surya angin membahana
Menyiratkan jiwa yang hampir papa
Menghembus kebuntuan yang tiada arti
Yang tak pernah mengelu walau tak kembali

"Wahai sang surya, kapan kau membawa akan arti
Di sela-sela kerumunan kaki
Yang kan menyapa di esok hari?"

"Aku rindu sengatan mentari
Membuat purnama di siang hari
Tuk menengok isi hati
Yang lara karena mati"

Biar, biarlah semua menjadi sakti
Kegelisahan hati tak penuhi janji
Kenangan hati esok hari
Berharap dia tuk kembali

Aku berucap di selaput meja sendu
Mengurai kasih di dalam jiwa
Tak uraikan makna pada lara
Tanda kasih tanpa arti

Wahai putra-putra kehidupan
Rindukah kau akan temaram
Menguak mega kehidupan
Yang telah pergi tanpa pesan

Aku di sini terbelenggu diri
Untuk menunggu jalan misteri
Yang akan memapah hati di sanubari
Tuk bertemu kekasih sejati


2009

Sabtu, 13 Juli 2013

Cinta Nirwana

Sabda raja kalimat tunggal
Pernah mengeluh dalam buatan
Kala hari menjaga pagi
Menjelang malam esok hari

Ingin ku sambut selaksa hati
Ketika hijau tanah terhempa mentari
Menghantari hari nan sepi
Dikemilauan cahaya hati

Disemburat mega sang saka
Kau ditemui ribuan dupa
Menyala riang tanda bahagia
Duka yang lara segela binasa

Sauh itu rendah terpanah
Disela rasa yang tergoda bahasa
Hinggap dii lembah cinta nirwana
Menunggu titah para pujangga

Gelap jiwa nan tergelora
Di ujung masa melangkah batas
Akankah hati terapkan kata
Di tengah kemilau angin kejola

2009 Buah Karya *A*

Cinta Tanpa Emosi

Daku tak sanggup lagi menahan
Kala perpisahan telah pecahkan dinding kesabaran
Ku cinta dikau sangat
Tapi ku mampu tahan... Hingga hari ini pun tak kuat

Mungkin aku manusia bodoh yang pernah ada
Tapi kurasa demi cinta ku mampu dan kuasa

Kenapa???

Karena rasa itu tak terhinggap dan ternoda
Rasa ini tak ada kebencian
Rasa ini tak ada keculasan
Hanya ada cinta yang tak sanggup diungkapkan

Wahai... Cinta...

Aku telah lama menahan rasa
Hingga terjadi perpisahan yang tak rela
Akhirnya keberanian diri berbisik

Kuharap kau tak perlu bukti
Karena bukti pun sudah tak mau menghampiri
Jadi andaipun tidak sekarang
Ku harap ada harapan
Karena dengan itulah aku hidup
Walau bayang-bayang yang mungkin hampa
Tapi pasti aku takkan berhenti menyapa..

2009

Batin Menangis Hati Patah

Kala ku merasa dia  menyapa mungkin itu tanda
Kala ku hampiri kau sembunyi mungkin itu arti
Kala ku ungkap dia menolak.. Patah hati mungkin....

Tak semua akan merasa.. Karena tak ada rasa
Tapi daku serasa ternoda... Karena kecewa

Ingin ku ulang tapi tak kuasa
Ingin ku berlari tapi tak sampai hati
Ingin ku mati tapi belum pasti

Andai cinta itu anugrah
Kenapa ada yang merasa gerah
Andai penolakan itu hak
Kenapa ada yang terhenyak

Kecewa... Biasa bagiku
Cinta tak sampai ku agak ragu

Bagaimana ku bersikap
Jika rasa sudah terungkap
Namun dia tak ku dapat

Ya Allah...
Janganlah kecewa ini menjadikan ku patah hati
Hingga ku tak berani mencintai ciptaanmu
Dalam wujud lawan jenis ku

Batin ku memang menangis
Tapi tidak untuk selamanya
Karena aku yakin masih ada sisa-sisa harapan
Di antara reruntuhan kekecewaan...

2009.. Buah Karya *B*

Resensi Novel Ayah Mengapa Aku Berbeda


A. TUJUAN MERESENSI NOVEL

Menurut sinopsis yang telah kami baca, kami melihat novel ini cukup bagus dan menarik untuk diresnsi. Setelah kami baca ternyata novel ini tidak hanya sekedar bagus tetapi “sangat bagus”, karena di dalamnya banyka terdapat pelajaran yang dapat kita ambil misalnya seperti semangat dalam menjalani hidup, menerima apapun keadaan yang terjadi pada dirinya, sabar dalam menjalani hidup, persahabatan yang luar biasa, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Cerita ini memang lain dari cerita biasanya, karena biasanya kita sering membaca novel percintaan yang tidak medidik moral maupun semangat hidup tanpa melihat kebawah. Novel yang berjudul “Ayah Mengapa Aku Berbeda” karya Kakak beradik yang bernama agnes dan davonar ini sangat membuat saya terkesan dengan ceritanya yang telah menceritakan sebuah perjuagan hidup yang sangat sulit dan kisah hidup yang begitu pahit. Dengan kisah tersebut tentunya membuat sang pembaca menjadi lebih bersemangat untuk menjalani kehidupan dan tidak mudah berputus asa, karena tentunya sudah belajar dari hidup seorang gadis tuna rungu ini.

















A. IDENTITAS BUKU

http://agnesdavonar.gerychocolatos.com/wp-content/uploads/2011/07/cover-ayah-mengapa-aku-berbeda-205x300.jpg













Judul : Ayah Mengapa Aku Berbeda
Penulis : A
gnes Davonar
Penerbit :
Inandra / Inti Book Publishing
Desain Cover : Wira Imaji Nyata
Kota Tempat Terbit : Jl.
Taman Permata Indah 2 no.6 Jakarta 14450
Tahun Terbit : Cetakan ke-1,
Juli 2011
Tebal halaman :
230 halaman termasuk juga tentang penulis
Harga : Rp.
35.000,-




B. SINOPSIS
Memiliki keterbatasan fisik dan terlahir cacat di dunia ini bukanlah keinginan setiap orang. Angel, sejak lahir telah kehilangan ibunya yang berjuang atas kelahirannya yang premature. Ayah dan neneknya berjuang untuk membesarkan dengan penuh kasih sayang sampai akhirnya mereka tau, Angel tidak bisa mendengar dan divonis tunarungu oleh dokter. Selayaknya anak tunarungu, Angel harus berjuang untuk belajar bahasa tangan yang juga dengan susah payah akhirnya bisa dikuasai oleh ayah dan neneknya.
Setelah neneknya meninggal. Angel hanya memiliki ayahnya sebagai teman bicaranya. Karena pintar, guru-guru sekolah luar biasa menyarankan Angel untuk sekolah umum. Akhirnya untuk melanjutkan masa depan Angel, sang ayah memutuskan pindah ke kota besar sehingga Angel kelak dapat tumbuh dan besar dilingkungan masyarakat yang lebih terbuka padanya.
Menerima penolakan dari sekolah-sekolah yang merasa ia tidak layak karena cacat, Angel dan ayahnya nyaris putus asa sampai akhirnya mereka mendapatkan satu sekolah yang berbelas kasih akhirnya mau menerima Angel sebagai murid di sekolah itu.  Dunia yang selama ini Angel rasakan baik-baik saja, berubah seketika ketika ia harus bergaul dan hidup dengan orang-orang normal di sekolahnya.
Walau ia diterima di sekolah itu, ia tidak diterima oleh sebagian teman-temannya karena dianggap cacat. Ia hanya memiliki satu orang sahabat bernama Hendra yang selalu setia bersamanya. Suatu ketika, Angel mulai menyadari bakatnya yang luar biasa di bidang seni ketika secara tak sengaja ia melihat tim musik sekolahnya dan melihat sesuatu yang baru dalam hidupnya. Ia pun tertarik bermain piano dan mencoba untuk menawarkan diri sebagai anggota kelompok musik.
Sayangnya, Angel di tolak karena tidak memiliki bakat apapun. Ia menangis disamping sang ayah yang akhirnya memberitahu bahwa ia terlahir dari seorang ibu yang seorang pianis. Ayahnya pun mengajarkan dia untuk bermain piano dan terbukti walaupun Angel tidak pernah bisa mendengarkan suara piano akhirnya ia bisa bermain piano dengan hatinya. Singkat cerita ia pun diterima oleh tim sekolah musiknya. Tapi tidak oleh tim kelompok itu yang diketuai Agnes. Dengan berbagai cara Agnes berusaha mengusir Angel dari kelompok itu dengan kejamnya.

Menderita dan merasakan banyaknya hinaan, Angel nyaris putus asa sampai akhirnya ia terpilih sebagai tim kelompok musik untuk konser perayaan ulang tahun sekolahnya. Ia pun bersemangat bertahan walau harus menderita karena teman-teman yang membencinya, ia pun memberitakan berita bahagia itu kepada ayahnya yang akhirnya bahagia mengetahui Angel telah menjadi anak yang ia banggakan dengan kerterbatasan fisiknya.
Tapi harapan sang ayah agar melihat Angel bermain diatas panggung konser terhalang oleh serangan jantung yang membuat ayahnya harus dirawat di rumah sakit. Angel bimbang dan disamping itu ia tidak tahan dengan sikap teman-temannya yang selalu berusaha mengusirnya, akhirnya ia putuskan mundur dari kelompok musik dan berita itu membuat Agnes bahagia karena kelompok mereka akhirnya sempurna tanpa gadis cacat.
Tapi keputusan Angel keluar menjadi dilema karena ayahnya ingin melihat Angel di konser nanti, sehingga mau tidak mau Angel harus kembali ke kelompok musik itu agar sang ayah tidak bertambah buruk dari sakitnya. Keputusan Angel kembali ke kelompok membuat Agnes marah dan menyiksanya hingga tangannya terluka parah. Walau harus menderita, Angel tidak putus asa dan akhirnya ia berhasil tampil di panggung musik walau harus dikerjain teman-temannya.
Dengan didandani seperti badut. Angel muncul diatas panggung dan mempersembahkan musik piano untuk kesembuhan sang ayah. Ia sadar, dunia ini mungkin tidak pernah adil bagi dia yang cacat tapi dunia ini telah mengajarkan dia untuk menjadi anak yang kuat. Dunia dimana Tuhan menunjukkan kepadanya untuk terus bertahan dan membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan bagi seorang gadis cacat seperti ia membuat hal yang mustahil menjadi terjadi.








C.         UNSUR INTRINSIK

  1. Tema
Kisah pilu seorang gadis tuna rungu yang menjalani hidupnya dengan penuh semangat dan kesabaran, walau pun cacian selalu menghampiri perjalananhidupnya.
      
  1. Alur
    1. Taraf pengenalan
Angel. Itulah namaku.
Nama yang Ayah berikan untuk mengenang Ibu yang juga bernama Angel.

    1. Taraf Komplikasi
Sampai akhirnya pada saat aku bermain boneka, Ayah memandangku. Sedangkan saat itu Nenek sedang di dapur untuk membuat makan malam kami.
“Angel!” teriak ayah di hadapanku saat aku sedang asik bermain boneka sapi kartun lucu.
Iya kemudian mendekatiku, lalu membelakangi tubuhku, ia menggunakan kedua tangannya di kepalaku sambil menepuk kedua tangannya dengan kencang. Terdengar suara tepukan tepat di belakang kepalaku. Ayah melakukannya berulang-ulang hingga ia berhenti menarik nafas panjang. Nenek yang mendengar suara tepukan tangan itu keluar dari dapur menuju ruangan dimana aku dan ayah berada. Ia melihat tingkah aya dan bertanya
“ Sedang apa kamu Martin?” panggil Nenekku
“ Ibu aku merasa Angel tidak bisa mendengar apa yang aku lakukan, bahkan ia tidak merespon tepukan tangan tepat di belakangnya. Bila ia bisa mendengar, harusnya ia akan terkejut. Tapi ia diam saja.”

    1. Taraf Komplik
“ ANAK BUDEK YANG SOMBONG DAN TIDAK TAHU DIRI SELAMAT “
Setelah menuliskan itu, ia menarikku hingga terjatuh, rambutku terurai jatuh dan aku hanya bisa mencoba bernafas untuk membuat rasa takutku hilang. Aku tak berani menatap matanya yang tajam padaku.





    1. Taraf Klimaks
Mereka membuka pintu dan aku menarik tanganku dengan cepat. Rasanya kedua tanganku mati rasa dan kuku-kukunya memerah, hanya menyisakan jempol tanganku yang tidak terjepit. Aku menangis karena merasa sangat sakit.
“Wah tangannya kejepit, Nes!” kata Maria.
“Rasain, biar putus sekalian! Heh, anak budek! Sekarang pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi!”
Aku tetap bertahan dan berlari memasuki pintu, tapi mereka menarik rambutku dan aku tidak melawan selain bertahan.


    1. Taraf Penyelesaian
Angel akhirnya membuktikan kepada semua orang bahwa walaupun ia memiliki keterbatasan fisik, itu tidak menjadi masalah dalam hidupnya. Ia terus bertahan sebagai seseorang yang hidup dengan suka cita sampai akhirnya ia lulus sekolah dasar dan menanti sekolah menengah pertama dalam hidupnya. Agnes dan kawan-kawannya, akhirnya memutuskan untuk pindah sekolah setelah terungkapnya beberapa kasus penyiksaan yang mereka lakukan. Agnes pindah ke Amerika mengikuti Ayahnya, sedangkan Fifi dan Maria pindah ke sekolah lain. Sebelum kepindahan itu, Fifi dan Maria sempat meminta maaf kepada Angel yang akhirnya membuat semua rasa permusuhan diantara mereka berakhir.
      
  1. Penokohan dan Watak

    1. Angel
Tokoh utama dalam cerita yang ada di novel tersebut menceritakan bahwa sosok Angel adalah seorang gadis yang tidak mudah putus asa, penyabar dan baik hati.  
    1. Ayah Angel
Ayah yang berperan menjadi sosok penyemangat anaknya yang bernama Angel itu memiliki sifat sabar, penuh semangat, berwibawa dan baik hati.
    1. Hendra
Hendra sebagai teman Angel yang selalu menemani Angel dalam kisah pahit hidup Angel. Hendra cukup baik hati dan  peduli pada temannya.


    1. Agnes
Tokoh antagonis. Dia memiliki sifat yang tidak mempunyai  hati, jahat, tidak mau kalah dan tidak peduli pada keadaan orang. Dia selalu berprilaku kasar pada Angel.

  1. Latar    

    1. Tempat
-          Rumah Angel
-          Toko Kue
-          Sekolah
-          Kantin sekolah
-          Ruang musik
-          Parkiran sekolah
-          Rumah Agnes
-          Taman
-          Aula sekolah
-          Panggung pagelaran seni
    1. Suasana
-          Tegang
·         Aku  menangis dan menjerit, tapi tak ada seorang pun di depan komplek.
·         Spontan, aku langsung melemparnya. Agnes dan teman-temannya tertawa melihat ketakutanku.
·         Aku takut sekali kalau-kalau tongkat itu sampai ke tanganku.
-          Sedih :
·         Dengan tangis, ibu meninggalkan rumah dan kemewahan  miliknya.
·         Tak pernah disangka Ayah, itulah pesan terakhir Ibu untuk Ayah sebelum ia meninggal. Ayah hanya bisa menangis dan tegar untuk kedua kalinya ia harus ditinggalkan Ibu.
·         Kesedihan Ayah tanpa kusadari membuatku ikut menangis.
·         Aku  menangis dan memandang untuk terakhir kalinya rumah kenangan masa kecilku, menuju perjalanan panjang tanpa lelah ke sebuah kota yang penuh harapan.
·         Air mataku berjatuhan kala menumpahkan rasa kehilanganku.
·         Seumur hidupku, baru kali ini aku merasakan kesedihan yang begitu pahit. Kesedihan karena Ayah tidak percaya padaku.

-          Mengaharukan :
·         Nenek berhenti mengayun dan melepas kaca matanya, air matanya terjatuh dan ia hapus dengan perlahan.

-          Bahagia :
·         Ayah benar-benar seperti mabuk kepayang dengan permintaan ibu. Hatinya begitu senang sehingga membuat Nenek harus mengetuk kepalanya dengan sendok adonan.
·         Nenek dengan senang hati melakukan apa yang aku inginkan.
·         Mendengar hal itu, ayah begitu bergembira sambil mengucapkan terima kasih.
·         Hari ini adalah hari terindah dalam hidupku.
·         Terima kasih Tuhan untuk orang-orang yang telah mengasihiku, hari ini begitu indah.

-          Mencekam :
·         Aku  terdiam dan ketakutan, entah mengapa rasanya aku tidak bisa melawan ketika ia memperlakukanku dengan kasarnya.
·         Mereka menjambakku, memukulku, dan membuat sekujur tubuhku penuh dengan bekas kaki kotor mereka

    1. waktu    
-          Setelah dua bulan
-          Sampai hari ini
-          Beberapa waktu kemudian
-          Keeokan harinya
-          5 tahun kemudian
-          Setahun kemudian
-          Selama 5 jam
-          Pagi hari
-          Siang hari
-          Sejak malam itu
-          Beberapa minggu setelah itu
-          Malam itu
-          Hari ini
-          Sore menjelang malam
-          Sore itu
-          Malam itu
     
  1. Sudut pandang

Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang menggunakan kata ganti orang pertama. Dilihat dari kalimat yang menggunakan kata aku dalam setiap ceritanya. Misalnya dalam kalimat:  Sayangnya aku terlahir dengan keadaan tuli.

  1. Gaya bahasa  

Bahasa yang digunkan oleh pengarang di dalam novel itu cukup sopan mengingat tema yang terdapat dari novel tersebut diangkat dari perjuangan hidup seseorang yang sangat menjunjung tinggi nilai moral.

  1. Amanat   

Banyak sekali pesan yang disampaikan melalui novel tersebut. Perjuangan hidup Angel yang sangat mengharukan bisa mendorong kita untuk tidak mudah berputus asa dalam menjalani hidup walaupun memiliki banyak kekurangan.


D.         UNSUR EKSTRINSIK

    1. Pandangan hidup
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam segala kekurangan yang membelit cita-cita yang tinggi. Pada dasarnya kekurangan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kecerdasan otak. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel tersebut seperti  moral, pentingnya sebuah persahabatan ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak.


    1. Biografi pengarang
Agnes Davonar adalah keuarga bersaudara penulis yang memulai kariernya dari blog, dua kakak beradik ini telah melahirkan banyak cerita online yang begitu dekat dengan kehidupan pembacanya. Lebih dari sejuta pembaca telah melihat karyanya lewat situs pribadinya www.agnesdavonar.net. Selain dikenal sebagai Blogger papan atas Indonesia dengan sejumah prestasi internasional, ia juga dikenal sebagai penulis best seller yang telah melahirkan 8 Novel fisik dan 2 Biografi sukses diakui di beberapa Perpustakaan Universitas Asia dan Australia sebagai koleksi resmi.
4 dari novelnya telah diadaptasi ke layar lebar hingga tahun 2011. Kini Agnes melanjutkan kehidupannya di Amerika sedangkan Davonar melanjutkan kuliahnya di Universitas Tarumanegara. Mereka juga merintis Gerakan sosial @Indonesia Berdoa yang memiiki lebih dari 45.000 follower sebagai yayasan amal mereka untuk anak-anak Indonesia dan mereka yng membutuhkan.

E. KEKURANGAN

Biar pun novel ini memiliki nilai-nilai moral yang sangat mendidik, bahkan nyaris tidak memiliki kekurangan. Namun menurut kami ada beberapa kekurangan yang terdapat pada novel tersebut, dalam novel itu menceritakan seseorang yang bernama Agnes yang memiliki sikap tidak terpuji padahal ia masih berada ditingkat sekolah dasar. Yang seharusnya sikap itu tidak ada pada siswa sekolah dasar.





F. KELEBIHAN
  1.  Organisasi
Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit.

  1. Isi
Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam segala kekurangan yang dimiliki Angel tidak membuat Angel putus asa dalam meraih keinginan dan cita-citanya. Bahkan kekurangan itu menjadikan suatu dorongan baginya untuk berkarya. Angel  menuntun kita dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar kita dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar kita menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan kita sendiri. Secara keseluruhan kami menilai novel ini bagus dan membangun. Tuturannya mengalir, menyentuh, mencerahkan, membidik pusat kesadaran, dan jauh dari sifat menggurui

c.  Bahasa
Bahasa yang digunakan pengarang tidak berbelit-belit membuat kita mudah memahami cerita dari novel tersebut.

A.  KESIMPULAN

Novel ini cukup mendidik, bagus untuk dibaca oleh semua kalangan. Khususnya, remaja masa kini. Karena banyak sebagian dari para remaja tidak menghargai dan mengetahui arti sebuah kehidupan. Yang mereka tahu hanya kehidupan yang indah yang selalu mereka jalani, tanpa mengetahui banyak orang yang berjuang untuk kehidupannya yang begitu sulit dan penuh perjuangan.