A. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. Tujuan
Percobaan
a.
Mempelajari proses
pembuatan sabun dari Minyak.
b.
Untuk mengetahui reaksi
yang terjadi pada proses pembuatan sabun dari Minyak.
2. Tanggal
praktikum: 31 Januari 2012
3. Tempat
praktikum: Lab IPA SMAN 3 Kab. Tangerang
B. LANDASAN TEORI
Saponifikasi
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses
pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya
trigliserida dengan alkali yangmenghasilkan gliserol dan garam karboksilat
(sejenis sabun). Sabun merupakangaram (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon
yang panjang. Reaksi dibawahini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin /
trigliserida.
Sejarah Sabun
Produk sabun sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi secara
berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan
berlemak (fatty material ). Sekitar tahun 1800,
sabun dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan
sabun lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses.
Bahan mentah yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan
sabun sintesis dan deterjen. Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi
reaksi sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yangmerupakan
zat pembasah (wetting agent ).
Pengertian Sabun
Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial
baik dari sisi penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga
produk yang memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan
surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun
biasanya berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan.
C.
ALAT DAN BAHAN
1. 235 gram Minyak Zaitun
2. 74 gram NaOH
3. 210 gram Air
4. 10 cc fragrance + pewarna
5. Masker untuk pembuatan NaOH
6. Sarung tangan karet dipakai selama pembuatan
sabun
7. Gelas reaksi untuk membuat adonan sabun
8. Sedok stainless untuk mengaduk
9. Cetakan
10.
Blender
D. CARA PEMBUATAN
1. Timbang air dan NaOH, sesuai dengan Resep.
Larutkan NaOH ke dalam air sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium.
Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan
menuangkan air ke NaOH. Tuangkan NaOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk
higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah
larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan.
Akan didapatkan larutan yang jernih.
2. Timbang minyak zaitun sesuai dengan Resep.
3. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam
blender.
4. Hati-hati tuangkan larutan NaOH ke dalam minyak.
5. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover
tadi untuk menghindari cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari
jangan sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikan blender dan periksa
sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah
terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika
campuran sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa
detik bekas sendok tadi masih membekas,itulah mengapa dinamakan “trace”.
6. Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan
pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran
blender.
7. Tuang
hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan
sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari
cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum
dipakai.
E.
HASIL PENGAMATAN
Setelah dilakukan
proses pembuatan sabun, maka hasil percobaan yang diperoleh yaitu
terbentuk campuran berwarna coklat tua dan berbusa. Hal ini berarti telah
terjadi perpisahan antara garam alkali (sabun) dengan gliserol.Lamanya
pengadukan yang dilakukan adalah 40 menit. Pada dasarnya gliserol tetap digunakan dalam
campuran sabun (tidak dipisahkan) agar kandungan gliserol dapat membantu
sabun dalam mengangkat benda asing yang akan dibersihkan.
F.
PEMBAHASAN
Ketika kita memasukkan
NaOH ke dalam air untuk dilarutkan, pada
awalnya air akan menjadi keruh. Namun, setelah kita aduk berkali-kali hingga larut,
air yang semula keruh menjadi bening kembali. Hal ini menunjukkan
bahwa NaOH telah larut dalam air. Pada saat kita mencampurkan larutan NaOH
ke dalam minyak, pastikan minyak tersebut sudah mendidih karena proses
saponifikasi pada sabun membutuhkan suhu sekitar 80–100 °C untuk menghasilkan
gliserol dan sabun mentah. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis
oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Setiap sabun dibuat melalui
reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut alkali - basa yang sangat kuat
(basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa
organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun
mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki
organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan
sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya
sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari
tubuh atau pakaian ke dalam air. Cara kerja sabun adalah mengikat minyak
kedalam air, sehingga akhirnya minyak dan kotoran dapat dibilas dengan lebih
mudah. Molekul-molekul sabun berbentuk panjang dan tipis. Pada hampir
seluruh panjangnya (atau "ekornya") strukturnya tepat sama
dengan molekul-molekul minyak, karena itu memiliki afinitas atau keakraban
dengan molekul-molekul minyak. Tapi, pada salah satu ujungnya yang lain (atau
"kepalanya") ada sepasang atom yang muatan listriknya sedemikian
hingga hanya senang bergabung dengan molekul-molekul air, dan kepala inilah
yang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan air yang membuatnya dapat
larut.
G. KESIMPULAN
Dari
pengolahan data diatas, kita dapat menyimpulkan:
1.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk
mencuci dan membersihkan. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak
dengan bahan yang disebut alkali --basa yang sangat kuat. Karena dibuat melalui
pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik
(alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul
sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan
organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan
air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik
kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air.
2.
Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis
oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
3.
Titik akhir proses saponifikasi adalah trace .Trace
merupakan suatukondisi pada saat cairan yang diaduk (minyak sawit) mulai
mengental. Pada saat ini biasanya ditambahkan pengharum, peawarna dan zat-zat
aditif lainnya.
4.
Bahan baku pembuatan sabun dapat berupa senyawa
tripalmitin, asamoksalat, maupun asam stearat.
5.
Hasil percobaan yang diperoleh yaitu terbentuk
campuran berwarna coklat tua dan berbusa. Hal ini berarti telah terjadi perpisahan
antara garam alkali(sabun) dengan gliserol. Pada dasarnya gliserol tetap
digunakan dalam campuran sabun (tidak dipisahkan) agar kandungan gliserol dapat
membantu sabun dalam mengangkat benda asing yang akan dibersihkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar