Sabtu, 13 Juli 2013

MENGANALISIS NOVEL DALAM SEBUAH KAJIAN SEMIOTIKA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran ilmu sastra.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.



Serang, 17 Desember 2012


PENULIS      


      I.            PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan salah satu sarana yang bisa digunakan sebagai suatu hiburan bagi si pembaca. Karena, dengan membaca kaya sastra fiksi kita bisa menikmati dan menemukan hiburan untuk memperoleh kepuasan batin. Karya sastra juga merupakan salah satu karya imajinatif yang bahkan dipandang lebih luas daripada karya fiksi. Novel sebagai salah satu karya sastra yang penulisnya bisa secara bebas memaparkan imajinasi dan kemampuan-kemampuan para penulis dalam mengolah kata. Selain itu, novel juga termasuk salah satu karya sastra yang secara bebas membahas mengenai kehidupan manusia dalam berbagai permasalahan dari aspek-aspek kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat dengan mengangkat berbagai norma dan peraturan sebagai salah satu latar belakang konflik yang biasanya terjadi dalam sebuah novel.
Namun, dari sekian banyak penikmat karya sastra (novel) masih banyak pembaca yang sulit untuk menafsirkan hal-hal yang terjadi dalam sebuah karya sastra (novel) itu sendiri. Mungkin dikarenakan struktur novel yang kompleks, unik, atau bahkan tidak memaparkan maknanya secara langsung sehingga menyulitkan pembaca mengerti dan memaknai apa yang disampaikan penulis. Oleh karena itu, untuk memahaminya kita memerlukan adanya analsis, yaitu dengan menguraikan tanda-tanda kata yang terdapat di dalam novel ini.
Kita akan bisa memahami makna dari sebuah karya sastra bila kita membacanya secara berulang-ulang. Dengan membaca berulang-ulang, selain bisa memahaminya dengan benar kita juga akan lebih mudah untuk menganalisis kerya sastra tersebut. Namun demikian, pandangan dari setiap pembaca mengenai suatu karya sastra tentu berbeda, dan tentunya memunculkan penafsiran yang berbeda pula. Itu tentu bukan menjadi persoalan dalam sebuah penelitian. Karena setiap orang tentu memiliki pendapat dan argumentasi tersendiri menurut pandangan mereka yang bisa diterima oleh khalayak.
Salah satu karya sastra yang memiliki banyak tanda dalam setiap kataya adalah novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari. Dewi Lestari atau biasa disebut Dee, menceritakan tentang dua pria Dhimas dan Ruben yang mempunyai orientasi seksual sesama jenis. Mereka yang memiliki sebuah misi dalam pembuatan roman sains sekaligus romantis dan puitis. Mereka membuat sebuah cerita dengan tokoh masing-masing. Rana seorang wartawan yang sudah bersuami (Arwin) namun, ia jatuh cinta kepada seorang pria tampan, mapan dengan karir yang cukup cemerlang bernama Ferre.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas saya akan menganalisis novel tersebut yang berjudul Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari dengan menggunakan kajian Teori Semiotika.
B.     Rumusan Masalah
Dalam analisis ini masalah yang akan diangkat adalah mengenai analisis tanda-tanda yang terdapat dalam novel ini menggunakan kajian Teori Semiotika.
C.    Tujuan Penelitian
Analisis ini diharapkan bisa berhasil dengan baik, yaitu bisa mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum. Terdapat dua tujuan dalam kajian ini, di antaranya:
1.      Tujuan Teoritis            : Analisis ini mampu memberikan manfaat bagi                                                         pengembangan keilmuan sastra Indonesia terutama dan                                            pengkajian novel dengan pendekatan semiotik.
2.      Tujuan Praksis            : Untuk memahami secara lebih baik karya sastra yang                                              bersangkutan, di samping untuk membantu menjelaskan                                           pembaca yang kurang memahami kalimat dalam novel ini.
D.    Metodologi Penelitian
1.      Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode filosofis. Dengan menggunaka metode ini, kita bisa mendapatkan pemikiran secara terarah, makna yang lebih mendalam, dan mendasar tentang hakikat sesuatu.
2.      Teknik Penelitian
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuaitatif. Yaitu dengan cara pengumpulan data, dengan cara mengumpulkan kata-kata yang memiliki tanda-tanda tertentu. Mendisplay data, yaitu dengan cara memperlihatkan kata-kata yang memiliki tanda tertentu dan menyimpulkan semua tanda-tanda yang terdapat dalam analisis ini.
E.     Landasan Teori
Analisis Semiotika
      Bahasa merupakan sebuah pembentuk karya sastra yang membangun sebuah karya memiliki sebuah keindahan. Dalam sebuah karya sastra (novel) terdapat berbagai kata yang memiliki tanda atau simbol khusus dengan makna tertentu. Istilah simbol mengandung dua dimensi, yaitu dimensi linguistik simbol dan dimensi nonlinguistik simbol. Karakteristik linguistik simbol dibuktikan oleh fakta bahwa adalah sangat mungkin mengonstruk semantik simbol, yaitu sebuah teori yang akan mengilhami strukturnya dalam istilah makna dan signifikasi.
      Menurut Ricoeur, simbol adalah ungkapan yang mengandung makna ganda. Di dalamnya terdapat makna lapis pertama yang disebut makna referensial atau denotatif. Namun sebagai teori sastra yang berkaitan dengan penafsiran sebagai telaah untuk memahami karya sastra, penafsiran tidak harus diarahkan pada fenomena makna ganda simbol tetapi juga, menurut Ricoeur, harus memandang simbol sebagai sesuatu yang kaya akan makna.
      Sebagai ilmu, semiotika berfungsi untuk mengungkapkan secara ilmiah keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun nonverbal. Sebagai pengetahuan praktis, pemahaman terhadap keberadaan tanda-tanda, khususnya yang dialami dikehidupan sehari-hari berfungsi untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui efektifitas dan efisiensi energy yang harus dikeluarkan. Memahami system tanda, bagaimana kerjanya, berarti menikmati suatu kehidupan yang lebih baik.

F.     Sumber Data
Novel yang dianalisis adalah sebuah novel karya Dewi Lestari yang berjudul Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh.



   II.            PEMBAHASAN
A.    Pengarang dan Karyanya
Dewi Lestari dikenal dengan nama pena Dee, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Debut Dee dalam kancah sastra dimulai dengan novel Supernova episode pertama Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang diterbitkan pada tahun 2001.
Disusul episode kedua, Akar pada tahun 2002, dan episode ketiga Petir pada tahun 2004, serial Supernova konsisten menjadi bestseller nasional, dan membawa konstribusi positif dalam dunia pembukuan Indonesia. Kiprahnya dalam dunia kepenulisan juga telah membawa Dee ke berbagai ajang nasional dan internasional.
Pada tahun 2012, serial Supernova kembali hadir dengan episode terbarunya, Partikel. Serial ini akan dilanjutkan dengan episode Gelombang dan Intelegensi Embun Pagi.
Dee juga telah melahirkan buku-buku fenomenal lainnya, yakni Filosofi Kopi (2006), Rectoverso (2008), Perahu Kertas (2009), dan Madre (2011).

B.     Kajian Semiotika Novel “Supernova:Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh” Karya Dee
1.      Analisis Sintaksis
Analisis sintaksis menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memerhatikan maknanya ataupun hubungannya terhadap perilaku subjek. Analisis sintaksis ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subjek yang menginterpretasikan.
Pada novel tersebut terdapat banyak kata yang artinya sama-sama merujuk kepada satu orang. Misalnya seperti kata Kamu, Putri, Kau ketiga kata tersebut sebenarnya merujuk kepada satu orang yang sama yang bernama Rana.
Kata-kata yang menunjukkan pada waktu adalah Sepuluh tahun yang lalu, Tak lama kemudian, Malam itu, Waktu itu, dan Satu jam kemudian. Penunjuk waktu tersebut menunjukan waktu yang sudah terjadi. Itu berarti apa yang ditulis itu mengisahkan lanjutan atau menceritaka apa yang sudah terjadi sebelumnya.


Terdapat beberapa kalimat yang menunjukkan hal tersebut. Misalnya yaitu:
·         Keping 1 : Yang Ada Hanyalah ADA (halaman 1)
Masa sepuluh tahun tidak mengaratkan esensi, sekalipun menyusutkan bara. Tidak lagi bergejolak, tapi hangat. Hangat yang tampaknya kekal. Bukankah itu yang semua orang cari?
Sepuluh tahun yang lalu, mereka bertemu di Georgetown, tepat di bawah plang Wisconsin Aveneu, bermandi teriknya matahari musim panas Washington, D.C.
Kalimat sepuluh tahun yang lalu menggambarkan bahwa cerita itu kembali kepada masa sepuluh tahun yang lalu yang telah terjadi dan dialaminya.
·         Keping 2 : Kesatria (halaman 28)
Ruangan Re adalah pengecualian. Ia jadi menganggap itu semacam kemewahan meski udara di luar sana pun hamper selalu tak segar.
Tak lama kemudian, suara irama muncul dari speaker teleponnya.
Kata tak lama kemudian itu menggambarkan bahwa apa yang sedang Re tunggu akhirnya tiba.
·         Keping 2 : Kesatria (halaman 37)
Mata Re berkaca-kaca, ada kepedihan yang tak bisa dijelaskan. Untuk pertama kalinya ia menangis bukan karena jatuh dari sepeda atau pohon jambu. Bukan karena digigit anjing atau semut rangrang.
Malam itu, ia berkeluh kesah kepada neneknya, berceloteh mengenai ketidak adilan cerita itu.
Malam itu menjelaskan bahwa Re sedang berada pada malam hari yang ia rasa malam itu sangat menyedihkan.
·         Keping 7 : Bintang Jatuh (halaman 91)
Mereka berdua pun berdiri, diiringi embusan lega para pelayan.
Tak lama kemudian, mobil mewah itu kembali melaju di jalanan yang melenggang.
Kalimat tidak lama kemudian di atas sedikit berbeda maknanya dari kalimat sebelumnya. Kalimat tak lama kemudian di atas menggambarkan kelanjutan sebuah perjalanan biasa, bukan sebuah hal yang sedang teramat ditunggu-tunggu seperti pada kalimat sebelumnya.
·         Keping 11 : Si Pencinta Alam (halaman 130)
Baginya, setiap tubuh merupakan perangkat yang luar biasa menakjubkan.
Namun, malam ini Diva lebih cepat siap dari alarmnya sendiri. Peristiwa yang jarang-jarang terjadi.
Kata mala mini menunjukkan bahwa Diva sedang berada pada suatu malam yang saat itu sedang terjadi sebuah peristiwa dan akan berlanjut menjadi sebuah kisah.
·         Keping 11 : Si Pencinta Alam (halaman 130)
Diva pantang menjadikan tempat tinggalnya sebuah pasar, tempat orang berjual beli, sekalipun yakni tidak mugkin ia bergadang dengan yang satu ini.
Tak lama kemudian, ada suara mobil memasuki pekarangannya. Diva langsung melonjak dari kursi, menghambur keluar.
Kalimat di atas menggambarkan suatu kejadian yang amat sedang ditunggu-tunggu dan akhirnya tiba. Tentu setelah apa yang dia tunggu tiba, akan nada sebuah cerita yang berlanjut dan cerita baru juga tentunya.
·         Keping 14 : Sebesar Cinta Itu Sendiri (halaman 159)
Malam itu, Re batal tidur sambil tersenyum. Malah terjaga dalam kamar kerja, menghadapi carikan-carikan kertasnya.
Dua buah kata yang menunjukkan kejadian disuatu malam, namun kejadiannya sudah berlalu dan tentu sudah ada kisah lain yang dilewati.


·         Keping 19 : Tsunami Hati (halaman 205)
Tak akan ia kehilangan wibawanya, bahkan dalam situasi genting seperti ini. Tidak juga kedoknya.
Satu jam kemudian, dua orang berlalu menanyakan hal yang sama.
Waktu yang menjelaskan berapa lama Ia menunggu dan apa yang Ia tunggu telah tiba.
·         Keping 19 : Tsunami Hati (halaman 207)
Tak lama kemudian, ponselnya kembali berdering.
Sama seperti kalimat sebelum-sebelumnya kalimat ini menunjukkan waktu seketika apa yang ditunggu telah tiba.
2.      Analisis Semantik
a.      Makna konotatif
Secara umum terdapat dua konotasi, yaitu konotasi pribadi dan konotasi umum. Konotasi pribadi adalah hasil dari pengalaman pribadi seseorang. Konotasi umum adalah hasil dari pengalaman orang-orang sebagai suatu kelompok social. Semua konotasi umum berakar pada konotasi pribadi.
Penguasaan serta pemahaman konotasi kata sangat diperlukan bagi pembaca agar memperoleh sukses yang lebih baik dalam usaha peningkatan daya kata. Berikut ini beberapa konotasi yang terdapat di dalam novel “Supernova:Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh”.
·         Keping 1 : Yang Ada Hanyalah Ada
-          Bermandi teriknya matahari musim panas Washington, D.C. (hal:1)
Mengartikan teriknya matahari sehingga membuat orang-orang disekitar menjadi begitu kepanasan.
-          Ia langsung merasakan secercah keindahan harmoni antara dua sisi cermin kehidupan. (hal:4)
Pada bagian ini, mengartikan bahwa lelaki itu seketika merasakan perasaan yang berubah dari sebelumnya, perasaan yang seketika berubah menjadi lebih indah. Di dalam dua sisi kehidupan yang berbeda.
·         Keping 5 : Tanda Tanya Agung
-          Api kompor Reuben memang terlalu besar untuk mengindahkan. (hal:59)
Pada bagian ini, Reuben yang sudah terlalu marah dan kesal kepada rekannya, namun ia tak bisa untuk meluapkan kekesalannya, Karena ia yang harus mengalah kepada Dimas.
·         Keping 6 : Reversed Order Mechanism
-          Maaf, tapi aku tidak bisa menuliskan tokoh jagoan yang bersisik, bertaring, dan berhidung penggorengan. (hal:65)
Hidung penggorengan yang dimaksud di atas adalah hidung yang besar, namun diibaratkan besarya seperti penggorengan.
-          “iya, dengan tidak membiarkan dirinya dibodohi si hidung belang Bintang Jatuh, kan? Mengambil sang Putri dan hidupnya bahagia selamanya. Beres!” (hal:66)
Kata hidung belang yang dimaksud dalam kelimat tersebut adalah seorang laki-laki yang sering gonta-ganti wanita dan mempermainkan wanita seenaknya.
·         Keping 7 : Bintang Jatuh
-          Yang lain ibarat pajangan sederet pisau yang berkilau, tapi tanpa aksi. (hal:71)
Sederet pisau yang berkilau mengartikan bahwa terdapat beberapa wanita cantik yang sedang berjajar di sana.
-          Namun, ia juga seperti magnet yang akhirnya membalikkan semua kenyataan untuk berpihak kepadanya. (hal:71)
Maksud dari kalimat tersebut adalah seorang yang dengan mudahnya melakukan sesuatu untuk hidupnya tanpa bersusah payah dan bisa mndapatkan hasil yang cukup memuaskan.
-          Mereka semua seperti hewan buas yang seharian baru dirantai dalam kandang sempit dan kini dilepas. (hal:72)
Berarti bahwa terdapat orang-orang yang bertindak seenaknya tanpa tahu tatakrama, seperti orang yang tak pernah melihat atau melakukan sesuatu yang indah sebelumnya sehingga mereka bersifat seperti itu.
-          Sekadar jadi pembatas buku dari halaman-halaman waktu. Mengingatkannya akan sampah-sampah yang tidak pernah mau ia ingat, tetapi harus ia kerjakan. (hal:73)
Sebuah pengingat tugas yang harus ia kerjakan. Dalam sela-sela kehidupan yang harus ia jalani dan pekerjaan yang sesungguhnya tak pernah ia inginkan.
-          Bandul waktu memacunya untuk menjadi robot yang bekerja nonstop. (hal:80)
Mengartikan seorang yang bekerja terus menerus tanpa henti sehingga ia diibaratkan seperti robot yang bekerja tanpa henti.
-          Seorang anak dengan kuncir setinggi menara berjalan ke arahnya bak pragawati professional. (hal:84)
Bukan berarti kuncirannya benar-benar setinggi menara itu hanya perumpamaan karena saking tingginya kuncirnya hingga diumpamakan setinggi menara.
·          Keping 9 : Cinta Tidak Butuh Tali
-          Memasuki lapis memori nan lezat. (hal:107)
Hanya sebuah arti untuk mobil yang akan ditumpangi oleh Rana dan Re.
-          Menggiringnya ke lorong panjang pengorbanan. (hal:110)
Kalimat tersebut mengartikan bahwa ia akan berjalan ke sebuah perjalanan hidup yang akan penuh dengan rintangan dengan ribuan rongga-rongga kehidupan yang amat beragam.
·         Keping 12 : Un Sol Em Noite
-          Andaikan Diva matahari yang membakar bumi pada siang hari, maka gelap malam bukan berarti ia pergi. (hal:134)
Baginya Diva adalah sosok istimewa yang selalu menerangi hatinya, bahkan melebihi cahaya matahari sekalipun.
·         Keping 13 : Tuhan Maha Tidak Romantis
-          Sebentar lagi Re sudah akan memotong kupingnya. (hal:145)
Sebenarnya Re tidak benar-benar ingin memotong kupingnya, itu hanya bentuk kekesalannya yang sudah menunggu cukup lama dengan rasa cemburunya yang teramat besar.
·         Keping 14 : Sebesar Cinta Itu Sendiri
-          Berusaha memunguti lagi cintanya yang berantakan. (hal:158)
Tidak benar-benar memunguti cintanya yang berantakan, itu mengartikan kalau ia sedang berusaha untuk memperbaiki cintanya yang berantakan.
-          Manis wajah berbunga-bunga istrinya bagai insiulin yang terdongkrak dalam darah, dan Arwin rasanya terserang diabetes melihat Rana. (hal:159)
Wajah istrinya yang terlihat cerah dan berbahagia sehingga digambarkan seperti berbunga-bunga, dan suaminya yang melihat begitu marah namun tidak bisa melampiaskan amarahnya tersebut.
·         Keping 15 : Ia Sedang Kasmaran
-          Mulutnya bergerak perlahan, mahal, seolah-olah ada butiran mutiara ikut keluar disetiap kata yang terucap. (hal:163)
Saking bagus dan begitu berartinya perkataan yang diucapkan oleh wanita itu sehingga setiap perkataan yang keluar digambarkan ada ribuan mutiara yang terucap.
-          Matanya berbinar seperti melihat bidadari merekah dari teratai kayangan. (hal:165)
Menunggu orang yang dicintainya seakan ia melihat orang yang dicintainya bagai bidadari, karena begitu menggebunya rasa cintanya.
-          Sakawnya manusia-manusia bumi yang kecanduan tragedi. (hal:168)
Begitu banyaknya manusia yang hidup di bumi ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai kisah dan kejadian yang menyelimuti kehidupan manusia-manusia tersebut.
·         Keping 16 : Ia Menangis
-          Belum lagi suplay buku yang selalu datang membanjir. (hal:174)
Begitu banyaknya suplay buku yang datang, sehingga diibaratkan membanjir.
·         Keping 22 : Pelajaran Terbang
-          Gambaran-gambaran itu bagaikan monster kelaparan yang mengonsumsi habis semua keberanian yang ada, menjadikan benaknya kosong dan tak termotivasi. (hal:224)
Ia hanya sedang membayangkan hal yang teramat menakutkan baginya sehingga ia membayangkan hal yang begitu berlebihan seperti itu.
-          Seperti disengat tawon, ia terlonjak dari tempat duduknya. (hal:227)
Begitu kagetnya Rana sehingga ia merasa bagai disengat tawon, Karen gerak refleksnya.
·         Keping 27 : Semesta Memutuskannya
-          Ale tidak mau bertanya, segatal apa pun lidahnya. (hal:263)
Maksudnya lidah gatal pada kalimat tersebut adalah lungkapan untuk Ale yang teramat ingin bertanya dan begitu banyak pertanyaan yang ingin Ale lontarkan kepada Re.
b.      Citraan
Penggunaan citraan pada novel ini memberikan gambaran yang seperti nyata sehingga para pembaca bisa merasakan apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Berikut beberapa citraan yang terdapat pada novel tersebut:
·         Citraan Gerak
-          Reuben mengangguk-ngangguk kecil sambil tersenyum puas : 19
-          Ia tak menyentuk pekerjaannya sama sekali : 23
-          Re sadar, ia berlari dalam pelarian monoton : 24
-          Re menengadah, berputar-putar di kursi : 24
-          Ia berdiri tegak di lobi : 49
-          Rana mengangguk , ragu : 56
-          Reuben mendecakkan lidah, gemas : 59
-          Diva mengangkat bahu : 73
-          Anak-anak itu melangkah : 83
-          Gio mengecup keningnya penuh kesungguhan : 131
·         Citraan Pendengaran
-          Nada itu terdengar angkuh : 2
-          Ataupun denyut jantung yang tek beraturan : 6
-          Mendengar kata itu, kepala Reuben menoleh otomatis : 13
-          Telepon rumahnya bordering, terpogoh-pogoh ia berlari ke dalam : 22                                    
-          Tawanya menghilang seketika : 42
-          Disinilah momen alunan biola biasanya terdengar : 44
-          Terdengar deru blower PC yang menggerung halus : 63
-          Bunyi ponsel berdering : 144
-          Ketika bel rumahnya berbunyi, Re langsung menutupi tumpukkan majalah itu dengan bantal : 168
·         Citraan Penglihatan
-          Reuben melihat kesekeliling : 3
-          Membayangi seperti siluman abadi : 7
-          Lihat kedalam hatimu dan bayangannya pun kan nyata : 9
-          Ia menyaksikan bagaimana gelap terang telah bekerja sama menghasilkan realitas :7
-          Sorot mata reuben yang tadi terbang mendadak jatuh : 9
-          Dicermatinya semua barang satu persatu : 21
-          Re melirik jam, hamper pukul satu malam : 24
-          Dan, perempuan ini memang menjadi menarik : 31
-          Dengan kepala bersandar ke kaca, ia mengamati truk-truk yang lalu-lalang di jalanan :48
-          Gambar itu terlihat sederhana : 61
-          Panggung itu dekorasi warna perak : 71
-          Perempuan itu tersenyum mencemooh : 79
-          Reuben menajamkan mata : 101
-          Ada gambaran mereka berdua dalam benaknya : 103
-          Di tempat tidur Re yang nyaman, mereka berdua menatap jendela : 118
-          “kamu kelihatan begitu hidup” : 137
-          Grafika berwarna ceria menghiasi setiap bidang dinding kafe itu : 153
·         Citraan Perasa
-          Ia langsung merasakan keindahan secercah harmoni antara dua sisi cermin kehidupan : 4
-          Perlahan ia meraba kantong celananya : 21
-          Kemudian menghirup kopi yang sudah entah keberapa cangkir : 57
-          Diva sungguhan cemas akan apa yang ia lihat : 84
-          Arwin hafal benar siklusnya, dan Rana sangat menyesali hal itu : 110
-          Perlahan, ia mulai merasakannya : 111
-          Mencoba merasakan kembali puncak-puncak kayangannya dengan Rana : 158
3.      Analisis Pragmatik
Pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya. Subjek pragmatik sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya sastra. Pendekatan pragmatik memberikan perhatian pada pergeseran fungsi-fungsi baru pembaca tersebut.
Analisis pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indicator karya sastra dan pembacanya.

a.       Bahasa Figuratif
Di dalam novel ini terdapat banyak bahasa figuratif. Menurut Waluyo (1995:83), bahasa figuratif terdiri dari pengiasan yang menimbulkan makna kias dan makna lambing. Namun, dalam makalah ini penulis hanya akan membahas mengenai makna kiasnya saja. Dan untuk lebih memahami makna kias yang terdapat dalam novel ini, penulis menafsirkan beberapa makna kias yang terdapat dalam novel.
·         Kiasan  
Di dalam novel ini terdapat banyak majas hiperbola yang sengaja digunakan untuk sedikit meninggikan makna katanya. Contoh kalimat yang menunjukkan memiliki majas hiperbola salah satunya yaitu: Matanya berbinar seperti melihat bidadari merekah dari teratai kayangan. (hal:165)
      Selain itu, terdapat juga majas metafora yang membandingkan sesuatu terhadap arti yang bukan sebenarnya. Misalnya pada kalimat ‘Matahari dikala malam’ (hal:138), kalimat tersebut tidak benar-benar mengartikan bahwa terdapat matahari dimalam hari, namun terdapat pancaran cahaya di wajah seorang wanita biarpun wanita itu berada dalam kegelapan.
Sebetulnya masih terdapat kiasan-kiasan lain yang menggunaka berbagai majas lainnya, namun itu hanya sekelumit majas yang penulis bahas dalam makalah ini.
·         Isotopi
Berikut ini terdapat bebrapa isotopi yang ada dalam novel ini:
1.      Isotopi manusia     : Pria, Dhimas, Reuben, Aku, Kamu, Ferre,
Rana, Avatar, Dia, Kesatria, Putri, Diva,
Bintang Jatuh, Gita, Ale, Nanda, Gio, Irma,
Jasad, Supernova, Arwin, Ibu, Nenek, Istri,
dan lainnya.
2.      Isotopi waktu         : masa sepuluh tahun, sepuluh tahun yang
lalu, hari itu, malam itu, setahun yang lalu, tiga bulan dua puluh satu hari, malam, siang, besok, pagi, hari ini, saat itu, dan lainnya.
3.      Isotopi gerakkan    : menyambut tangan, menyahut,
menyaksikan, berdecak, senyum, mengangguk, mencari, mengambil, memandangi, memainkan, berlari, menengadah, melewati, mengetuk-ngetuk, mendekatkan, mendorong, tergelak, mengangkat, meletakkan, dan lainnya.
4.      Isotopi suasana sepi : melamunkan, mengenang, keheningan,
tercenung, menenangkan, terdiam, memandangi, membayangkan, lengang, kehampaan, sayup-sayup, dan lainnya.
5.      Isotopi tempat        : Washington, D.C, Watergat Condominium,
di sofa, di atas karpet, di kasur, di kamar mandi, Jakarta, ruang tengah, rumah, pos terakhir, kantor, di meja, salon, di udara, meja makan, di puncak, di dalam ruang kerja, dan lainnya.
6.      Isotopi sedih          : berkeluh kesah, menangis, melepaskan,
kehampaan, suram, melebur, kepedihan, perih, menyayat hati, gelisah, dan lainnya.
7.      Isotopi gembira     : bersinar, bahagia, menggelitik, berbinar,
bercahaya, memancarkan kasih, tersenyum, tergelak-gelak, tertawa, dan lainnya.
Isotopi-isotopi tersebut dapat membtu motif-motif tertentu, seperti berikut ini:
1.      Motif perasaan      : isotopi sedih, isotopi gembira, isotopi                                         suasana sepi.
2.      Motif manusia       : isotopi manusia, isotopi gerakan, isotopi
sedih, isotopi gembira.
3.      Motif kehidupan   : isotopi gerakan, isotopi waktu, isotopi
sedih, isptopi gembira, isotopi tempat, isotopi suasana sedih.
4.      Motif suasana        : isotopi sedih, isotopi suasana sepi, isotopi                                  gembira.
Dari isotopi dan motif di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan perasaan si penulis novel ingin menyampaikan konflik dan suasana yang beragam. Sehingga penulis novel memunculkan isotopi-isotopi yang cukup beragam pula untuk membuat cerita pada novel ini lebih menarik.
Selain itu, amanat yang ingin disampaikan oleh penulis novel juga beragam diantaranya kita harus berusaha dalam menghadapi segala pesoalan hidup sesulit apapun itu, kita juga harus siap menerima keadaan yang ada sepahit apapun itu, cinta yang diberikan oleh Tuhan tidak pernah salah, buatlah cinta itu menjadi semenarik mungkin tanpa menyiksa perasaan atau dirimu, kerjasama yang baik tentu akan mendapatkan hasil yang baik,  jangan menyerah atas apa yang telah terjadi Karen Tuhan telah menyiapkan yang lebih indah dari sebelumya, profesionalitas pekerjaan yang lebih utama dibandingkan kepuasan diri pribadi, mungkin itu hanya beberapa amanat yang bisa penulis ambil. Tentunya masih banyak lagi amanat yang disampaikan oleh penulis novel dalam karyanya tersebut.
Namun, inti yang ingin disampaikan oleh penulis novel yaitu, tidak ada di dunia ini cinta yang abadi, mungkin banyak cinta suci yang bergulir dalam kehidupan tapi tidak semuanya bisa menjadi abadi karena yang menjadikan keabadian cinta itu hanyalah Tuhan. Kita hanya sekelumit manusia yang berperan bagai tokoh dalam novel yang diatur oleh penulis dan tak mampu memproteskan apa yang telah dikarang oleh penulis terhadap jalan hidup kita termasuk kisah cinta kita.
III.            PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Memahami apa yang terdapat dalam novel, itu berarti menghargai para seniman karya sastra. Namun, bahasa yang ditimbulkan oleh para seniman sastra bukanlah semata-mata kata-kata yang tak memiliki makna. Bahasa hanyalah symbol kata yang selalu digunakan para seniman sastra dalam membentuk karya-karya yang terasa indah untuk dilihat dan dikenang.
Dalam novel Supernova:Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari ditemukan pemaknaan kata dalam segi sintaktis, semantik, dan paragmatik. Dalam ketiga segi tersebut tentunya memiliki berbagai hubungan yang menjadikan satu kesatuan kata antar satu sama lain. Tanpa menghilangkan fungsi-fungsi dan struktur dari ketiga analisis tersebut, penulis dapat menggambarkan keindahan-keindahan kata yang membuat novelnya menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Tidak lepas dari kata-kata yang disusun sedemikian indahnya terdapat pula amanat diantaranya kita harus berusaha dalam menghadapi segala pesoalan hidup sesulit apapun itu, kita juga harus siap menerima keadaan yang ada sepahit apapun itu, cinta yang diberikan oleh Tuhan tidak pernah salah, buatlah cinta itu menjadi semenarik mungkin tanpa menyiksa perasaan atau dirimu, kerjasama yang baik tentu akan mendapatkan hasil yang baik,  jangan menyerah atas apa yang telah terjadi Karen Tuhan telah menyiapkan yang lebih indah dari sebelumya, profesionalitas pekerjaan yang lebih utama dibandingkan kepuasan diri pribadi, dan masih tedapat banyak lagi amanat yang ingin disampaikan oleh penulis di dalam novelnya itu.

B.     KALIMAT PENUTUP
    Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Semoga makalah yang penulis buat bisa membantu mahasiswa atau pembaca lain dalam pengetahuan mengenai membaca.
      Penulis banyak berharap para pembaca  sudi  memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.













DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Dewi.2012.Supernova:Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh.Yoyakarta: Bentang Pustaka.
Husnul,Ade.2012.Bicara Sastra (Analisis Karya Sastra dengan Berbagai Pendekatan).Serang:                       CV. Dunia Kata.
Kutha, Nyoman.2009.Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rafiek,M.2010.Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik.Bandung: PT Refika Aditama.
Guntur, Henry.2008.Membaca:Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa                          Bandung.

1 komentar: