Sabtu, 13 Juli 2013

Praktikum Pembuatan Sabun


A.     PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.      Tujuan Percobaan
a.      Mempelajari proses pembuatan sabun dari Minyak.
b.      Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada proses pembuatan sabun dari Minyak.
2.      Tanggal praktikum: 31 Januari 2012
3.      Tempat praktikum: Lab IPA SMAN 3 Kab. Tangerang

B.  LANDASAN TEORI


Saponifikasi
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yangmenghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakangaram (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawahini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.
 
Sejarah Sabun
Produk sabun sebenarnya tidak  pernah ditemukan, tetapi secara berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan berlemak (fatty material ). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis dan deterjen. Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yangmerupakan zat pembasah (wetting agent ).

Pengertian Sabun
Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan.

C.   ALAT DAN BAHAN
1. 235 gram Minyak Zaitun
2. 74 gram NaOH
3. 210 gram Air
4. 10 cc fragrance + pewarna
5. Masker untuk pembuatan NaOH
6. Sarung tangan karet dipakai selama pembuatan sabun
7. Gelas reaksi untuk membuat adonan sabun
8. Sedok stainless untuk mengaduk
9. Cetakan
10. Blender

D.   CARA PEMBUATAN
1.  Timbang air dan NaOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH ke dalam air sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke NaOH. Tuangkan NaOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.
2.  Timbang minyak zaitun sesuai dengan Resep.
3.  Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.
4.  Hati-hati tuangkan larutan NaOH  ke dalam minyak.
5.  Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas,itulah mengapa dinamakan “trace”.
6.  Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender.
7.   Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.

E.        HASIL PENGAMATAN
Setelah dilakukan proses pembuatan sabun, maka hasil percobaan yang diperoleh yaitu terbentuk campuran berwarna coklat tua dan berbusa. Hal ini berarti telah terjadi perpisahan antara garam alkali (sabun) dengan gliserol.Lamanya pengadukan yang dilakukan adalah 40 menit. Pada dasarnya gliserol tetap digunakan dalam campuran sabun (tidak dipisahkan) agar kandungan gliserol dapat membantu sabun dalam mengangkat benda asing yang akan dibersihkan.

F.         PEMBAHASAN
Ketika kita memasukkan NaOH  ke dalam air untuk dilarutkan, pada awalnya air akan menjadi keruh. Namun, setelah kita aduk berkali-kali hingga larut, air yang semula keruh menjadi bening kembali. Hal ini menunjukkan bahwa NaOH telah larut dalam air. Pada saat kita mencampurkan larutan NaOH ke dalam minyak, pastikan minyak tersebut sudah mendidih karena proses saponifikasi pada sabun membutuhkan suhu sekitar 80–100 °C untuk menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut alkali - basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air. Cara kerja sabun adalah mengikat minyak kedalam air, sehingga akhirnya minyak dan kotoran dapat dibilas dengan lebih mudah. Molekul-molekul sabun berbentuk panjang dan tipis. Pada hampir seluruh panjangnya (atau "ekornya") strukturnya tepat sama dengan molekul-molekul minyak, karena itu memiliki afinitas atau keakraban dengan molekul-molekul minyak. Tapi, pada salah satu ujungnya yang lain (atau "kepalanya") ada sepasang atom yang muatan listriknya sedemikian hingga hanya senang bergabung dengan molekul-molekul air, dan kepala inilah yang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan air yang membuatnya dapat larut.

G.       KESIMPULAN
Dari pengolahan data diatas, kita dapat menyimpulkan:
1.      Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut alkali --basa yang sangat kuat. Karena dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air.
2.      Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
3.      Titik akhir proses saponifikasi adalah trace .Trace merupakan suatukondisi pada saat cairan yang diaduk (minyak sawit) mulai mengental. Pada saat ini biasanya ditambahkan pengharum, peawarna dan zat-zat aditif lainnya.
4.      Bahan baku pembuatan sabun dapat berupa senyawa tripalmitin, asamoksalat, maupun asam stearat.
5.      Hasil percobaan yang diperoleh yaitu terbentuk campuran berwarna coklat tua dan berbusa. Hal ini berarti telah terjadi perpisahan antara garam alkali(sabun) dengan gliserol. Pada dasarnya gliserol tetap digunakan dalam campuran sabun (tidak dipisahkan) agar kandungan gliserol dapat membantu sabun dalam mengangkat benda asing yang akan dibersihkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar