KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran ilmu sastra.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari bahwa
dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Serang, 17
Desember 2012
PENULIS
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Karya
sastra merupakan salah satu sarana yang bisa digunakan sebagai suatu hiburan
bagi si pembaca. Karena, dengan membaca kaya sastra fiksi kita bisa menikmati
dan menemukan hiburan untuk memperoleh kepuasan batin. Karya sastra juga
merupakan salah satu karya imajinatif yang bahkan dipandang lebih luas daripada
karya fiksi. Novel sebagai salah satu karya sastra yang penulisnya bisa secara
bebas memaparkan imajinasi dan kemampuan-kemampuan para penulis dalam mengolah
kata. Selain itu, novel juga termasuk salah satu karya sastra yang secara bebas
membahas mengenai kehidupan manusia dalam berbagai permasalahan dari
aspek-aspek kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat dengan mengangkat
berbagai norma dan peraturan sebagai salah satu latar belakang konflik yang
biasanya terjadi dalam sebuah novel.
Namun,
dari sekian banyak penikmat karya sastra (novel) masih banyak pembaca yang
sulit untuk menafsirkan hal-hal yang terjadi dalam sebuah karya sastra (novel)
itu sendiri. Mungkin dikarenakan struktur novel yang kompleks, unik, atau
bahkan tidak memaparkan maknanya secara langsung sehingga menyulitkan pembaca
mengerti dan memaknai apa yang disampaikan penulis. Oleh karena itu, untuk
memahaminya kita memerlukan adanya analsis, yaitu dengan menguraikan
tanda-tanda kata yang terdapat di dalam novel ini.
Kita
akan bisa memahami makna dari sebuah karya sastra bila kita membacanya secara
berulang-ulang. Dengan membaca berulang-ulang, selain bisa memahaminya dengan
benar kita juga akan lebih mudah untuk menganalisis kerya sastra tersebut.
Namun demikian, pandangan dari setiap pembaca mengenai suatu karya sastra tentu
berbeda, dan tentunya memunculkan penafsiran yang berbeda pula. Itu tentu bukan
menjadi persoalan dalam sebuah penelitian. Karena setiap orang tentu memiliki
pendapat dan argumentasi tersendiri menurut pandangan mereka yang bisa diterima
oleh khalayak.
Salah
satu karya sastra yang memiliki banyak tanda dalam setiap kataya adalah novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh karya Dewi Lestari. Dewi Lestari atau biasa disebut Dee, menceritakan
tentang dua pria Dhimas dan Ruben yang mempunyai orientasi seksual sesama
jenis. Mereka yang memiliki sebuah misi dalam pembuatan roman sains sekaligus
romantis dan puitis. Mereka membuat sebuah cerita dengan tokoh masing-masing.
Rana seorang wartawan yang sudah bersuami (Arwin) namun, ia jatuh cinta kepada
seorang pria tampan, mapan dengan karir yang cukup cemerlang bernama Ferre.
Berdasarkan
latar belakang tersebut di atas saya akan menganalisis novel tersebut yang
berjudul Supernova: Kesatria, Putri, dan
Bintang Jatuh karya Dewi Lestari dengan menggunakan kajian Teori Semiotika.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
analisis ini masalah yang akan diangkat adalah mengenai analisis tanda-tanda
yang terdapat dalam novel ini menggunakan kajian Teori Semiotika.
C.
Tujuan
Penelitian
Analisis
ini diharapkan bisa berhasil dengan baik, yaitu bisa mencapai tujuan secara
optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum.
Terdapat dua tujuan dalam kajian ini, di antaranya:
1. Tujuan Teoritis : Analisis ini mampu memberikan
manfaat bagi pengembangan keilmuan sastra
Indonesia terutama dan pengkajian
novel dengan pendekatan semiotik.
2. Tujuan Praksis : Untuk memahami secara lebih baik
karya sastra yang bersangkutan, di samping untuk
membantu menjelaskan pembaca
yang kurang memahami kalimat dalam novel ini.
D.
Metodologi
Penelitian
1.
Metode
Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode filosofis. Dengan menggunaka
metode ini, kita bisa mendapatkan pemikiran secara terarah, makna yang lebih
mendalam, dan mendasar tentang hakikat sesuatu.
2.
Teknik
Penelitian
Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuaitatif. Yaitu
dengan cara pengumpulan data, dengan cara mengumpulkan kata-kata yang memiliki
tanda-tanda tertentu. Mendisplay data, yaitu dengan cara memperlihatkan
kata-kata yang memiliki tanda tertentu dan menyimpulkan semua tanda-tanda yang
terdapat dalam analisis ini.
E.
Landasan
Teori
Analisis
Semiotika
Bahasa merupakan sebuah pembentuk karya sastra yang membangun
sebuah karya memiliki sebuah keindahan. Dalam sebuah karya sastra (novel)
terdapat berbagai kata yang memiliki tanda atau simbol khusus dengan makna
tertentu. Istilah simbol mengandung dua dimensi, yaitu dimensi linguistik
simbol dan dimensi nonlinguistik simbol. Karakteristik linguistik simbol
dibuktikan oleh fakta bahwa adalah sangat mungkin mengonstruk semantik simbol,
yaitu sebuah teori yang akan mengilhami strukturnya dalam istilah makna dan
signifikasi.
Menurut Ricoeur, simbol adalah ungkapan yang mengandung makna
ganda. Di dalamnya terdapat makna lapis pertama yang disebut makna referensial
atau denotatif. Namun sebagai teori sastra yang berkaitan dengan penafsiran
sebagai telaah untuk memahami karya sastra, penafsiran tidak harus diarahkan
pada fenomena makna ganda simbol tetapi juga, menurut Ricoeur, harus memandang
simbol sebagai sesuatu yang kaya akan makna.
Sebagai ilmu, semiotika berfungsi untuk mengungkapkan secara
ilmiah keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun
nonverbal. Sebagai pengetahuan praktis, pemahaman terhadap keberadaan
tanda-tanda, khususnya yang dialami dikehidupan sehari-hari berfungsi untuk meningkatkan
kualitas kehidupan melalui efektifitas dan efisiensi energy yang harus
dikeluarkan. Memahami system tanda, bagaimana kerjanya, berarti menikmati suatu
kehidupan yang lebih baik.
F.
Sumber
Data
Novel
yang dianalisis adalah sebuah novel karya Dewi Lestari yang berjudul Supernova:
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh.
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengarang
dan Karyanya
Dewi
Lestari dikenal dengan nama pena Dee, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Debut
Dee dalam kancah sastra dimulai dengan novel Supernova episode pertama Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh yang diterbitkan pada tahun 2001.
Disusul
episode kedua, Akar pada tahun 2002,
dan episode ketiga Petir pada tahun
2004, serial Supernova konsisten menjadi bestseller nasional, dan membawa
konstribusi positif dalam dunia pembukuan Indonesia. Kiprahnya dalam dunia
kepenulisan juga telah membawa Dee ke berbagai ajang nasional dan
internasional.
Pada
tahun 2012, serial Supernova kembali hadir dengan episode terbarunya, Partikel. Serial ini akan dilanjutkan dengan
episode Gelombang dan Intelegensi Embun Pagi.
Dee
juga telah melahirkan buku-buku fenomenal lainnya, yakni Filosofi Kopi (2006), Rectoverso
(2008), Perahu Kertas (2009), dan Madre (2011).
B.
Kajian
Semiotika Novel “Supernova:Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh” Karya Dee
1.
Analisis
Sintaksis
Analisis
sintaksis menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memerhatikan maknanya
ataupun hubungannya terhadap perilaku subjek. Analisis sintaksis ini
mengabaikan pengaruh akibat bagi subjek yang menginterpretasikan.
Pada
novel tersebut terdapat banyak kata yang artinya sama-sama merujuk kepada satu
orang. Misalnya seperti kata Kamu, Putri,
Kau ketiga kata tersebut sebenarnya merujuk kepada satu orang yang sama
yang bernama Rana.
Kata-kata
yang menunjukkan pada waktu adalah Sepuluh
tahun yang lalu, Tak lama kemudian, Malam itu, Waktu itu, dan Satu jam kemudian. Penunjuk waktu
tersebut menunjukan waktu yang sudah terjadi. Itu berarti apa yang ditulis itu
mengisahkan lanjutan atau menceritaka apa yang sudah terjadi sebelumnya.
Terdapat
beberapa kalimat yang menunjukkan hal tersebut. Misalnya yaitu:
·
Keping 1 : Yang Ada Hanyalah ADA
(halaman 1)
Masa
sepuluh tahun tidak mengaratkan esensi, sekalipun menyusutkan bara. Tidak lagi
bergejolak, tapi hangat. Hangat yang tampaknya kekal. Bukankah itu yang semua
orang cari?
Sepuluh
tahun yang lalu, mereka bertemu di Georgetown, tepat di bawah plang Wisconsin
Aveneu, bermandi teriknya matahari musim panas Washington, D.C.
Kalimat sepuluh tahun
yang lalu menggambarkan bahwa cerita itu kembali kepada masa sepuluh tahun yang
lalu yang telah terjadi dan dialaminya.
·
Keping 2 : Kesatria (halaman 28)
Ruangan
Re adalah pengecualian. Ia jadi menganggap itu semacam kemewahan meski udara di
luar sana pun hamper selalu tak segar.
Tak
lama kemudian, suara irama muncul dari speaker
teleponnya.
Kata tak lama kemudian
itu menggambarkan bahwa apa yang sedang Re tunggu akhirnya tiba.
·
Keping 2 : Kesatria (halaman 37)
Mata
Re berkaca-kaca, ada kepedihan yang tak bisa dijelaskan. Untuk pertama kalinya
ia menangis bukan karena jatuh dari sepeda atau pohon jambu. Bukan karena
digigit anjing atau semut rangrang.
Malam
itu, ia berkeluh kesah kepada neneknya, berceloteh mengenai ketidak adilan
cerita itu.
Malam itu menjelaskan
bahwa Re sedang berada pada malam hari yang ia rasa malam itu sangat
menyedihkan.
·
Keping 7 : Bintang Jatuh (halaman 91)
Mereka
berdua pun berdiri, diiringi embusan lega para pelayan.
Tak
lama kemudian, mobil mewah itu kembali melaju di jalanan yang melenggang.
Kalimat tidak lama
kemudian di atas sedikit berbeda maknanya dari kalimat sebelumnya. Kalimat tak
lama kemudian di atas menggambarkan kelanjutan sebuah perjalanan biasa, bukan
sebuah hal yang sedang teramat ditunggu-tunggu seperti pada kalimat sebelumnya.
·
Keping 11 : Si Pencinta Alam (halaman
130)
Baginya,
setiap tubuh merupakan perangkat yang luar biasa menakjubkan.
Namun,
malam ini Diva lebih cepat siap dari alarmnya sendiri. Peristiwa yang
jarang-jarang terjadi.
Kata mala mini
menunjukkan bahwa Diva sedang berada pada suatu malam yang saat itu sedang
terjadi sebuah peristiwa dan akan berlanjut menjadi sebuah kisah.
·
Keping 11 : Si Pencinta Alam (halaman
130)
Diva
pantang menjadikan tempat tinggalnya sebuah pasar, tempat orang berjual beli,
sekalipun yakni tidak mugkin ia bergadang dengan yang satu ini.
Tak
lama kemudian, ada suara mobil memasuki pekarangannya. Diva langsung melonjak
dari kursi, menghambur keluar.
Kalimat di atas
menggambarkan suatu kejadian yang amat sedang ditunggu-tunggu dan akhirnya
tiba. Tentu setelah apa yang dia tunggu tiba, akan nada sebuah cerita yang
berlanjut dan cerita baru juga tentunya.
·
Keping 14 : Sebesar Cinta Itu Sendiri
(halaman 159)
Malam
itu, Re batal tidur sambil tersenyum. Malah terjaga dalam kamar kerja,
menghadapi carikan-carikan kertasnya.
Dua buah kata yang
menunjukkan kejadian disuatu malam, namun kejadiannya sudah berlalu dan tentu
sudah ada kisah lain yang dilewati.
·
Keping 19 : Tsunami Hati (halaman 205)
Tak
akan ia kehilangan wibawanya, bahkan dalam situasi genting seperti ini. Tidak
juga kedoknya.
Satu
jam kemudian, dua orang berlalu menanyakan hal yang sama.
Waktu yang menjelaskan
berapa lama Ia menunggu dan apa yang Ia tunggu telah tiba.
·
Keping 19 : Tsunami Hati (halaman 207)
Tak
lama kemudian, ponselnya kembali berdering.
Sama seperti kalimat
sebelum-sebelumnya kalimat ini menunjukkan waktu seketika apa yang ditunggu
telah tiba.
2.
Analisis
Semantik
a.
Makna
konotatif
Secara
umum terdapat dua konotasi, yaitu konotasi pribadi dan konotasi umum. Konotasi
pribadi adalah hasil dari pengalaman pribadi seseorang. Konotasi umum adalah
hasil dari pengalaman orang-orang sebagai suatu kelompok social. Semua konotasi
umum berakar pada konotasi pribadi.
Penguasaan
serta pemahaman konotasi kata sangat diperlukan bagi pembaca agar memperoleh
sukses yang lebih baik dalam usaha peningkatan daya kata. Berikut ini beberapa
konotasi yang terdapat di dalam novel “Supernova:Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh”.
·
Keping 1 : Yang Ada Hanyalah Ada
-
Bermandi
teriknya matahari musim panas Washington, D.C. (hal:1)
Mengartikan teriknya
matahari sehingga membuat orang-orang disekitar menjadi begitu kepanasan.
-
Ia
langsung merasakan secercah keindahan harmoni antara dua sisi cermin kehidupan.
(hal:4)
Pada bagian ini,
mengartikan bahwa lelaki itu seketika merasakan perasaan yang berubah dari
sebelumnya, perasaan yang seketika berubah menjadi lebih indah. Di dalam dua
sisi kehidupan yang berbeda.
·
Keping 5 : Tanda Tanya Agung
-
Api
kompor Reuben memang terlalu besar untuk mengindahkan.
(hal:59)
Pada bagian ini, Reuben
yang sudah terlalu marah dan kesal kepada rekannya, namun ia tak bisa untuk
meluapkan kekesalannya, Karena ia yang harus mengalah kepada Dimas.
·
Keping 6 : Reversed Order Mechanism
-
Maaf,
tapi aku tidak bisa menuliskan tokoh jagoan yang bersisik, bertaring, dan
berhidung penggorengan. (hal:65)
Hidung penggorengan
yang dimaksud di atas adalah hidung yang besar, namun diibaratkan besarya
seperti penggorengan.
-
“iya,
dengan tidak membiarkan dirinya dibodohi si hidung belang Bintang Jatuh, kan?
Mengambil sang Putri dan hidupnya bahagia selamanya. Beres!” (hal:66)
Kata hidung belang yang
dimaksud dalam kelimat tersebut adalah seorang laki-laki yang sering
gonta-ganti wanita dan mempermainkan wanita seenaknya.
·
Keping 7 : Bintang Jatuh
-
Yang
lain ibarat pajangan sederet pisau yang berkilau, tapi tanpa aksi.
(hal:71)
Sederet pisau yang
berkilau mengartikan bahwa terdapat beberapa wanita cantik yang sedang berjajar
di sana.
-
Namun,
ia juga seperti magnet yang akhirnya membalikkan semua kenyataan untuk berpihak
kepadanya. (hal:71)
Maksud dari kalimat
tersebut adalah seorang yang dengan mudahnya melakukan sesuatu untuk hidupnya
tanpa bersusah payah dan bisa mndapatkan hasil yang cukup memuaskan.
-
Mereka
semua seperti hewan buas yang seharian baru dirantai dalam kandang sempit dan
kini dilepas. (hal:72)
Berarti bahwa terdapat
orang-orang yang bertindak seenaknya tanpa tahu tatakrama, seperti orang yang
tak pernah melihat atau melakukan sesuatu yang indah sebelumnya sehingga mereka
bersifat seperti itu.
-
Sekadar
jadi pembatas buku dari halaman-halaman waktu. Mengingatkannya akan
sampah-sampah yang tidak pernah mau ia ingat, tetapi harus ia kerjakan.
(hal:73)
Sebuah pengingat tugas
yang harus ia kerjakan. Dalam sela-sela kehidupan yang harus ia jalani dan
pekerjaan yang sesungguhnya tak pernah ia inginkan.
-
Bandul
waktu memacunya untuk menjadi robot yang bekerja nonstop.
(hal:80)
Mengartikan seorang
yang bekerja terus menerus tanpa henti sehingga ia diibaratkan seperti robot
yang bekerja tanpa henti.
-
Seorang
anak dengan kuncir setinggi menara berjalan ke arahnya bak pragawati
professional. (hal:84)
Bukan berarti
kuncirannya benar-benar setinggi menara itu hanya perumpamaan karena saking
tingginya kuncirnya hingga diumpamakan setinggi menara.
·
Keping 9 : Cinta Tidak Butuh Tali
-
Memasuki
lapis memori nan lezat. (hal:107)
Hanya sebuah arti untuk
mobil yang akan ditumpangi oleh Rana dan Re.
-
Menggiringnya
ke lorong panjang pengorbanan. (hal:110)
Kalimat tersebut
mengartikan bahwa ia akan berjalan ke sebuah perjalanan hidup yang akan penuh
dengan rintangan dengan ribuan rongga-rongga kehidupan yang amat beragam.
·
Keping 12 : Un Sol Em Noite
-
Andaikan
Diva matahari yang membakar bumi pada siang hari, maka gelap malam bukan
berarti ia pergi. (hal:134)
Baginya Diva adalah
sosok istimewa yang selalu menerangi hatinya, bahkan melebihi cahaya matahari
sekalipun.
·
Keping 13 : Tuhan Maha Tidak Romantis
-
Sebentar
lagi Re sudah akan memotong kupingnya. (hal:145)
Sebenarnya Re tidak
benar-benar ingin memotong kupingnya, itu hanya bentuk kekesalannya yang sudah
menunggu cukup lama dengan rasa cemburunya yang teramat besar.
·
Keping 14 : Sebesar Cinta Itu Sendiri
-
Berusaha
memunguti lagi cintanya yang berantakan. (hal:158)
Tidak benar-benar
memunguti cintanya yang berantakan, itu mengartikan kalau ia sedang berusaha
untuk memperbaiki cintanya yang berantakan.
-
Manis wajah berbunga-bunga istrinya
bagai insiulin yang terdongkrak dalam darah, dan Arwin rasanya terserang
diabetes melihat Rana. (hal:159)
Wajah istrinya yang
terlihat cerah dan berbahagia sehingga digambarkan seperti berbunga-bunga, dan
suaminya yang melihat begitu marah namun tidak bisa melampiaskan amarahnya
tersebut.
·
Keping 15 : Ia Sedang Kasmaran
-
Mulutnya
bergerak perlahan, mahal, seolah-olah ada butiran mutiara ikut keluar disetiap
kata yang terucap. (hal:163)
Saking bagus dan begitu
berartinya perkataan yang diucapkan oleh wanita itu sehingga setiap perkataan
yang keluar digambarkan ada ribuan mutiara yang terucap.
-
Matanya
berbinar seperti melihat bidadari merekah dari teratai kayangan.
(hal:165)
Menunggu orang yang
dicintainya seakan ia melihat orang yang dicintainya bagai bidadari, karena
begitu menggebunya rasa cintanya.
-
Sakawnya
manusia-manusia bumi yang kecanduan tragedi. (hal:168)
Begitu banyaknya
manusia yang hidup di bumi ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai kisah dan
kejadian yang menyelimuti kehidupan manusia-manusia tersebut.
·
Keping 16 : Ia Menangis
-
Belum
lagi suplay buku yang selalu datang membanjir. (hal:174)
Begitu banyaknya suplay
buku yang datang, sehingga diibaratkan membanjir.
·
Keping 22 : Pelajaran Terbang
-
Gambaran-gambaran
itu bagaikan monster kelaparan yang mengonsumsi habis semua keberanian yang
ada, menjadikan benaknya kosong dan tak termotivasi. (hal:224)
Ia hanya sedang
membayangkan hal yang teramat menakutkan baginya sehingga ia membayangkan hal
yang begitu berlebihan seperti itu.
-
Seperti
disengat tawon, ia terlonjak dari tempat duduknya. (hal:227)
Begitu kagetnya Rana
sehingga ia merasa bagai disengat tawon, Karen gerak refleksnya.
·
Keping 27 : Semesta Memutuskannya
-
Ale
tidak mau bertanya, segatal apa pun lidahnya. (hal:263)
Maksudnya lidah gatal
pada kalimat tersebut adalah lungkapan untuk Ale yang teramat ingin bertanya
dan begitu banyak pertanyaan yang ingin Ale lontarkan kepada Re.
b.
Citraan
Penggunaan
citraan pada novel ini memberikan gambaran yang seperti nyata sehingga para
pembaca bisa merasakan apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Berikut
beberapa citraan yang terdapat pada novel tersebut:
·
Citraan Gerak
-
Reuben mengangguk-ngangguk kecil sambil
tersenyum puas : 19
-
Ia tak menyentuk pekerjaannya sama
sekali : 23
-
Re sadar, ia berlari dalam pelarian
monoton : 24
-
Re menengadah, berputar-putar di kursi :
24
-
Ia berdiri tegak di lobi : 49
-
Rana mengangguk , ragu : 56
-
Reuben mendecakkan lidah, gemas : 59
-
Diva mengangkat bahu : 73
-
Anak-anak itu melangkah : 83
-
Gio mengecup keningnya penuh kesungguhan
: 131
·
Citraan Pendengaran
-
Nada itu terdengar angkuh : 2
-
Ataupun denyut jantung yang tek
beraturan : 6
-
Mendengar kata itu, kepala Reuben
menoleh otomatis : 13
-
Telepon rumahnya bordering, terpogoh-pogoh
ia berlari ke dalam : 22
-
Tawanya menghilang seketika : 42
-
Disinilah momen alunan biola biasanya
terdengar : 44
-
Terdengar deru blower PC yang menggerung
halus : 63
-
Bunyi ponsel berdering : 144
-
Ketika bel rumahnya berbunyi, Re
langsung menutupi tumpukkan majalah itu dengan bantal : 168
·
Citraan Penglihatan
-
Reuben melihat kesekeliling : 3
-
Membayangi seperti siluman abadi : 7
-
Lihat kedalam hatimu dan bayangannya pun
kan nyata : 9
-
Ia menyaksikan bagaimana gelap terang
telah bekerja sama menghasilkan realitas :7
-
Sorot mata reuben yang tadi terbang
mendadak jatuh : 9
-
Dicermatinya semua barang satu persatu :
21
-
Re melirik jam, hamper pukul satu malam
: 24
-
Dan, perempuan ini memang menjadi
menarik : 31
-
Dengan kepala bersandar ke kaca, ia
mengamati truk-truk yang lalu-lalang di jalanan :48
-
Gambar itu terlihat sederhana : 61
-
Panggung itu dekorasi warna perak : 71
-
Perempuan itu tersenyum mencemooh : 79
-
Reuben menajamkan mata : 101
-
Ada gambaran mereka berdua dalam benaknya
: 103
-
Di tempat tidur Re yang nyaman, mereka
berdua menatap jendela : 118
-
“kamu kelihatan begitu hidup” : 137
-
Grafika berwarna ceria menghiasi setiap
bidang dinding kafe itu : 153
·
Citraan Perasa
-
Ia langsung merasakan keindahan secercah
harmoni antara dua sisi cermin kehidupan : 4
-
Perlahan ia meraba kantong celananya :
21
-
Kemudian menghirup kopi yang sudah entah
keberapa cangkir : 57
-
Diva sungguhan cemas akan apa yang ia
lihat : 84
-
Arwin hafal benar siklusnya, dan Rana
sangat menyesali hal itu : 110
-
Perlahan, ia mulai merasakannya : 111
-
Mencoba merasakan kembali puncak-puncak
kayangannya dengan Rana : 158
3.
Analisis
Pragmatik
Pendekatan
pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya
dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya. Subjek
pragmatik sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya
sastra. Pendekatan pragmatik memberikan perhatian pada pergeseran fungsi-fungsi
baru pembaca tersebut.
Analisis
pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya.
Dengan mempertimbangkan indicator karya sastra dan pembacanya.
a. Bahasa
Figuratif
Di
dalam novel ini terdapat banyak bahasa figuratif. Menurut Waluyo (1995:83),
bahasa figuratif terdiri dari pengiasan yang menimbulkan makna kias dan makna
lambing. Namun, dalam makalah ini penulis hanya akan membahas mengenai makna
kiasnya saja. Dan untuk lebih memahami makna kias yang terdapat dalam novel
ini, penulis menafsirkan beberapa makna kias yang terdapat dalam novel.
·
Kiasan
Di
dalam novel ini terdapat banyak majas hiperbola yang sengaja digunakan untuk
sedikit meninggikan makna katanya. Contoh kalimat yang menunjukkan memiliki
majas hiperbola salah satunya yaitu: Matanya
berbinar seperti melihat bidadari merekah dari teratai kayangan. (hal:165)
Selain itu, terdapat juga majas metafora yang membandingkan
sesuatu terhadap arti yang bukan sebenarnya. Misalnya pada kalimat ‘Matahari dikala malam’ (hal:138),
kalimat tersebut tidak benar-benar mengartikan bahwa terdapat matahari dimalam
hari, namun terdapat pancaran cahaya di wajah seorang wanita biarpun wanita itu
berada dalam kegelapan.
Sebetulnya masih
terdapat kiasan-kiasan lain yang menggunaka berbagai majas lainnya, namun itu
hanya sekelumit majas yang penulis bahas dalam makalah ini.
·
Isotopi
Berikut ini terdapat
bebrapa isotopi yang ada dalam novel ini:
1. Isotopi manusia : Pria, Dhimas, Reuben,
Aku, Kamu, Ferre,
Rana,
Avatar, Dia, Kesatria, Putri, Diva,
Bintang Jatuh, Gita,
Ale, Nanda, Gio, Irma,
Jasad, Supernova,
Arwin, Ibu, Nenek, Istri,
dan lainnya.
2. Isotopi waktu : masa sepuluh tahun,
sepuluh tahun yang
lalu, hari itu, malam
itu, setahun yang lalu, tiga bulan dua puluh satu hari, malam, siang, besok,
pagi, hari ini, saat itu, dan lainnya.
3. Isotopi gerakkan : menyambut tangan,
menyahut,
menyaksikan, berdecak,
senyum, mengangguk, mencari, mengambil, memandangi, memainkan, berlari, menengadah,
melewati, mengetuk-ngetuk, mendekatkan, mendorong, tergelak, mengangkat,
meletakkan, dan lainnya.
4. Isotopi suasana
sepi : melamunkan, mengenang, keheningan,
tercenung, menenangkan,
terdiam, memandangi, membayangkan, lengang, kehampaan, sayup-sayup, dan
lainnya.
5. Isotopi tempat : Washington, D.C, Watergat Condominium,
di sofa, di atas
karpet, di kasur, di kamar mandi, Jakarta, ruang tengah, rumah, pos terakhir,
kantor, di meja, salon, di udara, meja makan, di puncak, di dalam ruang kerja,
dan lainnya.
6. Isotopi sedih : berkeluh
kesah, menangis, melepaskan,
kehampaan, suram,
melebur, kepedihan, perih, menyayat hati, gelisah, dan lainnya.
7. Isotopi gembira : bersinar, bahagia, menggelitik, berbinar,
bercahaya, memancarkan kasih,
tersenyum, tergelak-gelak, tertawa, dan lainnya.
Isotopi-isotopi tersebut dapat membtu
motif-motif tertentu, seperti berikut ini:
1. Motif
perasaan : isotopi sedih, isotopi
gembira, isotopi suasana sepi.
2. Motif
manusia : isotopi manusia, isotopi
gerakan, isotopi
sedih, isotopi gembira.
3. Motif
kehidupan : isotopi gerakan, isotopi
waktu, isotopi
sedih, isptopi gembira,
isotopi tempat, isotopi suasana sedih.
4. Motif
suasana : isotopi sedih, isotopi
suasana sepi, isotopi gembira.
Dari isotopi dan motif di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa keadaan perasaan si penulis novel ingin menyampaikan konflik
dan suasana yang beragam. Sehingga penulis novel memunculkan isotopi-isotopi
yang cukup beragam pula untuk membuat cerita pada novel ini lebih menarik.
Selain itu, amanat yang ingin
disampaikan oleh penulis novel juga beragam diantaranya kita harus berusaha
dalam menghadapi segala pesoalan hidup sesulit apapun itu, kita juga harus siap
menerima keadaan yang ada sepahit apapun itu, cinta yang diberikan oleh Tuhan
tidak pernah salah, buatlah cinta itu menjadi semenarik mungkin tanpa menyiksa
perasaan atau dirimu, kerjasama yang baik tentu akan mendapatkan hasil yang
baik, jangan menyerah atas apa yang
telah terjadi Karen Tuhan telah menyiapkan yang lebih indah dari sebelumya,
profesionalitas pekerjaan yang lebih utama dibandingkan kepuasan diri pribadi,
mungkin itu hanya beberapa amanat yang bisa penulis ambil. Tentunya masih
banyak lagi amanat yang disampaikan oleh penulis novel dalam karyanya tersebut.
Namun, inti yang ingin disampaikan oleh
penulis novel yaitu, tidak ada di dunia ini cinta yang abadi, mungkin banyak
cinta suci yang bergulir dalam kehidupan tapi tidak semuanya bisa menjadi abadi
karena yang menjadikan keabadian cinta itu hanyalah Tuhan. Kita hanya sekelumit
manusia yang berperan bagai tokoh dalam novel yang diatur oleh penulis dan tak
mampu memproteskan apa yang telah dikarang oleh penulis terhadap jalan hidup
kita termasuk kisah cinta kita.
III.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Memahami apa yang terdapat dalam novel, itu berarti
menghargai para seniman karya sastra. Namun, bahasa yang ditimbulkan oleh para
seniman sastra bukanlah semata-mata kata-kata yang tak memiliki makna. Bahasa
hanyalah symbol kata yang selalu digunakan para seniman sastra dalam membentuk
karya-karya yang terasa indah untuk dilihat dan dikenang.
Dalam novel Supernova:Kesatria, Putri, dan Bintang
Jatuh karya Dewi Lestari ditemukan pemaknaan kata dalam segi sintaktis, semantik,
dan paragmatik. Dalam ketiga segi tersebut tentunya memiliki berbagai hubungan
yang menjadikan satu kesatuan kata antar satu sama lain. Tanpa menghilangkan
fungsi-fungsi dan struktur dari ketiga analisis tersebut, penulis dapat
menggambarkan keindahan-keindahan kata yang membuat novelnya menjadi lebih
menarik untuk dibaca.
Tidak lepas dari kata-kata yang disusun sedemikian
indahnya terdapat pula amanat diantaranya kita harus berusaha dalam menghadapi
segala pesoalan hidup sesulit apapun itu, kita juga harus siap menerima keadaan
yang ada sepahit apapun itu, cinta yang diberikan oleh Tuhan tidak pernah
salah, buatlah cinta itu menjadi semenarik mungkin tanpa menyiksa perasaan atau
dirimu, kerjasama yang baik tentu akan mendapatkan hasil yang baik, jangan menyerah atas apa yang telah terjadi
Karen Tuhan telah menyiapkan yang lebih indah dari sebelumya, profesionalitas
pekerjaan yang lebih utama dibandingkan kepuasan diri pribadi, dan masih
tedapat banyak lagi amanat yang ingin disampaikan oleh penulis di dalam
novelnya itu.
B.
KALIMAT
PENUTUP
Demikian yang dapat
penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Semoga makalah yang penulis buat bisa membantu mahasiswa
atau pembaca lain dalam pengetahuan mengenai membaca.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Lestari,
Dewi.2012.Supernova:Kesatria, Putri, dan
Bintang Jatuh.Yoyakarta: Bentang Pustaka.
Husnul,Ade.2012.Bicara
Sastra (Analisis Karya Sastra dengan
Berbagai Pendekatan).Serang: CV. Dunia Kata.
Kutha,
Nyoman.2009.Teori Metode dan Teknik
Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rafiek,M.2010.Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik.Bandung:
PT Refika Aditama.
Guntur,
Henry.2008.Membaca:Sebagai suatu
Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa Bandung.
Thanks for your information
BalasHapus